dika. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

B. #34 = Adolf Eichmann

Buku Arendt Eichmann in Jerussalem adalah salah satu buku terpenting tentang hubungan Nazi–Zionis. Buku ini penting karena Arendt terkemuka di Amerika pasca perang maupun di kalangan Yahudi sebagai seorang pemikir sejarah dan politik.

Bukunya menceritakan pengadilan mantan perwira SS Adolf Eichmann, yang diculik di Argentina pada tahun 1960 oleh agen-agen Mossad, dibawa ke Israel, dan diadili. Eichmann itu penting karena dialah orang yang ditunjuk memecahkan masalah Yahudi, atas perintah Reinhard Heydrich. Israel menggunakan pengadilan Eichmann untuk membuat propaganda... Namun pengadilan Eichmann itu suatu cerita yang aneh, sebuah cerita yang sangat tak sejalan dengan propaganda Israel. Arendt membeberkan fakta-fakta yang menarik.

Pertama-tama, Arendt menarik perhatian ke Undang-undang Nuremberg, diberlakukan tahun 1935 oleh Nazi, yang mencoba mengucilkan kaum Yahudi dari masyarakat Jerman. Arendt menunjukkan bahwa undang-undang itu sangat cocok bagi kaum Yahudi yang sedang mencoba mempertahankan homogenitas Rumah Israel, dan aturan-aturan yang sama, sekalipun tak tertulis, masih berlaku di Israel. Ia mengingatkan kita bahwa di Israel, orang Yahudi dilarang menikah dengan selain Yahudi. Dalam membahas latar belakang masalahnya, Arendt memaparkan fakta-fakta mengejutkan tentang Eichmann. Eichmann bukan seorang anti-Semit di masa mudanya, dan bahkan memiliki ipar-ipar orang Yahudi (misalnya, satu orang dari keluarga Weiss, direktur utama Vacuum Oil Company of Vienna). Menurut Arendt, Eichmann tertarik pada gerakan Freemasonry dan selama beberapa waktu mengikuti Schlaffaria Lodge, sebuah cabang gerakan itu.

Karir militer Eichmann bermula di tahun 1934 saat memasuki SD, sayap keamanan SS. SD, yang didirikan oleh Reichsführer-SS Heinrich Himmler, beroperasi sebagai dinas intelijen di bawah arahan Heydrich. Sesaat setelah bergabung, Eichmann memasuki seksi urusan kaum Yahudi di SD, dan menjadi pakar masalah Yahudi. Selama kurun waktu itu, ia membuat kontak pertamanya dengan para pemimpin Zionis di Jerman. Arendt mengatakan bahwa saat itu Eichmann membaca buku Theodor Herzl The Jewish State (Negara Yahudi) dan amat terkesan dengannya:

...Von Mildenstein... memintanya membaca buku Theodor Herzl Der Judenstaat, karya klasik Zionis yang terkenal, yang segera dan selamanya mengalihkan Eichman ke Zionisme... Sejak itu, sebagaimana dikatakannya berkali-kali, ia hampir tidak memikirkan apa pun selain sebuah ‘pemecahan politis’... dan bagaimana “mendapatkan tanah yang kokoh di bawah kaki kaum Yahudi”... Untuk membantu upaya ini, ia mulai menyebarkan ajaran itu di antara rekan-rekannya di SS, memberikan ceramah serta menulis pamflet .... Ia lalu bisa sedikit berbahasa Ibrani... Ia bahkan membaca History of Zionism (Sejarah Zionisme) karya Adolf Bohm ... dan ini mungkin sebuah pencapaian besar bagi seseorang, yang menurutnya sendiri, selalu enggan sama sekali membaca apa pun selain suratkabar.

Alasan Eichmann begitu tertarik pada Zionisme terletak pada kesejajaran yang dikesaninya ada antara Zionisme dan tujuan-tujuan Nazisme. Sama seperti Nazi, para Zionis ingin memindahkan seluruh Yahudi dari wilayah Reich. Bagi pihak Nazi, itu disebut Judenrein (bebas Yahudi); bagi para Zionis, itu berarti sebuah negara Yahudi. Itulah mengapa Eichmann menyimpulkan tujuannya sebagai mendapatkan tanah yang kokoh di bawah kaki kaum Yahudi, untuk menegaskan pentingnya mendukung penciptaan sebuah negara Yahudi. Sebagaimana dikatakan di muka, pada masa ini, dua kubu utama menonjol di kalangan Yahudi: kaum Zionis dan Yahudi pembaur. Kubu kedua menolak perpindahan ke Palestina dan mendukung pembauran ke dalam masyarakat Jerman. Eichmann mengagumi kaum Zionis dan merasa jijik pada para pembaur.

Kontak pribadi pertamanya [adalah dengan] para fungsionaris kaum Yahudi, yang semuanya Zionis kawakan yang terkenal... Alasan ia menjadi sangat terpukau oleh masalah Yahudi, dijelaskannya, adalah ... idealismenya sendiri; para Yahudi ini, tidak seperti para pembaur yang selalu dipandangnya hina, sama idealis seperti dirinya ... . Seorang idealis terbesar yang pernah ditemui Eichmann di kalangan Yahudi adalah Dr. Rudolf Kastner, dengan siapa ia berunding selama pengusiran kaum Yahudi dari Hongaria...

Apa yang disebut Eichmann idealisme, dan sama dimiliki oleh para Zionis, sesungguhnya rasisme. Para rasis di kedua pihak tak menginginkan kaum Yahudi dan Jerman hidup berdampingan. Tentang hal ini, setidaknya, mereka bersepakat. Itulah alasan bagi bantuan besar yang diberikan Nazi untuk pemindahan kaum Yahudi ke Palestina.


sumber = harunyahya.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

B. #33 = Gerombolan Stern Menawarkan Sebuah Persekutuan dengan Nazi

Di halaman-halaman sebelumnya, kami telah menyebut-nyebut Zonisme revisionis. Revisionisme, yang berdasarkan ideologi kanan, sebenarnya ultra-kanan, yang bertentangan dengan kecenderungan kiri WZO, meningkatkan serangan bersenjatanya di Palestina di paruh kedua 1930-an. Serangan-serangan mereka diarahkan baik kepada bangsa Arab maupun sang pemegang mandat Inggris, yang ketat membatasi perpindahan kaum Yahudi, dan dirancang oleh Irgun atau National Military Organization (NMO). Setelah pecahnya Perang Dunia II, Irgun terbagi dua kubu. Sayap Jabotinsky memutuskan menghentikan operasi militer melawan Inggris selama perang. Kubu kedua yang lebih kecil dan radikal, menganjurkan melanjutkan perjuangan melawan Inggris sampai London mengakui sebuah negara Yahudi yang berdaulat. Kelompok ini, yang dipimpin Avraham Stern, keluar dari Irgun pada bulan September 1940 dan menjadikan dirinya organisasi terpisah. Mereka tetap menganggap diri Irgun atau NMO selama beberapa tahun; lalu mengganti nama menjadi LEHI, sementara di mata musuh-musuhnya, mereka dikenal sebagai Gerombolan Stern.

Gerombolan Stern memiliki tujuan-tujuan yang sangat ambisius. Sebagaimana dinyatakan dalam Delapan Belas Prinsip Stern, tujuan utama gerombolan mencakup: sebuah negara Yahudi dengan batas-batas seperti yang dijelaskan di dalam Kitab Kejadian (dari Sungai Nil di Mesir sampai Sungai Sungai Efrat di Irak), pengusiran bangsa Arab, dan akhirnya, pembangunan kembali kuil Yerusalem.

Gerombolan Stern telah memutuskan melawan Inggris, dan karena itu mereka segera mencari cara bekerjasama dengan musuh-musuh Inggris. Di bulan September 1940, pemimpin gerombolan mengadakan kontak dengan agen Italia di Yerusalem. Di sana, mereka menyusun suatu kesepakatan dengan mana Mussolini akan mengakui sebuah negara Zionis sebagai balasan atas kerjasama Gerombolan Stern dengan angkatan bersenjata Italia.

Akan tetapi, kesepakatan ini tak membawa hasil yang nyata, sebab pihak Italia tak sungguh-sungguh menanggapi tawaran itu. Selanjutnya, Stern mengirim Naftali Lubentschik ke Beirut untuk menemui orang-orang Jerman. Lubentschik membuat kontak dengan dua orang Nazi, Rudolf Rosen dan Otto von Hetig, dan menawari mereka sebuah persekutuan militer yang luas. Usai perang, sebuah salinan tawaran Gerombolan Stern ditemukan di antara arsip-arsip di Kedutaan Besar Jerman di Turki. Karenanya, arsip-arsip itu disebut dokumen Ankara. Menurut dokumen itu, organisasi Zionis Stern menawarkan sebuah persekutuan militer resmi dengan Pemerintah Nazi. Secara ringkas, dokumen berisi:

1. Kesamaan kepentingan mungkin ada antara pembentukan sebuah Tatanan Baru di Eropa yang sejalan dengan konsep Jerman, dan cita-cita nasional sejati rakyat Yahudi sebagaimana dilembagakan dalam NMO;
2. Kerjasama antara Jerman baru dan negara bangsa Yahudi yang diperbaharui akan mungkin; dan
3. Pendirian negara Yahudi yang bersejarah atas dasar nasional dan totaliter, dan dibatasi oleh sebuah perjanjian dengan Reich Jerman, akan termasuk dalam kepentingan menjaga dan memperkuat kedudukan Jerman di Timur Dekat.

Berangkat dari pertimbangan-pertimbangan ini, NMO di Palestina, dengan syarat bahwa cita-cita nasional gerakan kemerdekaan Israel yang disebutkan di atas diakui sebagai bagian Reich Jerman, menawarkan diri berperan aktif dalam perang di pihak Jerman.

Pada bulan Desember 1941, Stern mengirim Nathan Yalin-Mor untuk mencoba menghubungi orang-orang Nazi di Turki yang netral, namun ia ditangkap dalam perjalanan dan pertemuan pun batal. Menurut Brenner, tak ada petunjuk bagaimana atau apakah Nazi menanggapi tawaran itu. Paling mungkin, kaum Nazi menganggap Stern kelompok kecil dan tak efektif, dan tak terlalu memikirkan tawarannya. Akan tetapi, apa yang penting di sini adalah sebuah organisasi Zionis menawarkan suatu persekutuan militer kepada Jerman di tahun 1941, tahun saat genosida Yahudi disetujui untuk diluncurkan. Pernyataan tegas Stern bahwa kaum Yahudi dan tatanan barunya Nazi secara mendasar berbagi kepentingan tak terbantahkan nilainya. Yalin-Mor belakangan menyimpulkan alasan di balik tawaran organisasinya kepada Nazi di tahun 1941, di tengah-tengah perang. Ia mengakui bahwa tujuan Stern membujuk kaum Yahudi berpindah ke Palestina amat sejalan dengan rencana-rencana Jerman mengusir kaum Yahudi dari Eropa.

Fakta penting dan menarik lainnya adalah jatidiri seorang anggota Gerombolan Stern yang terkemuka saat dokumen Ankara terungkap: Yitzhak Shamir, yang awalnya menjadi menteri kabinet, lalu perdana menteri Israel tahun 1977–1992. Shamir, seperti gurunya Menahem Begin, adalah seorang teroris kejam di tahun 1940-an, ketika ia terkenal jahat karena serangan-serangan berdarahnya pada sasaran-sasaran Inggris dan Arab.

Peran Shamir dalam upaya bersekutu dengan Nazi tak diragukan lagi adalah sebuah masalah penting. Bertahun-tahun sejak dokumen Ankara ditemukan, Shamir hanya menjawab beberapa pertanyaan tentangnya. Akan tetapi, hampir segala sesuatu yang diketahui tentang tawaran bersekutu itu menunjukkan bahwa ia termasuk salah seorang perancang utamanya. Brenner mengamati bahwa bertolak belakang, bahkan ganjil, seorang calon sekutu Adolf Hitler bisa naik menjadi pemimpin negara Zionis.

Masa lalu Yitzhak Shamir yang kelam disingkapkan oleh temannya sesama orang Israel kali pertama di tahun 1989, saat dokumen Ankara diterbitkan di Jerusalem Post, sebuah koran utama Israel. Kisah itu mengakibatkan keguncangan hebat, dan untuk kali pertama, sepak terjang masa perang Gerombolan Stern yang sembrono menjadi pokok pembicaraan di Israel.

Kini, ada banyak buku yang membahas dokumen Ankara. Namun, kebanyakan pengarangnya, khususnya yang Yahudi, memperlakukan hubungan Nazi-Stern sebagai sebuah peristiwa sejarah yang kabur. Misalnya, Yehoshafat Harkabi, seorang pensiunan kolonel Israel, menafsirkannya sebagai sebuah cerita samar dalam sejarah kaum Yahudi dalam bukunya Israel’s Fateful Hour (Masa-masa Genting Israel). Namun, peristiwa itu tak sepenuhnya samar. Satu-satunya hal yang menjadikan kesamaran itu adalah kebanyakan orang hanya mengetahui peran Stern dalam persekongkolan Nazi-Zionis. Hal itu karena cuma dokumen-dokumen Stern yang diterbitkan. Hubungan antara Nazi dan WZO tetap umumnya tak diketahui. Karena itu, para pemimpin Israel, dan masyarakat Zionis masa kini pada umumnya, dapat berkelit dari dokumen Ankara dengan memperlakukannya sebagai penyimpangan yang janggal. Karena tak terbantahkan bahwa Gerombolan Stern itu ekstrimis, simpati mereka pada Nazi dapat dianggap wajar. Menurut istilah kita, mereka polisi jahatnya Zionis. Wajar saja, hal yang sama tak dapat dikatakan tentang WZO yang “sosialis”, atau tentang Weizmann, Ben Gurion, atau lain-lainnya yang berperan sebagai polisi baik.

Fakta-fakta ini memperjelas bahwa kedua sayap gerakan Zionis sebenarnya mengarah ke fasisme, sebab Zionisme itu sendiri fasis dan rasis. Itulah mengapa tak hanya orang-orang radikal dari Gerombolan Stern, namun semua kubu Zionis, telah bersekongkol dengan Nazi dan kaum fasis sejenisnya. Gerombolan Stern sebenarnya cuma puncak gunung es (sekelumit saja dari keseluruhan),

Potongan cerita terakhir yang akan dibahas dalam masalah ini diberikan oleh Eichmann in Jerussalem: A Report on the Banality of Evil (Eichmann di Yerusalem: Sebuah Laporan tentang Dangkalnya Kejahatan), sebuah buku karangan Hannah Arendt, yang, seperti Lenni Brenner, seorang Yahudi anti-Zionis. Dengan berfokus pada Adolf Eichmann, Arendt menyingkapkan segi-segi tertentu persekongkolan Nazi-Zionis yang sebelumnya tersembunyi.


sumber = harunyahya.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

B. #32 = Anti-Semit Polandia dan Zionis

Di awal tahun 1920-an, masyarakat Yahudi Polandia berjumlah 2,8 juta orang, 10 persen dari seluruh penduduk. Zionisme cukup dikenal dan kuat di Polandia yang memiliki masyarakat Yahudi terbesar di Eropa. Polandia juga rumah bagi sebuah anti-Semitisme yang kuat dan keras. Anti-Semitisme kuat dan Zionisme kuat; keduanya, seakan sudah kaidah, terlahir untuk bersekongkol satu sama lain.

Lenni Brenner telah mempelajari seksama hubungan antara kaum anti-Semit dan Zionis Polandia. Menurut Brenner, perjanjian pertama, yang disebut Ugoda (Kompromi), dirundingkan oleh para pemimpin Zionis Leon Reich dan Osias Thon di tahun 1925. Mitra runding mereka adalah Wladyslaw Grabski, perdana menteri Polandia dan seorang anti-Semit yang kukuh. Grabski sedang mencari pinjaman dari Amerika Serikat untuk Polandia dan mengira bahwa perjanjiannya dengan para Zionis dapat membantunya. Dengan perjanjian itu, pihak Zionis menerima kelonggaran-kelonggaran penting: para wajib militer Yahudi diizinkan memiliki dapur kosher, dan para pelajar Yahudi tak perlu menghadiri pelajaran atau ujian di hari Sabbath (di hari menulis, maupun bentuk pekerjaan lainnya, dilarang dalam agama Yahudi). Brenner menulis bahwa, karena perjanjian mereka dengan perdana menteri yang anti-Semit, Thon dan Reich dianggap sebagian Yahudi sebagai pengkhianat masyarakat mereka.

Joseph Pilsudski menjadi diktator sebagai hasil sebuah kudeta di bulan Mei 1926. Sebagaimana pendahulunya, Pilsudski seorang anti-Semit yang berhubungan dekat dengan para Zionis. Pada 26 Januari 1934, Pilsudski menandatangani pakta tak saling serang selama 10 tahun dengan Hitler. Ia tetap setia kepada para Zionis hingga kematiannya yang mendadak pada 12 Mei 1935. Osias Thon dan Apolinary Hartglas, presiden Polish Zionist Organization, mengusulkan agar Hutan Pilsudski ditanam di Palestina untuk mengenangnya. Para Revisionis Palestina mengumumkan bahwa mereka akan membangun sebuah asrama penampungan para pendatang yang dinamakan Pilsudski untuk menghormatinya.

Setelah kematian Pilsudski, anti-Semitisme meningkat di Polandia. Ada sentimen anti-Semit di kalangan angkatan bersenjata, khususnya di antara para kolonel yang menggantikan Pilsudski memerintah Polandia. Para tokoh anti-Semit garis keras dikumpulkan dalam sebuah partai ekstrim kanan bernama Naras (National Radicals). Di akhir 1930-an, Naras mulai menjalankan pogrom. Bund, partai utama Yahudi pembaur yang kiri, menyusun satuan-satuan untuk melawan Naras. Di sisi lain, para Zionis tak pernah menentang Naras: kegiatan-kegiatan Naras sangat menguntungkan bagi mereka. Semboyan para militan Naras adalah “Moszku idz do Palestyny!” (Yahudi Pulanglah ke Palestina!) – sebuah gaung kasar program Zionis sendiri. Brenner menceritakan bahwa salah satu alasan kaum Yahudi di Polandia menjauhi Zionisme adalah karena para Zionis disukai Naras. Sebagaimana dicatat Brenner, para kolonel Polandia selalu menjadi pro-Zionis yang bersemangat.

Orang-orang anti-Semit sama pro-Zionisnya sebagaimana orang-orang Zionis pro-anti-Semit! Seorang Zionis terkemuka, Yitzhak Gruenbaum, suatu kali menyatakan bahwa kaum Yahudi sudah begitu menjadi “bagasi lebih” di Polandia, dan bahwa “Polandia kelebihan sejuta orang Yahudi dari yang bisa ditampungnya”. Abba Achimeir, seorang pemimpin gerakan Revisionis di Palestina, menyatakan kebencian yang tak terbayangkan berikut ini: “Saya mengidamkan sejuta Yahudi Polandia dibantai. Lalu, mereka mungkin akan sadar bahwa mereka tinggal di ghetto.”



sumber = harunyahya.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

B. #31 = Persekutuan-persekutuan dengan Para Anti-Semit Austria, Rumania, dan Jepang

Kaum Yahudi hanyalah 2,8 persen dari seluruh penduduk Austria, namun sebuah anti-Semitisme yang kuat berkembang di sana setelah Perang Dunia I. Sebagian besar Yahudi Austria memilih Partai Sosial Demokrat. Di sayap kanan Austria, anti-Semitisme tumbuh pesat. Engelbert Dollfuss, pemimpin dari Partai Sosial Nasrani dan perdana menteri Austria, dan Kurt von Schuschnigg, yang menduduki tempat Dollfuss setelah kematiannya di tahun 1934, menandatangani undang-undang anti-Yahudi yang serupa dengan yang dibuat Nazi. Para Yahudi pembaur merasa kebijakan-kebijakan baru ini menggusarkan; kaum Zionis, sebagaimana dapat ditebak, senang dengan meningkatnya anti-Semitisme di Austria. Setelah pembunuhan Perdana Menteri Dolfuss yang anti-Semit, pemimpin WZO Nahum Sokolow mengatakan: “Dialah salah seorang yang membangun, dengan bantuan saya, organisasi Gentile Friends of Zionism (Sahabat non-Yahudi Zionisme) di ibukota Austria”.

Dolfuss, sahabat kaum Zionis, telah melembagakan kebijakan keras anti-Semit yang terus berlaku selama 1930-an – sebelum Anschluss (penyatuan) Austria oleh Nazi Jerman. Kaum Yahudi disisihkan dari kepegawai-negerian. Di tahun 1935, pemerintah mengumumkan rencana-rencana untuk membangun sekolah-sekolah terpisah untuk orang Yahudi. Para pembaur langsung menentang sekolah-sekolah ghetto baru itu. Akan tetapi, Robert Sticker, satu-satunya wakil Yahudi di parlemen Austria, dan pemimpin gerakan Zionis, mengatakan kepada pemerintah bahwa kaum Zionis di Austria sangat menyambut tindakan-tindakan anti-Semit itu. Para pembaur mencoba memperingatkan negara-negara Barat tentang kecenderungan anti-Semit yang berbahaya di Austria. Dalam tanggapan cepatnya, Die Stimme, suratkabar Austrian Zionist Federation (Federasi Zionis Austria), tergesa-gesa menjelaskan bahwa kaum Zionis mengutuk penyebaran cerita-cerita tentang kekerasan di Austria di luar negeri. Brenner menceritakan bahwa selama masa menyisihkan kaum Yahudi, Pemerintah Austria mampu mendapatkan pendanaan dengan bantuan para Zionis.

Peristiwa-peristiwa serupa terjadi di Rumania, di mana kaum Yahudi membentuk 5,46 persen penduduk Rumania. Para ekstrimis anti-Semit mulai aktif di sana sejak 1920-an. Ketika Hitler naik ke kekuasaan di Jerman, arus anti-Semit mengalir kian cepat dan deras, dan kaum anti-Semit menjadi galak dan gemar menyerang.

Anti-Semitisme di Rumania dipelopori oleh sebuah partai fasis bernama Legion of the Archangel Michael (Pasukan Malaikat Mikail), pimpinan Corneliu Codreanu. Partai ini memiliki sebuah milisi bernama The Iron Guard (Pengawal Besi). Naiknya Hitler kian menguatkan kedudukan Legion. Di saat ini adalah tugas para pemimpin Yahudi untuk memulai kampanye yang sungguh-sungguh menentang anti-Semitisme dan membentuk suatu persekutuan dengan kekuatan-kekuatan anti-fasis. Mereka tak melakukannya, karena sebagian besar pemmpin Yahudi adalah Zionis. Sebagaimana diceritakan Brenner, tak satu pun kubu Zionis menunjukkan minat pada perjuangan melawan gelombang anti-Semit di Rumania. Bukannya membantu menyusun perjuangan menentang serangan gencar kaum fasis, WZO malah merencanakan suatu perluasan strategi pembawa petaka Ha’avara ke Eropa Timur.

Jidanii in Palastina! (Yahudi, pergilah ke Palestina!) telah lama menjadi semboyan perang kaum anti-Semit Rumania. Di sisi mereka, para pemimpin WZO menyerukan kaum Yahudi berpindah ke Palestina, dan berbicara secara terbuka tentang perlunya mengurangi tekanan yang disebabkan oleh kehadiran terlalu banyak orang Yahudi. Di bulan Januari 1941, Iron Guard melakukan pogrom berdarah di Bukarest, ibukota Rumania. Ditaksir 100 orang Yahudi terbunuh, dan lebih banyak lagi yang terluka. Sekali lagi, tak ada tanggapan dari kaum Zionis.

Persekutuan antara Zionisme dan anti-Semitisme bahkan merambah ke Timur Jauh, di mana kekuatan nasionalis utama adalah Jepang. Jepang telah meningkatkan kebijakan perluasan wilayahnya usai Perang Dunia I, menerapkan rejim yang makin otoriter di negerinya, dan pada akhirnya bergabung dengan Pakta Anti-Comintern-nya Hitler dan Mussolini. (Catatan: Pakta Anti-Comintern (Comunist International) adalah suatu pakta antara Jerman, Jepang, Hongaria, Spanyol, dan Italia yang isinya menentang komunisme)

Alasan Zionis berusaha bersekongkol dengan Jepang akan ditemukan pada pencaplokan Manchuria oleh Jepang di tahun 1931. Ada cukup banyak orang Yahudi di Manchuria; para Zionis berpikir bahwa lewat persekongkolan dengan Jepang, mereka dapat menekan kaum Yahudi itu berpindah. Jadi, negara boneka Manchukuo, sebutan Jepang untuk Manchuria, akan diubah menjadi sekutu Zionis di Timur Jauh.

Brenner mencatat bahwa militer Jepang memiliki versi sendiri tentang anti-Semitisme. Para jenderal Jepang percaya pada adanya persekongkolan Yahudi di seluruh dunia, dan melihat orang Yahudi lokal sebagai agen-agennya. Karena itu, mereka berkeinginan mengenyahkan kaum Yahudi dari Manchuria sesegera mungkin. Pemecahan yang mereka peroleh akhirnya sama dengan Hitler: Jepang memutuskan mendukung gerakan Zionisme. Di bulan Desember 1937, masyarakat Yahudi di Timur Jauh mengadakan sebuah konperensi di Harbin. Penyelenggaranya adalah Abraham Kaufman, pemimpin Yahudi Harbin yang Zionis. Mimbarnya dihiasi dengan bendera-bendera Jepang, Manchuria, dan Zionis. Para pemimpin Zionis Revisionis Betarim menghadiri konperensi itu sebagai tamu kehormatan. Pertemuan juga dihadiri Jenderal Higuchi dari Intelijen Militer Jepang; Jenderal Vrashevsky dari White Guard (Pengawal Putih) yang anti-Semit; serta para pejabat negara boneka Manchukuo. Konperensi menerbitkan sebuah resolusi, yang dikirimkan ke berbagai organisasi Yahudi utama di dunia, memohon kerjasama dengan Jepang dan Manchukuo untuk membangun sebuah tatanan baru di Asia. Sebagai balasannya, Jepang mengakui Zionisme sebagai gerakan nasional bangsa Yahudi. Zionisme menjadi bagian dari “tatanan baru” Manchukuo, dan Betar diberi warna dan seragam resmi. Persekongkolan dengan Jepang yang menarik ini memberikan pihak Zionis sedikit raihan penting. Hanya sejumlah kecil kaum Yahudi dipindahkan dari Manchuria ke Palestina. Di hari-hari terakhir Perang Dunia II, ketika Tentara Merah menyerbu Manchuria, Kaufman dan sejumlah Zionis lain ditangkap dan dibuang ke Siberia.


sumber = harunyahya.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

B. #30 = Mussolini, Fasisme Italia, dan Zionisme

Zionisme tak hanya membentuk persekutuan dengan para anti-Semit Jerman. Gerakan ini bercita-cita mendorong semua Yahudi di mana pun pindah ke Palestina. Jadi, pada tahun 1930-an dan 1940-an, para Zionis membuat persekutuan rahasia dengan kekuatan-kekuatan fasis lain. Kesepakatan lain yang paling patut dicatat adalah dengan Mussolini yang kemudian menjadi sekutu terpenting Hitler. Di awal 1920-an, setelah meraih kekuasaan, Mussolini mulai memberlakukan sistem totaliter kanan baru yang disebutnya Fasisme. Ia sangat berminat pada wilayah Laut Tengah (Mediterania), dan akibatnya pada Timur Tengah, sebab sebagian besar daerah itu pernah dikuasai oleh para kaisar Romawi, yang dipandang Mussolini sebagai para pendahulunya. Karena itu, tak mungkin baginya mengabaikan masalah Palestina.

Sejak saat tertarik pada Palestina, Mussolini telah berpihak pada Zionis. Ia mengetahui bahwa Zionisme adalah suatu kepentingan besar, dan bermaksud merebut peran pelindung Zionisme dari Inggris. Brenner melukiskan hubungan antara kaum Zionis dan Mussolini secara rinci dalam bukuya Zionism in the Age of Dictators. Menurut Brenner, kaum Yahudi adalah sebuah faktor penting dalam gerakan Fasis Mussolini. Lima orang Yahudi termasuk di antara para pendiri Fasisme. Sekali berkuasa, Mussolini menunjuk sebagai menteri keuangannya wakil presiden Banca Comerciale Italiana, sebuah bank kuat yang dimiliki orang Yahudi. Dua orang menteri luar negeri Mussolini, Sidney Sonnino dan Carlo Schanzar, adalah keturunan Yahudi.

Pada paruh kedua 1920-an, Mussolini beberapa kali menemui wakil-wakil WZO. Akan tetapi, tak ada catatan tertulis tentang pertemuan-pertemuan ini. Weizmann berupaya tetap merahasiakannya. Brenner menunjukkan bahwa otobiografi Weizmann sengaja disamarkan, dan sering menyesatkan, tentang hubungannya dengan Mussolini. Pada 17 September 1926, Weizmann diundang ke Roma untuk berbicara dengan Mussolini; Mussolini menawarkan untuk membantu kaum Zionis membangun ekonominya dan pers Fasis mulai menerbitkan artikel-artikel yang mendukung tentang Zionisme Palestina. Sebulan kemudian, orang nomor dua WZO, Nahum Sokolow, mengunjungi diktator Italia itu, dan Mussolini kembali menegaskan dukungannya bagi Zionisme. Beberapa tahun kemudian Mussolini, selama sebuah pertemuan dengan utusan Zionis lainnya, mengungkapkan kepuasannya atas keberhasilan pertemuan dengan Weizmann dan dukungannya bagi Zionisme sebagai berikut: “... Namun, Anda harus mendirikan sebuah negara Yahudi. Saya sendiri seorang Zionis dan saya katakan demikian kepada Dr. Weizmann. Anda harus memiliki suatu negara yang sebenarnya (un véritable Etat), bukan Tanah Air Nasional yang janggal sebagaimana ditawarkan Inggris kepada anda. Saya mesti membantu Anda mendirikan sebuah negara Yahudi...”. [huruf-huruf miring sebagaimana naskah aslinya]

Hubungan Mussolini dengan kaum Revisionis lebih menyeluruh dan efektif. Brenner membahas kaitan-kaitan yang menarik ini dalam buku-bukunya Zionism in the Age of Dictators dan The Iron Wall: Zionist Revisionism from Jabotinsky to Shamir (Tembok Besi: Revisionisme Zionis dari Jabotinsky ke Shamir). Menurut Brenner, para Revisionis mulai mencari sekutu baru setelah keluar dari WZO. Italia merupakan calon yang alamiah. Jabotinsky memimpikan sebuah tatanan Laut Tengah baru dalam persekutuan dengan Italia. Ia menjelaskan dalam suatu wawancara: “Kami menginginkan sebuah Kekaisaran Yahudi. Sama seperti Kekaisaran Italia atau Perancis di Laut Tengah, kami inginkan Kekaisaran Yahudi.” Kekaisaran Yahudi itu nantinya mencakup Yordania maupun Palestina, serta sebagian Mesir dan Irak. Jabotinsky menganggap diri versi Yahudi dari Mazzini dan Garibaldi! (Keduanya tokoh nasionalis Italia abad ke-19). Mussolini amat bersimpati kepada para Revisionis. Ia menggambarkan mereka sebagai kaum Fasisnya Zion. Di bulan November 1934, Mussolini mengizinkan Betar, sayap pemuda Jabotinsky, mendaftarkan satu regunya ke akademi maritim di Civitavecchia, yang dikelola oleh Pasukan Seragam Hitam. Para militan Betar berlatih bersama dengan Pasukan Seragam Hitam, dan lalu berangkat ke Palestina untuk berperang dalam pasukan Irgun.

Para Revisionis kian akrab dengan Fasisme. Abba Achimeir dan Wolfgang von Weisl, para pemimpin Revisionis di Palestina, menyarankan agar Jabotinsky disebut Duce (pemimpin atau panglima) mereka, sama seperti orang Italia merujuk ke Mussolini dengan Il Duce. Jabotinsky ingin menyelenggarakan kongres internasional pertama NZO di Trieste, di Italia yang Fasis. Tetapi, tempatnya diubah karena khawatir akan kemarahan masyarakat. Di tahun 1935, Mussolini mengatakan kepada David Prato, yang kemudian menjadi ketua rabbi Roma: “Agar Zionisme berhasil, Anda harus memiliki negara Yahudi, dengan bendera Yahudi dan bahasa Yahudi. Orang yang benar-benar mengerti hal itu adalah orang fasis Anda, Jabotinsky.”

Mesti diingat bahwa para Revisionis juga memuji Hitler dan Nazi. Abba Achimeir mengungkapkan pandangannya dalam sebuah pidato: “Ya, kami para Revisionis amat mengagumi Hitler. Hitler telah menyelamatkan Jerman. Jika tidak, Jerman mungkin punah dalam tempo empat tahun”. Simpati Revisionis pada Nazi bahkan terlihat pada seragam mereka. Para anggota Betar mengenakan seragam coklat yang sama seperti SA-nya Hitler. Di tahun 1931, majalah Amerika mereka, Betar Monthly, menulis:

Ketika [Zionis lain] menyebut kami dengan Revisionis dan Betarim Hitlerit (pengikut Hitler), kami tak merasa terganggu... Jika Herzl seorang Fasis dan Hitlerit, jika suatu mayoritas Yahudi terbentuk di kedua sisi sungai Yordan, jika sebuah negara Yahudi di Palestina yang akan memecahkan masalah-masalah ekonomi, politik, dan budaya bangsa Yahudi, adalah Hitlerisme, maka kami Hitlerit.

Revisionis, polisi-polisi jahat Zionisme, bermain Hitlerisme apa adanya. Di sisi lain, para polisi baik dari WZO mengadakan hubungan terselubung dengan para fasis Jerman dan Italia, yang membawa mereka ke sekutu ketiga: Fransisco Franco. Franco, yang menaklukkan golongan kiri Republik di Spanyol setelah tiga tahun perang saudara di tahun 1939, dan lalu membangun versi fasismenya sendiri, yang disebut Falangisme, telah dibantu oleh Hitler dan Mussolini. Akhirnya, para Zionis menemukan jalan mereka ke sisi Franco. Sementara telah diketahui bahwa banyak orang Yahudi berperang melawan Franco, mereka ini umumnya Yahudi pembaur. Sebagaimana ditunjukkan Lenni Brenner, para Zionis tak pernah mendukung Yahudi yang melawan Franco; sebaliknya, para Zionis sangat menentang mereka. Satu alasan dari sikap Zionis ini mungkin adalah jatidiri Franco yang sebenarnya. Shalom, sebuah majalah bagi Yahudi Turki melaporkan pada 29 April 1992 bahwa Franco adalah keturunan Yahudi dan leluhurnya adalah Marrano (sebutan bagi orang Yahudi yang beralih ke Nasrani di Spanyol abad pertengahan). Dalam buku The World Order: Our Secret Rulers, sejarawan Amerika Eustace Mullins menulis bahwa penyokong dana utama bagi Franco, yakni Juan March, juga seorang Marrano.

Sampai di sini kita telah membahas hubungan Zionis dengan Hitler, Mussolini, dan Franco. Akan tetapi, para ekstrimis kanan tak terbatas pada para pendukung ketiga orang itu. Di seluruh Eropa, dari Spanyol sampai Austria, dari Polandia hingga Rumania, terdapat banyak gerakan fasis yang menjadikan Hitler atau Mussolini sebagai teladan mereka. Di tahun 1920-an dan 1930-an, mereka tumbuh kian kuat. Ini berarti sekutu-sekutu baru bagi Zionisme.



sumber = harunyahya.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

B. #29 = Kubu-kubu dalam Zionisme, atau ‘Polisi Baik/Polisi Jahat’

Gerakan Zionisme secara umum dikendalikan oleh WZO, yang didirikan pada Kongres Zionis Pertama. Sejak kematian Herzl di tahun 1904 hingga 1911, David Wolffsohn mengetuai WZO; antara 1911 dan 1920, Otto Warburg adalah ketuanya. Setelah itu, Chaim Weizmann memimpin WZO sampai tahun 1946 (kecuali kurun 1931 – 1935, Nahum Sokolow menjadi ketua). David Ben Gurion adalah tangan kanan Weizmann, dan keduanya akhirnya menduduki jabatan presiden dan perdana menteri Israel pada saat berdirinya.

Arah politik WZO adalah sosial demokrat. Akan tetapi, negara yang memiliki hubungan terdekat dengan para pemimpin WZO selama paruh pertama abad ke-20 adalah Inggris. (Tentu saja, hubungan antara Nazi dan ZVfD, cabang WZO di Jerman, dirahasiakan). Suatu kubu pembangkang perlahan-lahan muncul dalam WZO. Sayap WZO ini condong ke kanan, bertentangan dengan kecenderungan kiri organisasi ini secara umum. Kubu baru ini, dipimpin seorang Yahudi Rusia bernama Vladmir Jabotinsky, segera dikenal sebagai Zionisme yang Revisionis.

Di tahun 1933, para Revisionis menarik diri dari WZO dan mendirikan organisasi sendiri yang dinamakan New Zionist Organisation (NZO, Organisasi Zionis Baru) sebagai akibat pertentangan yang telah tumbuh sejak pertengahan 1920-an.

Jabotinsky menganjurkan garis keras terhadap Inggris, yang telah menetapkan batas bagi jumlah pendatang Yahudi karena khawatir pada kemarahan bangsa Arab. Ideologi Jabotinsky lebih keras dan radikal daripada WZO. Bahkan kadang-kadang ia dirujuk sebagai “Vladimir Hitler” karena pandangan ekstrim kanannya. Ia meringkaskan ideologinya sebagai berikut: humanisme dungu tak akan berdampak pada kesantunan masa kini; kekuasaan adalah satu-satunya hal yang dapat mempengaruhi politik dunia. Bagi Jabotinsky, mereka yang percaya pada keadilan adalah orang bodoh, sebab keadilan milik orang yang berkuasa dan menggunakan kekuasaan itu untuk meraih keinginannya. Paham Jabotinsky sebenarnya versi Yahudi dari fasisme dan Nazisme yang berkembang di tahun 1920-an dan 1930-an. Ketika membentuk pasukan paramiliternya, Betar, ia meniru Pasukan Seragam Hitamnya Mussolini dan SA-nya Hitler. Anggota-anggota Betar saling menyapa dengan salam cara fasis. Menjelang akhir tahun 1930-an, kaum Revisionis mendirikan suatu pasukan bawah tanah, Irgun Zvei Leumi (Organisasi Militer Nasional). Irgun dan LEHI (Lohamei Herut Yisrael – Pejuang Kemerdekaan Israel), yang didirikan oleh Avraham Stern di tahun 1940, melakukan serangan-serangan berdarah di tahun-tahun berikutnya. Pada waktu itu, Menahem Begin, kemudian menjadi pemimpin Partai Likud dan perdana menteri Israel, adalah anggota Irgun; pemimpin Irgun lainnya, Yitzhak Shamir, yang juga menjadi perdana menteri Israel, adalah seorang teroris yang giat dalam Gerombolan Stern.

Dengan memandang sayap kanan dan kiri Zionisme, akan beralasan untuk berpikir bahwa masing-masing mencari sekutu-sekutu non-Zionis dengan kecenderungan ideologis serupa. Ini pastilah kedudukan sejarah resmi. Kisah-kisah Zionis mengatakan kepada kita bahwa WZO sepihak dengan Inggris, sementara para Revisionis menentang Inggris dan mengembangkan hubungan dekat dengan Mussolini. Suatu penyelidikan yang lebih menyeluruh mengungkapkan bahwa menarik perbedaan ideologi yang tajam di antara kedua kubu tak bisa dibenarkan. Ini karena keduanya, khususnya WZO, membentuk persekutuan yang tampak bertentangan dengan ideologi yang mereka nyatakan. Hubungan WZO-Nazi yang dibahas di halaman-halaman sebelumnya tentulah sebuah contoh yang baik. Kita juga akan melihat bahwa WZO membangun kaitan-kaitan penting dengan Mussolini, sebagaimana yang dilakukan para Revisionis. Fakta-fakta ini menimbulkan pertanyaan tentang pentingnya perbedaan ideologis di antara para Zionis. Jika kedua pihak mempunyai hubungan dengan kaum Nazi dan Fasis, apa makna sayap “kanan” dan “kiri” dalam Zionisme?

Seorang Amerika pakar masalah Timur Tengah Richard Curtiss menawarkan sebuah jawaban atas pertanyaan ini dalam Washington Report on Middle East Affairs (Laporan Washington tentang Masalah Timur Tengah), di mana ia menjadi kepala penyuntingnya. Dalam sebuah artikel berjudul The Good Cops and Bad Cops Who Killed the Peace Process (Para Polisi Baik dan Polisi Jahat yang Membunuh Proses Perdamaian), Juni 1955, ia berpendapat bahwa perbedaan di antara kedua kubu dalam sejarah politik Zionisme dan Israel sebenarnya tak lebih dari siasat “polisi baik-polisi jahat”. Ini sebuah siasat kuno dan terkenal, digunakan di setiap kantor polisi di seluruh dunia. Sang tersangka ditinggalkan sendirian di sebuah ruangan. Tak berapa lama, seorang polisi yang suka menyerang dan pemarah masuk. Ia meneror tersangka, bahkan terkadang memukulnya. Setelah polisi pertama pergi, seorang polisi lain, tampak lebih ramah dan mengasihani, masuk. Ia mengatakan kepada tersangka bahwa polisi yang sebelumnya itu sangat kejam. Jika tersangka mau bercerita padanya, sang polisi baik, apa yang diketahuinya, sang polisi baik mungkin dapat melindunginya dari sang polisi jahat. Tentunya, sandiwara itu telah dilatih baik. Sang polisi baik dan polisi jahat bekerjasama, masing-masing memainkan perannya.

Itulah siasat polisi baik-polisi jahat, dan sering kali berhasil. Menurut Ricard Curtiss, dua gerakan politik Israel yang bersaing telah memainkan siasat itu sejak tahun 1930-an. Curtiss menemukan contoh-contoh tercatat pertama siasat mereka mundur ke tahun 1940-an. Pada 16 September 1948, para teroris dari kelompok revisionis Gerombolan Stern membunuh Count Folke Bernadotte di Yerusalem. Bernadotte adalah seorang perunding PBB di Palestina dan terkenal akan kecamannya tehadap kebijakan pendudukan Israel. Perdana Menteri Ben Gurion mengutuk pembunuhan itu dan menyatakan bela sungkawanya yang mendalam di markas besar PBB. Namun, para pemimpin komplotan pembunuh itu, tampaknya, tak dapat ditemukan. Belakangan, mereka muncul di tempat-tempat yang mengejutkan. Joshua Cohen, pembunuh Berhadotte, menjadi pengawal pribadi perdana menteri. Yitzhak Shamir, salah satu pemimpin yang memerintahkan pembunuhan itu, ditunjuk menjadi kepala seksi Eropa dari Mossad (badan intelijen Israel). Selama masa jabatan Ben Gurion sebagai perdana menteri, sejumlah agen Mossad di Eropa membunuh sejumlah musuh-musuh Israel atas perintah Shamir.

Hanya terdapat satu penjelasan: air mata Ben Gurion atas kematian Bernadotte adalah palsu. Perdana menteri Israel dari Partai Karya itu amat gembira atas pembunuhan Bernadotte oleh Gerombolan Stern. Ia sedang memainkan peran polisi baik untuk meredakan kemarahan dunia. Curtiss menyebutkan banyak lagi contoh sandiwara polisi baik-polisi jahat Zionis semacam itu, tak semuanya berkaitan langsung dengan perhatian kita berikutnya: mengapa ada dua kubu berbeda dalam gerakan Zionis, sementara keduanya bersekongkol dengan kaum Nazi dan Fasis.

Jawaban pertanyaan itu adalah Inggris, karena satu-satunya perbedaan nyata di antara kedua sayap (mengingat keduanya bekerjasama dengan Nazi) adalah sikap mereka terhadap Inggris. Karena keresahan bangsa Arab, Inggris telah menerapkan pembatasan atas perpindahan kaum Yahudi ke Palestina, yang berada di bawah pemerintahan Inggris sebagai mandat dari Liga Bangsa-Bangsa (cikal bakal PBB). Ini membuat geram para Zionis. Mereka perlu bertindak melawan Inggris, namun melecehkan adikuasa ini akan berakibat buruk bagi Zionisme. Maka, kaum Zionis memainkan siasat polisi baik-polisi jahat pada Inggris. Sementara WZO mempertahankan hubungan baik dengan Inggris, para pengikut Vladimir Jabotinsky membom sasaran-sasaran milik Inggris di Palestina. WZO tulus menyatakan bahwa para Zionis akan selalu berpihak kepada Inggris, dan bahwa serangan-serangan itu dilakukan para fanatik. Inggris tidak berpaling menghadapi Zionisme sebagai satu kesatuan.

Ketika akhirnya jemu dengan serangan-serangan Revisionis, Inggris mundur dari Palestina. Setelah itu, sebuah negara Yahudi diproklamasikan atas separuh daerah Palestina, menyusul resolusi PBB di tahun 1947. Siasat polisi baik-polisi jahat telah berhasil. Polisi baik dan polisi jahat kembali bersatu ketika NZO, yang didirikan oleh Jabotinsky, dibubarkan dan bergabung dengan WZO. Itulah cerita sebenarnya tentang perbedaan antara para Zionisme Revisionis dan Zionisme sayap kiri, yang diwakili WZO. Kebenarannya nyata: kebijakan-kebijakan mereka, kecuali sikap mereka yang terkenal terhadap Inggris, sebenarnya serupa. Italianya Mussolini


sumber = harunyahya.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

B. #28 = Zionis Menghalangi Kaum Yahudi Melarikan Diri

Lerni Brenner mengulas dalam Zionism in the Age of Dictators bahwasanya karena gerakan Zionis tak menginginkan kebanyakan kaum Yahudi Jerman di Palestina, mungkin dapat dianggap bahwa para Zionis, setidaknya di Amerika Serikat, berupaya mencari pengungsian lain bagi saudara-saudara mereka, namun hal itu tak terjadi. Nyatanya, para Zionis tak berbuat apa-apa demi menyelamatkan kaum Yahudi Jerman dari kekejaman Nazi. Bahkan ketika desas-desus dan laporan-laporan tentang Holokaus telah mencapai puncaknya, kaum Zionis tak mengubah sikapnya.

Di tahun 1938, David Ben Gurion (belakangan menjadi perdana menteri Israel), orang kedua di WZO setelah Weizmann, mengungkapkan pemikiran Zionis dalam sebuah pidato yang diucapkan pada sebuah rapat para pemimpin Zionis Pekerja di Inggris: “Jika saya tahu bahwa mungkin untuk menyelamatkan semua anak-anak di Jerman dengan memindahkan ke Inggris, namun hanya setengah jika memindahkan ke Eretz Yisrael, saya akan mengambil pilihan kedua.”

Segi kebijakan Zionis yang paling terkutuk selama Reich Ketiga bukan kegagalan menyelamatkan kaum Yahudi. Ini, hingga batas tertentu, dapat dijelaskan: misalnya, dapat saja didalihkan bahwa pihak Zionis ingin memusatkan seluruh upaya kaum Yahudi pada Palestina. Kebusukan sebenarnya adalah bahwa kaum Zionis telah membendung upaya-upaya kaum Yahudi pindah dari Jerman ke negara mana pun di dunia selain Palestina.

Di tahun 1943, seorang Zionis terkemuka maju ke depan untuk menentang penyelamatan Yahudi Jerman: Rabbi Stephen Wise. Sebagai juru bicara utama bagi Zionisme di Amerika Serikat, Wise melakukan semua yang ia bisa untuk menentang Emergency Committee to Save the Jewish People of Europe (Panitia Darurat Penyelamatan Yahudi Eropa), yang disusun oleh orang-orang Yahudi terkemuka untuk mempropagandakan penyelamatan. Rabbi Wise juga membela jatah imigrasi Amerika di tahun 1938, dalam sebuah surat yang ditulisnya sebagai pemimpin American Jewish Congress (Kongres Yahudi Amerika). Wise menyatakan bahwa ia menentang perubahan dalam undang-undaang yang memungkinkan orang Yahudi mengungsi ke Amerika, sebab khawatir pada anti-Semitisme.

Sama seperti di Amerika Serikat, pintu masuk ke Inggris juga telah ditutup bagi Yahudi Jerman oleh para Zionis. Kepemimpinan Zionis di Inggris menentang semua upaya di Parlemen untuk memberikan suaka bagi kaum Yahudi – termasuk ditterbitkannya beberapa ratus izin imigrasi ke kepulauan Mauritius!

Tidak sulit memahami mengapa kaum Zionis mencegah kaum Yahudi lari dari cengkeraman kaum Nazi. Jika saja pintu masuk ke Amerika atau Inggris terbuka bagi kaum Yahudi, banyak dari mereka yang berkeahlian yang dibutuhkan di Palestina malah menuju ke negara-negara itu. Untuk memastikan perpindahan orang-orang Yahudi bermutu ke Palestina, kaum Zionis menghukum Yahudi Jerman lainnya dengan hidup di bawah penindasan Nazi.

Tanpa keraguan, mereka mengkhianati bangsa mereka sendiri. Seorang rabbi Slowakia, Dov Michael Weissmandel, adalah salah seorang yang mengerti dan mengutuk strategi Zionis itu. Weissmandel berusaha menyelamatkan kaum Yahudi dari kekuasaan Nazi selama perang, namun upaya-upayanya dihalang-halangi kaum Zionis. Weissmandel menjadi geram ketika lama setelahnya para Zionis mulai menyebarkan desas-desus holokaus kaum Yahudi. Dalam sepucuk surat untuk para pemimpin Zionis yang ditulisnya di bulan Juli 1944, si rabbi mengungkapkan kemuakannya:

Mengapa kalian tidak berbuat apa-apa hingga kini? Siapakah yang bersalah atas kelalaian mengerikan ini? Apakah kalian tak bersalah, saudara-saudara Yahudiku...? ... Kejam, kalian semua, dan juga pembunuh, karena kebisuan berdarah dingin dengan mana kalian menyaksikan, karena kalian duduk berlipat tangan dan tak melakukan apa pun, meskipun kalian dapat menghentikan atau menunda pembunuhan kaum Yahudi jam ini juga.

Kalian, saudara-saudara kami, anak-anak Israel, apakah sudah gila? Tidakkah kalian tahu neraka di sekeliling kami? Pembunuh! Orang Gila! Siapakah yang memberi derma: kalian yang melontarkan beberapa perak dari rumah kalian yang tenteram, ataukah kami yang berkorban darah di kedalaman neraka?

Naluri Weissmandel sungguh tepat. Pihak Zionis memang percaya bahwa penting bekerjasama dengan musuh kaum Yahudi, untuk mendukung tekanan yang ditimpakan orang-orang anti-Semit pada kaum Yahudi, demi mendirikan sebuah negara Yahudi. Mereka sigap membiayai penganiayaan Nazi terhadap saudara Yahudi mereka sendiri. Terkadang, demi kepastian, para Zionis mencari cara mencapai kebalikannya. Mereka sangat berkepentingan pada perpindahan para Yahudi bermutu ke Palestina, dan memerlukan Nazi agar bersikap terbaik pada golongan itu. Satu contoh adalah 7 ribu Yahudi Denmark yang tak dikirim Nazi ke kamp-kamp konsentrasi di tahun 1943.


sumber = harunyahya.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

B. #27 = Kebijakan “Penyaringan Yahudi” Zionisme

Di halaman-halaman sebelum ini, kami telah menegaskan betapa gembiranya kaum Zionis dengan kebijakan-kebijakan anti-Semit kaum Nazi. Alasannya amat sederhana: semakin menderita kaum Yahudi di Eropa, semakin mudah membujuk mereka agar pindah ke Palestina. Setelah perang, para Zionis memainkan kartu anti-Semitisme untuk menciptakan kesepakatan umum bahwa satu-satunya jalan menyelamatkan kaum Yahudi adalah membiarkan mereka memiliki negara sendiri. Tidaklah mengejutkan bahwa negara Israel akan disodorkan sebagai sebuah negara bagi korban-korban penganiayaan, sebuah pengungsian bagi kaum Yahudi yang lari dari cengkeraman keji anti-Semitisme. Namun, menampilkan Israel sebagai sebuah tempat perlindungan bagi kaum Yahudi teraniaya tak lebih daripada dusta. Ini mungkin tampak sebuah pernyataan yang tergesa-gesa, namun akan terbukti benar ketika kebijakan seenaknya-sendiri kaum Zionis dalam meningkatkan pemindahan kaum “elit” Yahudi dimengerti.

Singkatnya, “elitisme” ini dapat digambarkan sebagai berikut: meskipun mendukung gelombang anti-Semit yang akan mempengaruhi seluruh Yahudi Eropa, kaum Zionis ingin memindahkan hanya orang-orang Yahudi tertentu ke Palestina. Para Zionis tak menginginkan kerumunan Yahudi “tak berguna” di Palestina. Orang Yahudi yang disukai ke Palestina adalah yang akan berharga bagi tanah air Yahudi: misalnya, kaya, terpelajar, pemuda, dan berbulat tekad. Jelas, para Zionis sangat menentang pemindahan kaum Yahudi yang tak acuh, pasrah, tanpa keahlian, dan di atas segalanya, tua. Sebuah kebijakan yang disebut “No Nalewki” (Bukan Nalewki) diberlakukan oleh WZO. Nalewki adalah sebuah ghetto besar di Warsawa, yang umumnya diisi oleh orang-orang Yahudi Polandia yang tak terdidik, terabaikan, tua, dan berpenyakit. Para pemimpin WZO menyatakan tegas-tegas bahwa mereka tak ingin menciptakan sebuah Nalewki baru di Palestina. Apa yang akan terjadi dengan Yahudi Nalewki, dan Yahudi lainnya yang “tak memenuhi syarat”? Mereka akan menderita di bawah kekuasaan Nazi, tentunya dengan bantuan Zionis. Untuk membujuk orang Yahudi yang disukai agar pindah, para Zionis dapat berpura-pura tak melihat penderitaan golongan Yahudi lainnya, bahkan, mereka mampu berperan menyebabkan penderitaan itu. Sebagaimana Brenner menulis:

Adalah kebijakan “No Nalewki” – ghetto besar di Warsawa – yang menjauhkan Zionisme dari kaum awam Yahudi, yang kebanyakan bukan Zionis, dan bahkan dari kalangan gerakan Zionis Diaspora. Mereka tak memiliki keahlian dan sumber daya yang dibutuhkan di Palestina, dan untuk selanjutnya Zionisme tak akan melayani mereka; para calon pemukim akan disaring ketat demi kepentingan Zionisme. Di Palestina sendiri, WZO memutuskan bahwa para pengangguran harus didorong agar kembali ke negara asal.

Hari-hari teror yang dikenakan kepada orang-orang Yahudi oleh kemenangan Nazi dalam pemilu Maret 1933 telah membuat ribuan Yahudi berkerumun di jalan di luar Kantor Palestina di Berlin, namun masih tiada keinginan mengubah Palestina menjadi sebuah pengungsian yang sebenarnya. Pemindahan harus berlangsung demi memenuhi kepentingan Zionisme. Hanya para Zionis muda, sehat, memenuhi syarat, dan bertekad bulat yang diinginkan. German HaChalutz Pioneers menyatakan pemindahan ke Palestina yang tak dibatasi adalah sebuah “kejahatan Zionis”.

Pemimpin WZO Chaim Weizmann termasuk pembuat kebijakan elitis ini. Laporannya di Januari 1934 mendaftarkan sejumlah persyaratan baku yang digunakan memilih pendatang ke Palestina yang berpeluang. Mereka yang berumur lebih dari 30 tahun, tak bermodal, dan tak berkeahlian tidak bisa diserap oleh Palestina. Nyatanya, kebanyakan Yahudi Jerman tak diinginkan bagi Palestina: mereka terlalu tua, atau pekerjaannya tak berkaitan dengan kebutuhan negara, atau tak menguasai bahasa Ibrani, atau tak bertekad ideologis. Jadi, relatif hanya segelintir Yahudi “terpilih” dipindahkan ke Palestina, sekalipun kebijakan-kebijakan Nazi berat menimpa semua Yahudi Jerman.

Tahun 1937, Weizmann mengatakan kepada Kongres Zionis bahwa jawabannya bagi pertanyaan apakah mereka dapat membawa enam juta Yahudi ke Palestina adalah tidak. Ia memaparkan bahwa ia ingin menyelamatkan kaum pemuda, sebab para manula memiliki sedikit sisa umur. Hanya yang muda akan bertahan; para manula harus menanggung takdirnya, entah mampu atau tidak.

Sudut pandang ini tak pernah berubah di antara kepemimpinan Zionis. Ketua sebuah panitia Zionis yang dibentuk demi menyelamatkan Yahudi Eropa, Yitzhak Greenbaum, berkomentar pada tahun 1943 bahwa jika ia harus mengambil satu dari dua pilihan – masyarakat Yahudi atau tanah Israel – ia akan memilih menyelamatkan Israel.

Antara 1933 dan 1935, dua pertiga dari seluruh kaum Yahudi Jerman yang melamar surat kepindahan ke Palestina ditolak oleh kaum Zionis, yang mengendalikan penjatahan surat itu.

Singkatnya, pintu ke Palestina ditutup bagi Yahudi Jerman yang tak memenuhi syarat-syarat Zionis. Para Yahudi ini lalu berusaha pindah ke negara lain untuk lari dari penindasan Nazi yang meningkat. Mereka mengira dapat selamat dari anti-Semitisme dengan berpindah ke Amerika Serikat atau Inggris. Namun, sekali lagi mereka kecewa, karena pihak Zionis telah menutup pintu tak hanya ke Palestina, melainkan juga ke Amerika Serikat, Inggris, dan setiap tempat pengungsian aman lainnya. Dalam sejarah, ini menjadi salah satu pengkhianatan terbesar atas suatu bangsa oleh para pemimpinnya sendiri.


sumber = harunyahya.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

B. #26 = Zionis Sebagai Agen SS: Senjata SS untuk Para Zionis

Setelah beberapa saat, pertalian erat berkembang antara SS dan organisasi bersenjata Zionis. Yang terpenting adalah Haganah, sayap militer Jewish Agency di Palestina, yang dikendalikan WZO. (Sebelum Israel berdiri, Haganah membentuk inti cikal-bakal angkatan bersenjata Israel. Beberapa pemimpin Israel, seperti Moshe Dayan dan Yitzhak Rabin, pernah bertugas di Haganah). Di tahun 1937, ada pertemuan rahasia antara Haganah dan SD (Sicherneitsdients), dinas keamanan SS. Pada tanggal 26 Februari tahun itu, Feivel Polkes, seorang agen Haganah, pergi ke Berlin.

Orang yang ditugaskan oleh Nazi untuk berunding dengan Polkes adalah Adolf Eichmann. Eichmann telah menjadi anak didik von Mildenstein dan, seperti pembimbingnya, telah belajar bahasa Ibrani, membaca tulisan Herzl, dan menjadi spesialis Zionisme di SD. Pembicaraan Eichmann-Polkes direkam dalam sebuah laporan yang disiapkan oleh atasan Eichmann, Franz Six, yang ditemukan dalam arsip SS yang disita tentara Amerika di akhir Perang Dunia II. Arsip-arsip itu mengungkapkan bahwa Polkes menyatakan bahwa kaum Zionis dapat menemukan sumber-sumber baru minyak bumi bagi Reich Jerman; sebagai balasannya, mereka meminta agar pemindahan kaum Yahudi dari Jerman ke Palestina jauh ditingkatkan. Six menyukai apa yang harus disampaikan Polkes, dan menyatakan bahwa sebuah persekutuan kerja dengan kaum Zionis akan menjadi kepentingan Nazi:

Tekanan dapat dilakukan pada Perwakilan Yahudi Reich di Jerman dengan suatu cara sehingga orang-orang Yahudi yang pindah dari Jerman hanya pergi ke Palestina, tidak ke negara-negara lain. Tindakan-tindakan itu sepenuhnya menjadi kepentingan Jerman dan telah disiapkan lewat tindakan-tindakan Gestapo. Pada saat yang sama, rencana-rencana Polkes menciptakan suatu mayoritas Yahudi di Palestina akan dibantu lewat tindakan-tindakan itu.

Kontak-kontak yang dibuat Polkes di Berlin ditindaklanjuti di tahun yang sama. Pada 2 Oktober 1937, kapal penumpang Romania tiba di Haifa dengan dua wartawan Jerman di atasnya. Para “wartawan” itu sebenarnya dua orang anggota kawakan dinas keamanan SS: Herbert Hagen dan Adolf Eichmann. Mereka bertemu dengan agen Jerman, Reichert, dan Feivel Polkes, yang membawa mereka mengunjungi sebuah kibbutz (lahan pertanian bersama yang dibangun kaum Zionis selama bermukim di Palestina). Eichmann terkesan dengan apa yang dilihatnya. Bertahun-tahun kemudian, ketika berada di Argentina, Eichmann merekam kenang-kenangannya ke kaset:

Saya sudah cukup melihat sehingga amat terkesan dengan cara para pemukim Yahudi membangun tanah mereka. Saya mengagumi keinginan kuat mereka untuk hidup, terlebih lagi karena saya sendiri seorang idealis. Di tahun-tahun berikutnya, saya sering mengatakan kepada orang-orang Yahudi dengan siapa saya berurusan bahwa, jika saja saya seorang Yahudi, saya akan menjadi seorang Zionis fanatik. Saya tak bisa membayangkan menjadi yang selain itu. Nyatanya, saya mungkin akan menjadi Zionis paling berapi-api yang dapat dibayangkan.

Di pihaknya, Polkes membuat beberapa ulasan menarik selama pertemuannya dengan SS. Ia mengatakan “Di kalangan nasionalis Yahudi, orang-orang sangat senang dengan kebijakan Jerman yang radikal, karena... di masa dekat, kaum Yahudi dapat bergantung pada keunggulan jumlah atas bangsa Arab di Palestina”. Polkes juga kembali menawarkan jasa Haganah memata-matai untuk Nazi. Lebih jauh, seperti ditulis Brenner, Polkes menunjukkan itikad baik Zionis dengan memberikan dua potong informasi intelijen kepada Eichmann dan Hagen tentang kegiatan kaum komunis di Jerman dan hubungan kaum komunis dengan pertemuan Pan-Islamic World Congress (Kongres Dunia Persatuan Islam) pada saat itu di Jerman.

Hubungan erat antara SS dan Zionis tanpa diragukan lagi disetujui di tingkat tertingginya, yakni, Führer sendiri. Di awal tahun 1938, Otto von Bolschwingh, seorang perantara antara kaum Nazi dan Zionis selama bertahun-tahun, membawa sebuah kabar gembira: Führer telah memutuskan bahwa seluruh penghalang yang merintangi perpindahan Yahudi ke Palestina akan dihilangkan. Sementara itu, Mufti Yerusalem, seorang musuh bebuyutan Zionis, yang sebelumnya telah melakukan pendekatan kepada Nazi, ditolak. Mufti itu telah membayangkan bahwa ia dapat membuat suatu persekutuan dengan kaum Nazi berdasarkan pada kesamaan anti-Semitisme mereka. Selagi ia mencoba mendekati kaum Nazi, kaum Nazi sendiri sedang sibuk mencari cara meningkatkan perpindahan orang Yahudi ke Palestina. Jadi, hubungan sang mufti dengan Nazi, yang dibesar-besarkan oleh Zionis setelah perang, sejatinya tidak penting. Mufti itu tidak mendapatkan apa-apa, saat itu atau pun kemudian, dari kerjasamanya baik dengan Roma maupun Berlin.

Kaum Nazi bergerak begitu jauh mendukung Zionis sampai menyediakan senjata bagi militan Zionis untuk melawan orang-orang Palestina. Nicosia menunjukkan (dalam The Third Reich and The Palestine Question) bahwa SS memasok senjata kepada Haganah, sayap militer WZO di Palestina, untuk digunakan melawan orang Arab. Nicosia juga menulis bahwa SS dan Mossad le-Aliyah Bet mencapai kesepakatan dalam menyelenggarakan pemindahan kaum Yahudi secara menyelundup ke Palestina, melebihi batas yang ditetapkan Inggris. Dengan kata lain, batas jumlah perpindahan Yahudi (yang dikenakan karena Inggris takut pada kemarahan bangsa Arab) dilanggar melalui kerjasama antara SS dan Zionis.




sumber = harunyahya.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

B. #25 = Perselingkuhan Zionis dengan SS

SS (Schutz-Staffel, Pasukan Pertahanan), sebuah badan Partai Nazi yang mengabdi pada Hitler, sering dianggap sebagai kaki tangan Nazi yang paling radikal, fanatik, dan kejam. SS disusun oleh Heinrich Himmler atas perintah Adolf Hitler, dan juga berfungsi dalam beberapa hal sebagai kumpulan pemikir Nazi. Buku-buku dan film-film yang berhubungan dengan SS biasanya menggambarkan pasukan SS sedang bertindak keras pada kaum Yahudi, dan menugaskan mereka tanggung jawab amat besar untuk “genosida Yahudi”. Akan tetapi, kenyataannya agak berbeda. Lenni Brenner melukiskan hubungan antara SS dan kaum Zionis sebagai berikut:

Di tahun 1934, SS telah menjadi unsur yang paling pro-Zionis dalam partai Nazi. Para Nazi lain bahkan menyebut mereka “lembut” pada orang Yahudi. Baron von Mildenstein telah pulang dari kunjungan enam bulannya ke Palestina sebagai seorang simpatisan Zionis yang bersemangat. Kini, sebagai kepala urusan Yahudi dari Dinas Keamanan SS, ia mulai mempelajari bahasa Ibrani dan mengumpulkan naskah-naskah bahasa Ibrani; ketika Tuchler mengunjungi kantornya di tahun 1934, rekannya itu disambut dengan untaian lagu rakyat kaum Yahudi yang akrab. Di dinding terpampang peta-peta yang menunjukkan kekuatan Zionisme yang tumbuh pesat di negeri Jerman.

Mildenstein tak hanya menulis artikel-artikel yang memuji Zionisme, namun juga membujuk Goebbles agar mencetak laporannya sebagai dua belas seri panjang dalam suratkabar Goebbles, Der Angriff (Serangan), sebuah terbitan utama propaganda Nazi. Laporan itu diturunkan bersambung dari 26 September sampai 9 Oktober 1934.

Dalam tulisan bersambung itu, Mildenstein memuji upaya-upaya Zionis di Palestina. Kaum Zionis sedang menunjukkan bagaimana menyelesaikan masalah Yahudi. Menurut Mildenstein, tanah itu telah mengubah kaum Yahudi dalam satu dasawarsa. Orang-orang Yahudi baru akan membentuk sebuah masyarakat baru. Untuk mengenang temuan-temuan sang baron, Goebbels mencetak sebuah medali, di satu sisi bergambar swastika, dan di sisi lain bintang Daud.

Di bulan Mei 1935, Reinhard Heydrich, saat itu kepala Dinas Keamanan SS, menulis sebuah artikel yang memuji Zionisme untuk Das Schwarze Korps, suratkabar resmi SS. Heydrich menganggap bahwasanya ada dua golongan orang Yahudi: Zionis dan pembaur. Para Zionis memiliki acuan rasial yang ketat, sama seperti Nazi. Menurut Heydrich, para Yahudi pembaur menghadirkan ancaman – namun sepenuhnya masuk akal untuk bekerjasama dengan para Zionis. Heydrich menutup artikelnya dengan suatu pujian menggetarkan hati bagi rekan-rekan Yahudinya: “Waktunya tak akan lama ketika Palestina akan kembali mampu menampung anak-anaknya yang telah hilang darinya selama lebih dari seribu tahun. Doa tulus kami beserta niat baik pemerintah kami akan bersama mereka.”


sumber = harunyahya.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

B. #24 = Undang-undang Nuremberg dan ‘Juden Raus! Auf Nach Palästina’

Sambil meningkatkan perpindahan Yahudi Jerman, kaum Nazi dan Zionis juga meluncurkan program-program untuk meningkatkan kesadaran rasial Yahudi Jerman, lagi-lagi dengan persetujuan kaum Zionis. Dalam buku Zionism in the Age of Dictators, Brenner kerap menegaskan betapa gembiranya pihak Zionis dengan kebijakan rasis Nazi. Salah satu contohnya adalah Undang-undang Nuremberg tahun 1935 yang melarang perkawinan antara orang Yahudi dan orang Jerman.

Undang-undang Nuremberg, yang diumumkan bulan September 1935, ditujukan untuk mengucilkan kaum Yahudi dari kehidupan sosial bangsa Jerman. Dengan aturan baru yang disebut “Peraturan bagi Perlindungan Darah dan Kehormatan Jerman,” kaum Yahudi dicabut kewarganegaraannya dan menjadi sampah masyarakat. Kaum Yahudi dilarang menjadi pegawai negeri, termasuk mengajar di sekolah, dilarang menulis untuk majalah, dan dilarang bekerja di radio, panggung pertunjukan, maupun film. Perkawinan, dan semua perikatan seksual antara orang Yahudi dan orang Jerman dilarang. Kaum Yahudi tidak diizinkan mengibarkan bendera Jerman. Semua tindakan ini lahir dari konsep bahwa kaum Yahudi tak akan pernah menjadi orang Jerman. Inilah kepercayaan yang sama-sama dipegang oleh Nazi dan Zionis.

Brenner mengutip satu ulasan menarik oleh kepala penyunting Kantor Berita Jerman, Alfred Berndt, yang mengenang bahwa, hanya dua pekan sebelumnya, semua pembicara pada Kongres Zionis Dunia di Lucerne telah mengulang lagi bahwa kaum Yahudi di seluruh dunia sudah benar dipandang sebagai satu masyarakat terpisah sendiri, di mana pun mereka berada. “Jadi,” ia menjelaskan, “semua yang telah dilakukan Hitler adalah untuk memenuhi permintaan Kongres Zionis Internasional dengan membuat kaum Yahudi yang tinggal di Jerman bangsa minoritas.” Brenner juga mengatakan bahwa hanya dua jenis bendera yang diperbolehkan di wilayah kekuasaan Reich Ketiga, yaitu bendera swastika Nazi dan biru-putih Zionis. Narasumber Brenner tak lain adalah pemimpin Zionis Amerika Rabbi Stephen Wise: ”Bagaimana pun, tekad membersihkan tubuh bangsa Jerman dari unsur Yahudi, membawa Hitlerisme menemukan ‘persaudaraan’nya dengan Zionisme, nasionalisme pembebasannya Yahudi. Karena itu, Zionisme menjadi satu-satunya partai lain yang disahkan di Reich, bendera Zionis satu-satunya bendera lain yang diperbolehkan di tanah Nazi.”

Lenni Brenner menamai kebijakan Nazi itu filo-Zionisme (cinta Zionisme), dan menulis bahwa kesemua itu telah membantu Zionisme di segala segi. Jadi, Nazi menerapkan beragam undang-undang yang memungkinkan kaum Yahudi menghindari pembauran dan mempertahankan kesadaran rasialnya. Tahun 1936, Nazi menambahkan bumbu “pulang ke Palestina” baru dengan tindakan mensyaratkan para rabbi menggunakan bahasa Ibrani, bukan bahasa Jerman, dalam kotbah mereka mulai tanggal 6 Desember (hari Hannukah Yahudi) tahun itu, dan setelah itu menggalakkan upaya-upaya yang mensyaratkan kaum Yahudi menggunakan bahasa Ibrani untuk tujuan-tujuan keagamaan dan budaya.

Ini bantuan yang cukup besar bagi para Zionis yang sedang berupaya mengumpulkan kaum Yahudi seluruh dunia di Palestina dan memaksa mereka berbahasa Ibrani. Upaya-upaya Nazi untuk membuat kaum Yahudi sadar rasial tak terbatas pada contoh di atas. Menurut Brenner, di musim semi 1934, Heinrich Himmler, kepala SS, mendapat sajian laporan tentang masalah Yahudi dari stafnya: Mayoritas luas kaum Yahudi Jerman masih menganggap diri bangsa Jerman dan bertekad tetap tinggal. Pemecahan-pemecahan tertentu atas masalah ini telah disarankan. Sebagaimana ditulis Brenner: ”... cara mematahkan perlawanan mereka adalah menanamkan jatidiri Yahudi tersendiri di antara mereka dengan secara sistematis memajukan sekolah-sekolah Yahudi, regu atletik, bahasa Ibrani, kesenian dan musik Yahudi, dll.”

Semua ini menunjukkan bahwa Nazi bersimpati pada tujuan Zionis untuk menciptakan sebuah bangsa. (Umum disadari bahwa kegiatan-kegiatan budaya, seperti pendidikan, seni, musik, dan olahraga berperan penting dalam pembentukan kesadaran ras di benak masyarakat). Kaum Nazi, yang mengabdikan diri untuk menciptakan suatu bangsa yang sadar ras dan murni ras, bekerja baik bersama rekan-rekan Zionis mereka.

Menurut Brenner, dalam sebuah unjuk rasa menentang Yahudi pada malam 17 Oktober 1938 di Hannover, semboyan “Juden Raus! Auf Nach Palästina” (Minggatlah Yahudi! Enyahlah ke Palestina) kali pertama muncul, dan segera menyebar ke seluruh negeri. Semboyan itu tepat mengungkapkan tujuan bersama kaum Nazi dan Zionis – mengeluarkan semua orang Yahudi dari Jerman dan memindahkannya ke Palestina.


sumber = harunyahya.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

B #23 = Kesepakatan Nazi-Zionis untuk Meningkatkan Perpindahan Yahudi Jerman

Keuntungan utama yang diharapkan Zionis akan diperoleh dari Nazi adalah dorongan Nazi bagi perpindahan Yahudi Jerman ke Palestina. Di pihaknya, Nazi berkeinginan membersihkan negerinya dari minoritas Yahudi sesegera mungkin. Jadi, tak lama setelah Hitler berkuasa, suatu kesepakatan ditandatangani yang membolehkan kaum Yahudi Jerman berpindah ke Palestina. Perjanjian ini, dibuat antara Anglo-Palestine Bank (yang terkait dengan WZO) dan Kementerian Keuangan Jerman, memungkinkan, secara tak langsung, pemindahan orang dan harta Yahudi ke Palestina, serta menciptakan suatu pasar bagi barang-barang industri Jerman di sana. Seorang cendekiawan dan politikus Irlandia, Conor Cuise O’Brien, menjelaskan rincian perjanjian sebagai berikut:

Pada tanggal 25 Agustus 1933, Eliezer Siegfried Hoofien (1881–1957), manajer umum Anglo-Palestine Bank (kini Bank Leumi L’Yisrael), bersepakat dengan Kementerian Ekonomi Jerman untuk menggunakan harta benda kaum Yahudi (yang jika tidak, akan dibekukan) untuk membeli barang-barang yang dibutuhkan di Palestina. Pengaturan ini menjadi dasar rencana resmi pemindahan kaum Yahudi.

Pada tahun 1933, Anglo-Palestine Bank mendirikan perusahaan Trust and Transfer Office Ha’avara Ltd di Tel Aviv. Sebuah lembaga mitra juga didirikan di Berlin dengan bantuan dua bankir utama Yahudi, Max Warburg dari MM Warburg di Hamburg dan Dr. Siegmund Wassermann dari AE Wassermann di Berlin. Perusahaan di Berlin, dikenal dengan Palästina Treuhandstelle zur Beratung Deutscher Juden (“Paltreu”), mengambil tanggung jawab merundingkan dengan penguasa Jerman penyelesaian tagihan-tagihan dan kontrak-kontrak eksportir Jerman dengan Yahudi Jerman yang ingin pindah ke Palestina... Sebagian besar dari 50 ribu orang Yahudi yang meninggalkan Jerman antara tahun 1933 dan 1939 menggunakan jasa Ha’avara.

Lewat kesepakatan Ha’avara atau “pemindahan” ini, kaum Zionis mencapai dua tujuan utamanya: memungkinkan perpindahan kaum Yahudi ke Palestina, dan memulihkan ekonomi Nazi, yang tertinggal akibat boikot. Barang-barang hasil industri Jerman yang dibeli oleh para Yahudi yang berpindah, lalu dijual di Palestina, dan keuntungan dari transaksi itu menggantikan modal yang harus ditinggalkan kaum Yahudi di Jerman.

WZO tak hanya telah meruntuhkan efektifitas boikot kaum Yahudi, namun juga menjadi penyalur terbesar pabrik-pabrik Nazi di Timur Tengah; bahkan memajukan perdagangan Nazi di Eropa Utara. Melalui Ha’avara Trust & Transfer Office Ltd, WZO mendapatkan semua hak penjualan atas barang-barang Jerman ke Palestina. Sejumlah besar barang-barang Jerman akan dibeli dengan uang yang diperoleh dari para pemodal Yahudi-Jerman. Jadi, WZO juga membuka jalan bagi Nazi ke peluang pasar yang besar di Timur Tengah. Diperkirakan oleh para cendekiawan pro-Zionis, seperti Conor Cruise O’ Brien dan Edwin Black (orang Yahudi pengarang The Transfer Agrement atau Perjanjian Pemindahan), setara lebih dari 100 juta dollar (saat itu nilainya jauh lebih besar daripada hari ini) mengalir dari Jerman ke Palestina di bawah Ha’avara dan perjanjian-perjanjian terkait antara 1933 dan 1941.

Kesepakatan antara para pemimpin Zionis dan kaum Nazi, khususnya perjanjian Ha’avara, telah dijelaskan dalam sejumlah buku; Lenni Brenner menceritakan tentang perjanjian ini dalam Zionism in the Age of Dictators. Kesepakatan pemindahan ini juga disebut dalam sebuah buku yang diterbitkan di Israel oleh Moshe Shonfeld: The Holocaust Victims Accuse: Document and Testimony on Jewish Criminal (Korban Holokaus Menuduh: Dokumen dan Kesaksian atas Penjahat Yahudi), maupun buku Francis Nicosia yang dikutip di mukaThe Third Reich and the Palestine Question, serta buku-buku lainnya.

Arsip rahasia pada Wilhelmstrasse (kementerian luar negeri Jerman) mengungkapkan bahwa sebuah perjanjian telah tercapai antara pemerintahan Hitler dan agen-agen Zionis untuk memudahkan pemindahan kaum Yahudi dari Jerman ke Palestina. Kutipan berikut, dari dokumen kementerian luar negeri Jerman bertanggal 22 Juni 1937, menyatakan bahwa sebuah negara Yahudi mungkin dihasilkan dari kebijakan-kebijakan Nazi:

“Kedudukan Jerman ini, yang diarahkan sepenuhnya oleh pertimbangan-pertimbangan dalam negeri, dan praktis meningkatkan penyatuan kaum Yahudi di Palestina, serta karena itu memudahkan pembangunan sebuah negara Yahudi, dapat mengantar orang kepada kesimpulan bahwa Jerman menyukai berdirinya sebuah negara Yahudi di Palestina.” Dokumen yang sama menegaskan bahwa pemindahan kaum Yahudi diatur oleh Hitler, dan bahwa sang diktator Jerman berkepentingan khusus dalam masalah itu.
Kini, fakta-fakta ini masih mengejutkan banyak orang, sebab sejarah resmi telah berupaya amat keras menyembunyikan persekutuan itu. Kaum Zionis dan Nazi sama-sama ingin merahasiakan persekutuan mereka, bahkan ketika persekongkolan itu sedang puncak-puncaknya, dan akibatnya secara umum hubungan itu berhasil disembunyikan. Walau demikian, kedua pihak tak dapat mencegah menyebarnya desas-desus. Dalam bukunya The Lobby: Jewish Political Power in US Foreign Policy (Lobi: Kekuatan Politik Yahudi dalam Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat), penulis Amerika Edward Tivnan menunjukkan bahwa di akhir tahun 1930-an persekutuan rahasia antara kaum Zionis dan Nazi telah menimbulkan desas-desus yang membangkitkan keresahan cukup besar.

Perjanjian pemindahan itu terus berlaku dari 1933 hingga pecah perang di tahun 1939. Pemindahan kaum Yahudi dari Jerman ke Palestina berakhir pada tahun 1939 bukan karena ketakcocokan kedua pihak, namun karena Jerman sedang berperang dengan Inggris, pemegang mandat di Palestina. Selama kurun 1933-1939, hampir 60 ribu orang Yahudi Jerman dipindahkan ke Palestina, dalam keadaan-keadaan yang luar biasa. Di bulan Oktober 1933, Hamburg-South American Shipping Company (sebuah perusahaan pelayaran) memulai layanan langsung ke Haifa, menyediakan di kapal-kapalnya kosher (makanan khas Yahudi) murni, di bawah pengawasan kerabbian Hamburg. Perjalanan kapal Tel Aviv, yang disebut di awal bab ini, mencakup penghidangan kosher.

Sejarawan Amerika Max Weber menyebut Ha’avara dalam artikelnya Zionism and the Third Reich yang telah dikutip di muka. Weber menyinggung sebuah laporan yang diterbitkan kementerian dalam negeri Jerman di bulan Desember 1937 yang meringkaskan hasil-hasil Ha’avara:

Tak diragukan lagi bahwa Ha’avara telah memberi sumbangan terpenting pada pembangunan Palestina yang amat pesat sejak 1933. Kesepakatan itu tak hanya memberikan sumber dana yang terbesar (dari Jerman!), namun juga kelompok pemukim paling terpelajar, dan pada akhirnya membawa ke negara itu mesin-mesin dan hasil-hasil industri yang penting bagi pembangunan.

Seperti ditegaskan Weber, satu-satunya hal yang mengakhiri perjanjian itu adalah Perang Dunia II. Kalau tidak, tak ada keraguan bahwa proses pemindahan Yahudi yang digalakkan oleh kerjasama Nazi-Zionis akan terus berlanjut, dan seiring dengan waktu, kian cepat. Hal ini dibuktikan oleh naiknya jumlah Yahudi Jerman yang berpindah ke Palestina di tahun 1938 dan 1939. Disepakati bahwa 10 ribu Yahudi Jerman akan dipindahkan ke Palestina di bulan Oktober 1939, namun “pesanan” ini harus dibatalkan karena perang mulai di bulan September. Perjanjian Ha’avara berlanjut sampai tahun 1941. Secara keseluruhan, Yahudi Jerman yang dipindahkan ke Palestina sebagai hasil kerjasama Nazi-Zionis membentuk 15 persen penduduk Yahudi di Palestina saat itu. Sebagaimana telah ditegaskan sebelumnya, hasil-hasil ekonomis Ha’avara sangat besar. Edwin Black melaporkan dalam buku The Transfer Agreement, yang diabdikan khusus bagi Ha’avara, bahwa kesepakatan itu telah menyumbang banyak bagi pendirian negara Israel dengan memicu ledakan ekonomi di Palestina.


sumber = harunyahya.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kamarku Kamar Hitam

Cukuplah Sudah Aku Mengobarkan Semua Perasaanku
Untuk Sesuatu Yang Tidak Jelas
Tetapi Cinta Adalah Anugrah Paling Sempurna
Anugrah Yang Jika Dihilangkan Akan Membawa Duka Lara
Apa Yang Kurasakan Tidak Dapat Aku Nikmati Lagi
Aku Berbicara Pada Kamarku
Kamar Hitamku
Cepat Cepat, Masuk Dan Biarkan Aku Terlelap
Biarkan Angin Membunuhku
Biarkan Hitam Memulai Permainannya Denganku
Kebiasaan Dan Kebutuhan
Aku Sayang Kamu
Aku Sangat Sayang Kamu
Aku Sudah Bertahun-tahun Memikirkanmu
Tetapi Kamu Bahkan Tidak Sekalipun Melihatku
Apakah Semua Ini Sebatas Duka Lara?
Duka Yang Tidak Mungkin Tersembuhkan

dibuat dan ditulis oleh : Sari Maras Dika - dandelion

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KEMATIAN BUNGA DANDELION ( perjalananku )

Kematian Bunga Dandelion


1. Masa kecil yang terenggut
2. Beranjak dewasa
3. Menjadi “Hitam”
4. Bertemu dengan “Bunga” - Psikiater
5. Fase cinta yang “kelam”
6. Korban kepribadian ganda di masa lalu
7. Waktu yang memaafkan
8. Menata puzzle yang retak
9. Potongan terselesaikan
10. Kematian “Bunga” Dandelion yang indah
11. Melaju seorang diri

Sambutan =

Walaupun ini hanyalah karangan fiktif belaka , namun semakin banyak orang menyikapi sebuah fenomena Gangguan Kepribadian Ganda atau para psikiater kini menyebutnya dengan “Gangguan Identitas Disosiatif” ( GID ) yang menyerang “sebagian” orang, maka akan semakin bagus bagi kita untuk mengenali para pengidap GID ini. Dengan begitu kita tidak perlu takut dan was-was terhadap para pengidap GID ini. Walaupun kita tidak boleh lengah terhadap para pengidap GID ini. Mereka bisa tampak manis dan sangat hangat di luar, namun juga tidak menutup kemungkinan mereka adalah mesin pembunuh nomor satu di dunia ini yang berdarah dingin. Dengan begitu bagaikan sebuah pisau yang tajam, terdapat dua sisi yang berlainan pada diri para GID ini, mereka bisa sangat berguna dan bisa sangat mematikan ( ex : pisau untuk mengupas buah dan untuk mengupas kulit orang ). Namun skala pengidap gangguan ini hanyalah 1 : 1.000.000 orang.
GID sendiri adalah sebuah fenomena dimana seseorang bisa mengubah – ubah karakternya di setiap tempat berbeda dengan karakter yang berbeda pula tanpa disadarinya. Mungkin banyak orang juga mengidap gangguan kepribadian ganda ini. Namun pada orang – orang, mereka bisa mengingat karakter mana dan di tempat mana dia mengubah karakternya itu yang lebih terasa familiar mereka memakai “topeng” untuk menutupi kedok aslinya. Tidak seperti para pengidap GID yang tidak bisa mengingat semua kejadian dan tempat di mana dia mengubah – ubah karakternya. Hal ini terjadi karena mungkin ada gangguan pada sistem otaknya. Hal yang bisa diobati oleh ahli terapi saja untuk mengembalikan ingatan para pengidap GID ini.
Disini sebuah cerita ringan akan saya kupas dengan hal yang penuh imaji dan khayalan antara sebuah upaya anak laki-laki dalam menemukan jati dirinya sendiri, fase – fase ketika dia akan mulai mengalami jatuh cinta, serta sebuah tindakan bodoh dan hal – hal rumit yang telah dilakukan oleh anak laki-laki tersebut.
Selamat……Membaca…….

1. Masa kecil yang terenggut

Aku adalah anak laki-laki berusia 24 tahun, namaku Dandelion Sekedelik. Orang tuaku meninggal dalam kecelakaan tragis ketika mengendarai mobil Toyota Corolla mereka pada bulan Juni tahun 1998 tepat setelah musim semi menyerang kota ku. Mereka meninggal ketika aku berumur 11 tahun atau sekitar kelas 6 SD. Setelah kejadian itu, aku diasuh oleh kakek – nenek ku di rumah bergaya gothic dan oldschool di jalan mawar no. 2 di daerah Solo, Jawa Tengah. Rumah itu lebih mirip sebuah kuburan daripada tempat tinggal. Aku selalu dihantui dan dihukum oleh bayangan “Hitam”. Aku tidak tahu dia itu siapa, tetapi yang kuingat dia adalah mata – mata yang siap mengintaiku dimana saja dan membuatku menuruti perintahnya, dia adalah suara-suara yang menyuruhku untuk mengikuti segala keinginannya. Kadang dia menyuruhku untuk memecahkan kaca jendela atau sekedar untuk mengerjai kakek nenek ku. Hal yang sangat sulit aku sadari adalah bahwa “Hitam” itu bisa menciptakan “Hitam” sesungguhnya di dalam hidupku.

Kakek nenek ku sangat baik hati, mereka mengasuhku dengan kasih sayang. Kehidupanku di masa kecil sangat biasa-biasa saja. Seperti anak kecil kebanyakan, aku sering bermain tanpa lelah, dan bermain terus menerus. Seiring berjalannya waktu aku telah duduk di bangku kelas 1 SMP dengan beberapa teman yang selalu menjahiliku. Mereka selalu mengejekku, membuatku terpojok dengan memaki diriku anak yatim piatu dan memaki namaku yang seperti anak perempuan “Dandelion”. Ada anak yang sangat bandel bernama Didi, dia selalu menonjok perutku dan menampar pipiku hingga kemerahan. Terlebih lagi Didi adalah tetanggaku lama, sehingga dia satu-satunya yang tahu bahwa masa laluku adalah anak haram ( anak di luar nikah ), karena ibuku telah hamil duluan sebelum mengikatkan pernikahan resmi dengan ayahku. Sebab lain dari Didi sangat membenciku adalah dia selalu iri padaku karena Fransiska rupanya lebih tertarik padaku. Fransiska sendiri adalah anak perempuan yang paling cantik di kelasku. Fransiska sangat menarik, dengan wajah innocentnya yang masih menunjukkan kepolosan anak SMP, mata bundar, pipi chubby, kulit putih dan hidung mancung serta bibir yang tipis membuat Fransiska menjadi primadona di kelas bahkan sekolah. Tapi perlakuan Didi lebih menuju kepada pelampiasan kekerasan. Apa yang ada di pikiran anak SMP tentang perempuan cantik? Pastilah hanya sebagai teman saja, tetapi Didi selalu tidak suka bila aku berdekatan dengan Fransiska. Aku dan Fransiska sendiri akhirnya menjaga jarak agar Didi tidak menyakitiku lagi dan kehidupanku mulai normal lagi.

Aku terhempas dalam bayangan kaburku di masa kecilku. Banyak hal yang sulit aku ingat. Hal yang memalukan adalah aku sebagai anak laki-laki tidak sanggup membalas perlakuan Didi dan kawan-kawannya itu. Aku selalu diam dan mengalah. Ada “Angel” dalam hatiku, aku yakin itu pasti sesuatu yang baik dan indah. “Angel” sendiri aku temukan ketika aku membersihkan kaca jendela kamarku dan melihat ke langit luar yang berawan dan menemukan kedamaian di sana. Inilah titik terbaik di hidupku. Disaat aku kehilangan orang yang kusayang. Aku menemukan “Angel” ( Angel = Malaikat ). Mungkin “Angel” juga yang akan memberikan kedamaian dan meredam amarahku. Aku tidak tahu, apa jadinya Didi dan kawan-kawannya itu bila tanpa ada “Angel” dalam diriku. Terlebih lagi kerumitan yang meraja-lela di waktu aku kecil sangat membuatku gila dan frustasi. Aku tidak bisa bersosialisasi, aku selalu tergagap dalam berbicara, bahkan aku hanya bicara terbuka hanya dengan Fransiska yang mau mengerti kekuranganku. Tepat di musim panas, pada waktu itu hari kelulusan SMP, semua murid bergembira, hanya ada perayaan dan kesenangan di hari itu. Namun, rupanya hal itu tidak membuatku senang, aku takut, aku hanya berdiri di dalam WC sekolah sambil mengucap doa. Aku ingin bergabung dengan mereka tetapi sangat takut. Aku terlahir dengan fisik tak sempurna, gagap, suka berkeringat bila takut, gelisah, dan juga kadang aku epilepsi. Akhirnya dengan dorongan “Angel” aku sanggup keluar dari WC dan bergabung dengan mereka, hal yang tak kuingat hanyalah “Angel” itu bukanlah “Angel” yang ku kenal, “Angel” itu telah diprovokasi oleh “Hitam” sehingga kejadian di luar ingatanku mulai kabur. Aku berdiri di samping Fransiska dan kemudian Didi datang menghampiriku. Didi membisikku : “Bila tak mau aku mengejekmu lagi di hadapan para tamu undangan hari ini dan membuatmu tampak bodoh dengan membongkar masa lalu kelam yang ada pada orang tuamu, cepatlah kau sakiti hati Fransiska, ini permintaan terakhirku sebelum kita lulus”.

Aku gelisah, kedua kakek-nenek ku tidak hadir dalam acara kelulusan ini, yang ada hanyalah orang tua masing-masing murid. Aku terikat dilema bodoh yang akan menjerumuskanku ke dalam lubang yang paling dalam. Di satu sisi aku tidak mau menyakiti Fransiska, namun di sisi lain aku juga tidak ingin Didi membongkar masa laluku yang sangat memalukan itu di hadapan para orang tua saat itu. Kemudian perlahan aku memajukan badanku untuk lebih mendekatkan diriku pada Fransiska, dan mulai membisikinnya perlahan “Fransiska, kamu sangat cantik hari ini”. Fransika hanya tersenyum polos mendengar pujianku, momen itu sangat indah, dimana Fransiska tersenyum dengan sangat lepas. Namun tiba-tiba aku teringat tugasku untuk menyakiti hati Fransiska. Aku terdiam, dan entah kenapa tamparan keras mendarat di pipiku. Aku tidak tahu apa yang telah terjadi, namun kemudian Didi dan kawan-kawannya menghampiri diriku dan memberikan tanda salut di dadanya terhadap tindakanku. “Apa yang terjadi?”. Didi hanya sinis dan mengucapkan kata “Good Job sobat” hahaha. Aku tidak tahu apa yang terjadi, aku kabur, aku berlari dan aku menabrak semua orang-orang yang telah hadir di acara kelulusan itu. Aku hanya berlari hingga lelah sampai menuju rumahku. Aku tidak ingin mengingatnya. Aku tidak ingin mengingatnya ! Ini dalah hari terburuk sepanjang hidupku ! Aku berkarat dan lebih terluka dari segala makna dari kata itu sendiri = terluka !

Hari ini setelah kelulusan itu, aku mulai menulis puisi dan sebuah syair-syair amatir untuk selalu mengingat Fransiska, aku tahu telah berbuat kesalahan, tetapi aku tetap tidak bisa mengingat kesalahan itu. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku telah membuat kesalahan dan tidak tahu letak kesalahanku. Aku selalu memimpikan Fransiska setiap malam. Mimpi yang sama, mimpi ketika Fransiska menampar pipiku. Aku membuat sebuah pandangan amatir dan menuliskannya pada secarik kertas :

“Jika sebuah makna keindahan tak terungkap.
Tak terbiasa dan menjadi hitam
Aku tidak tahu
Aku hanya sanggup melihat
Melihat wajah dan setiap kerutan di roman mukamu
Lehermu, matamu, bibir, segala hal yang ada pada dirimu
Kamu adalah gadis terindah yang pernah aku lihat
Kamu sempurna
Sempurna menuju kematian
Karena aku dan kamu adalah cinta terindah
Gadisku – Fransiska”

Aku terlelap, tertidur, dan terus tertidur. Sampai aku tahu kedua kakek nenekku akhirnya menitipkan aku ke Panti Asuhan “Karunia Belia” di daerah Jogjakarta.


2. Beranjak dewasa

Aku tetap menjadi seorang Dandelion yang sangat tidak dikenal dan liar, awal yang sangat buruk ketika mereka selalu mengejek dan menganiaya hidupku. Mereka tidak tahu, mereka hanya suka menyiksa, mereka bukan temanku, mereka juga bukan musuhku. Mereka hanya senang menjahiliku. Aku masuk SMA Lintang Paradise di kawasan elit di wilayah Jogja, tepat di seberang jalan rumah panti asuhanku. Sekolah itu hanyalah sekolah konyol dengan lambang aneh melingkupi ruangannya. Aku dibiayai sekolah oleh pihak panti asuhanku tempat ku tinggal dengan beasiswa dari Pemerintah Daerah. Walau aku tahu, aku bodoh dan sangat idiot, tapi suatu keajaiban mereka menerimaku. Sekolah ini terdiri dari berbagai macam gaya dan sudut pandang, ada kaum Borju ( siswa yang suka memakai mobil jemputan dengan sopir pribadi, segala macam benda yang menempel di tubuhnya selalu “bermerk”, dan selalu gabung dengan komunitas yang sejenis “komunitas kelas A” yang bisa juga disebut komunitas orang kaya ), ada juga kaum nasionalisme fanatik ( mereka siswa yang terkenal disiplin dan suka menjunjung tinggi semua peraturan Negara ), ada juga kaum musik-isme ( siswa yang ini memecah menjadi banyak bagian : ada emo dengan gaya khasnya, I-Pod di telinga, dengan baju serba distro, potongan rambut lepek lurus, panjang di depan, pendek di belakang, dan poni yang selalu menghiasi matanya, ada gothic dengan dominasi style serba hitam dan eyeliner dan eyeshadow serba hitam pula, dengan tatapan tajam dan mengusik, grunge dengan style khas kurt cobain, flannel, converse, dan menenteng semua yang berbau jadul dan lusuh, punk dengan Mohawk dan radikal, rock n roll dengan semua berbau serak – serak dan distorsi gila, dll ), kaum “khusus” ( siswa yang masuk kelompok ini sering dianggap yang paling jenius dengan IQ diatas rata-rata ), dan kaum bohemian “tak terpandang” ( terdiri dari siswa biasa, dan juga yang mendapat beasiswa ). Mereka semua tumpah ruah dalam sekolah ku. Aku sendiri tidak mengkhususkan diri dalam pengikutan trend –trend nan semacam itu. Aku membawa diriku sendiri dan tidak ingin terlibat dalam komunitas dan genk apapun. Namun hanya lingkungan lah yang menjebak ku di lingkungan kaum bohemian “tak terpandang”. Tapi ada sesuatu yang mesti aku pecahkan dan mengusik pikiranku sampai saat ini, mengapa Fransiska menamparku, siapa “Hitam”, siapa “Hitam”, dan mengapa kakek nenek ku bisa mengirimku ke panti asuhan. Sesuatu yang sangat ingin aku ketahui. Tetapi tiba-tiba bel berbunyi dan pelajaran segera berlangsung.

Pelajaran pertama dilewatkan dengan sebuah perkenalan antar murid, ada siswa dari kalangan kaum borju yang dengan bangga memperkenalkan diri “Hai, nama saya Geuisile Leopihl, saya adalah anak pemilik Usaha Emas di wilayah Malang, Jawa Timur, saya adalah keturunan Jerman – Jawa, ayah saya orang Jerman, dan ibu saya orang Jawa, saya tidak mempunyai cita-cita, karena buat apa cita-cita yang tinggi kalau harta keluarga saya tidak akan habis hingga anak cucunya nanti”, kemudian tepuk tangan riuh menyambut perkenalan dari Geuisille tadi, mereka salut dan terpesona dengan kecantikan dan keseksiannya, tetapi aku tidak tahu dan tidak habis pikir apa yang ada di pikiran mereka hanyalah materi – materi dan materi. Yang aku tahu Geuisille memakai uang orang tua nya untuk implant pada bibir, hidungnya, operasi plastik pada bokongnya karena mungkin dia memakai jasa operasi plastik local yang amatir, wajahnya menjadi tidak simetris dan lebih mirip murahan daripada perempuan terhormat! Berlanjut dengan anak dari kalangan yang agak psikopat dan uniknya diterima juga di sekolah ini “Hai, nama saya Agus Lompya , saya adalah pewaris tunggal dari Perusahaan Retail dan Apartement di daerah Jakarta Barat, saya mempunyai cita-cita menjadi seorang rocker, saya juga punya band bernama “Fecal Doesn’t Matter” yang sering mengikuti event-event ternama dengan membawa semangat Rock N Roll”, dulu saya juga pernah menjadi pecandu narkoba, mantan pemain seks gila yang sempurna dan seorang yang sangat menghargai “perempuan”, sekian dari saya”, tidak ada tepuk tangan, hanya ada cibiran dan makian terhadap Agus”. Hmm. Gumamku, Ini lagi, walau tampangnya agak lumayan tapi memang dia agak “aneh” dengan bau yang menyengat dari tubuhnya, dan dengan aksesoris berlebihan yang menempel di tubuhnya, tattoo, tindik, gelang hitam, cincin, dan malah membuat dirinya lebih tepat sebagai mantan kaum homoseks daripada mantan pecandu seks terkesan norak dan agak kampungan. Melihat sekumpulan ras manusia itu aku selalu skeptis dan tak bisa respek terhadap mereka, lihat betapa hebatnya mereka tak tercela, manja. Aku terus tertawa melihat para murid baru-baru yang sibuk unjuk gigi dan memperlihatkan kelebihan mereka dalam berorasi dan memperkenalkan diri. Perkenalan yang sangat bebas dan terlalu vulgar untuk golongan anak SMA. Entah karena budaya barat yang semakin merajalela atau memang karena rasa malu telah lenyap di muka bumi ini, tidak ada sebuah sopan santun khas ala produk orang Jawa, mereka berbicara menggunakan bahasa alien “inggris”, memakai high heels, rok sepaha, dan semua yang serba dikira modern dan menarik “gaul”. Disaat aku sedang melamun melihat tingkah mereka. Kemudian tiba saat giliranku, aku maju ke depan ruang kelas, aku terdiam, aku tidak tergagap, dan sangat bersyukur bisa mengatasi hal yang menghambat ku di waktu kecil telah lenyap sama sekali, aku tidak tahu mengapa hal-hal cacat ku di masa lalu bisa hilang begitu saja. Aku langsung memulai perkenalanku “Hai, nama saya Dandelion Sekedelik, saya adalah anak yatim piatu, tidak ada yang bisa saya ceritakan tentang diri saya, saya hanyalah sekumpulan dari sampah masyarakat yang lebih layak di tempat sampah daripada disini, saya yatim piatu, saya dibuang dip anti asuhan dekat sini, saya hanyalah “debu” dari kalangan minoritas yang terjebak dalam kalangan “berlian”.. sekian”. Tidak ada tepuk tangan, yang kutahu mereka hanya sesekali berbisik-bisik dan menaruh pandangan “aneh” dan heran terhadapku. Hari pertama aku lewati dengan situasi yang sangat hangat dan dingin, tidak ada yang istimewa. Sebuah rangkuman hari ini lenyap begitu saja, aku menghempaskan diri lagi di ranjangku, hingga ibu panti asuhan selalu setia membuatkanku teh hangat sebelum tidur “Ibu Losa”, Ibu Losa yang selalu membuatku damai dan menyajikan suasana hangat di dalam rumah panti asuhan. Suatu kenyamanan yang tidak pernah aku dapatkan dari teman- temanku. Melambatkan semua aliran darahku. Menikmati sepucuk lukisan tentang Fransiska, Gadis yang merobek nuraniku, sanubariku, aku menyelami tiap jengkal keindahannya sampai aku tidak dapat melihat cacat dari dirinya. Aku menangis karena pengidap histeria eksrim, aku kejang-kejang, darahku cepat sekali menuju otak, aku tahu, ibu panti asuhanku berteriak penuh dengan kengerian. Tanpa ada suatu hal apapun, tiba-tiba pandanganku kabur, dan sayup-sayup kudengar suara anak panti lain “Ibu Losa” mati –mati!

3. Menjadi “Hitam” Bersama Billy “Bocah Kotak”

Aku terbangun, aku terbangun di ruangan serba putih, aku tahu aku di rumah sakit, suster perawat kemudian mendekatiku “Sabar nak, semua pasti ada hikmahnya”, “Apa yang terjadi sus? “, “hmm, kau betul – betul tidak ingat? “ aku hanya menggeleng, “Ibu Losa meninggal bunuh diri dengan meminum teh yang bercampur sianida”, Apa? ! aku tak percaya, orang yang ku cintai meninggal begitu cepat, baru saja aku mengalami kehangatan dari seorang ibu lalu terenggut lagi. Aku mengamuk, aku ingin segera melepas infusku yang menancap di nadiku dan menghampiri Ibu Losa, aku tidak percaya dia meninggal secepat itu, tetapi tiba-tiba aku tahu pertahananku mulai limbung, aku terjatuh dan pandanganku kabur dan aku melayang lagi. Setelah kejadian itu, aku selalu menjadi anak pemurung lagi, aku tidak pernah dewasa, nilai-nilai akademisku mulai menurun, aku sering bolos, aku selalu berbuat ulah dan berkelahi dengan anak lain, dan akhirnya berakhir dengan keputusan untuk Drop Out dari SMA pada waktu kelas 2. Aku kabur dari panti asuhan, aku tak tahan ejekan teman-teman panti asuhanku yang menyebutku sebagai “pembunuh”, walau setelah persidangan di lakukan aku terbukti tidak bersalah dan aku mempunyai alibi kuat, jadi Ibu Losa , murni meninggal karena bunuh diri karena mengetahui bahwa suaminya selingkuh dengan pekerja seks komersial dan mengabadikan momen itu dalam video porno yang dibintanginya. Aku tak ingat apa-apa, semuanya kabur dan tak bisa terencana. Aku merasakan pusing hingga nyeri di seluruh tubuhku bila mengingat–ingat semua kejadian di masa lalu yang mengusik hidupku. Aku keluar dari rumah sakit dengan sedikit mengalami trauma kecil dan kemudian aku hidup menggelandang, aku tidur di emperan toko, jembatan, dan makan dari sampah sisa-sisa makanan orang kaya di gedung bertingkat. Sampai suatu ketika aku bertemu dengan Billy Kids, aku bertemu dia ketika menonton konser aneh bertajuk “Dead Or Dying” yang di selenggarakan di SeXyGal di sebuah arena terkenal di wilayah Jogjakarta, sebuah arena kafe murahan untuk band-band yang penuh dengan suara bising, yang penting bising dan banyak aksi dan kaya raya bisa laku disini, banyak groupies berserakan bagaikan penyakit menular, aku tidak tertarik dengan segala macam rayuan groupies itu, mereka jelas terpesona padaku. Aku adalah lelaki tegap, atletis, tampan, berhidung mancung dan berkharisma, dan aku juga keturunan setengah Arab dan Jawa, aku mencari pojok tertentu untuk menikmati alunan musik dari band local yang bernama “Kill Your Buddies” yang membawakan lagu dari Kidney Thieves yang berjudul Before I’m Dead. Billy lalu menghampiriku dan bertanya mengapa aku sendiri, aku hanya menjawab bahwa aku tidak tahu, aku juga tidak sadar bisa masuk kesini. Aku mengobrol tanpa henti kepada Billy, namun tidak ada satupun percakapan yang aku ingat hari itu. Yang jelas dari mimik wajah Billy, aku sadar Billy sangat penasaran terhadapku. Aku sendiri tidak menggubris kehadiran Billy sampai suatu ketika aku akan tahu bahwa Billy hanyalah sosok yang paling mengerikan yang membuatku menjadi “Hitam” untuk yang kesekian kalinya. Aku dan Billy kemudian berbincang – bincang tentang tragedi SID Vicious – Nancy, Kurt – Courtney, dan bintang rock star dunia lainnya. Kematian tragis dan sebuah era pemeberontakan untuk anak muda pada masanya. Mungkin lagu sekelas Nirvana yang sangat original dan beredar tahun 90’an masih sangat terdengar modern di era sekarang, entah mungkin karena kejeniusan Kurt atau kegilaan Kurt sehingga dia bisa membuat karya yang sangat memabukan semua remaja itu yang mengambil haluan “Grunge”. Billy lalu membawaku ke rumahnya. Rumahnya tidak terlalu besar, lebih mirip sebuah gudang, terletak di Poist Street, di sudut kumuh tak di kenal di wilayah Jogja. Billy lalu mengijinkanku untuk tinggal bersamanya, Billy selalu perhatian kepadaku, dia adalah teman yang paling aku sukai saat ini, semua kebutuhanku dicukupinya, aku tidak pernah kekurangan materi bila bersama dia. Aku tahu dia tipekal orang yang sangat perfeksionis, sangat tampan dan jago main piano, maniak seks, atlet bola kelas satu, dia adalah sempurna untuk semua bidang yang dia tekuni, dan dia adalah seniman yang sangat antik namun sangat terkenal dalam konser underground dan non-komersil di wilayahnya. Sosok “Angel” tidak pernah muncul dalam faseku ketika bertemu dengan Billy, semuanya memudar, aku hanya ingin “Hitam” “Hitam” dan “Hitam”.

Aku terlalu larut dalam suasana mencekam, semuanya muram. Billy mengolekasi banyak film-film lokal illegal tentang pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, dan penganiayaan yang jelas sudah banyak koleksi-koleksinya di rumahnya. Aku berbohong dengan mengaku sudah tidak perjaka lagi terhadap Billy, karena dia selalu memaksaku untuk berhubungan seks dengan para PSK langganannya. Aku bukannya tak mau, aku hanya tidak ingin melakukan hal konyol itu sebelum menikah. Tidak ada untungnya, hanya ada penyakit dan resiko besar. Aku hanya tetap berfantasi tentang Fransiska, walau aku tahu Fransiska hanyalah potongan kecil dari kamus lengkap hidupku. Putus asa dan jahanam. Aku menggeluti kehidupan lebih dari seorang sampah dengan Billy. Kami tidur hingga larut malam hanya untuk mabuk dan menonton film – film porno yang dia beli dari black market, omong kosong dan bualan, sesaat aku tersadar, aku bukan Dandelion yang dulu lagi, aku selalu melayang, aku tidak ingat hal-hal suci lagi, aku menghalalkan yang haram. Hal yang sangat aneh di depanku sekarang yang dulu sangat haram untuk ku menjadi sangat nikmat di hadapanku. Perlahan kulihat mulai meninggalkan aku sendiri. Aku terbius aroma surgawi. Aku lupa siapa nama wanita itu, yang jelas dia mulai melepas pakaiannya satu persatu di hadapanku dan kami mulai berciuman, namun setelah itu aku lupa apa yang terjadi, aku terlelap, terlelap jauh menuju angkasa. Aku tersentak ketika pagi harinya aku melihat keadaanku bugil di kamar Billy, aku tidak ingat tentang kejadian semalam. Billy dan aku hanya meneguk alkohol sangat banyak hingga perempuan itu. Perempuan yang akhirnya aku ingat namanya Lisa, dia adalah PSK simpanan Billy. Astaga, Billy menjebakku ! Billy mulai memberi kejutan padaku dan menyalakan televisi dan adegan demi adegan ditayangkan dalam film itu. Aku tersentak, aku mengamuk, aku tidak sadar, pemeran dalam film itu adalah aku dan Lusi. “Surprise Bung, untuk pagi yang cerah ini, film dokumenter terbaik di masa ini” teriak Billy padaku. Aku menangis, aku kehilangan keperjakaanku dalam waktu tidak sadar, aku menangis, aku malu, aku sangat hina melihat wajahku yang penuh birahi di film itu, ketika aku ereksi dan semuanya itu. Hal yang sangat gila, Billy memaksaku menjadi dewasa prematur dalam satu malam, dia menghancurkan apa yang sudah kujaga selama bertahun-tahun ini hancur dalam satu malam dengan perempuan tidak terhormat sekelas Lisa. Billy kemudian meminta maaf kepadaku, Billy rupanya hanya ingin menyenangkan hatiku dengan membawa Lisa untukku, dan Billy terlalu khawatir berlebihan padaku, sehingga mengira aku homoseks, jadi memang Billy benar-benar tidak tahu bila aku masih perjaka. Semenjak itu kehidupanku tambah berantakan. Semuanya menjadi hitam sempurna, aku kehilangan keperjakaanku, aku larut dalam alkohol. Walau Billy selalu menawariku untuk mencoba LSD, Kokain, atau Heroin, tetapi aku masih waras untuk tidak mencobanya, aku tidak ingin berakhir dengan slogan “I Hate My Self and I Want To Die”. Aku bingung dengan pola hidup Billy yang semakin kaya mendadak, aku dan Billy sudah pindah dari gudang Poist Street menuju Lux Town (kawasan mentereng di wilayah Jogja). Aku tidak tahu dan tidak ingin tahu, yang penting aku diberi fasilitas mewah oleh Billy sedangkan aku disitu hanya bertugas untuk membantunya menulis lirik dalam permainan pianonya. Aku semakin suka melihatkan tulisanku kepada Billy, namun ada judul yang menarik perhatian Billy. Tulisan itu berjudul “Hilang Mulai Tenggelam”. Kemudian aku membacakan lirik itu di hadapan Billy yang berbunyi :

Aku berlari…
Menahan Jejak
Larut mendunia dan mengembun
Hilang santapan makan malamku
Sebuah pengampunan dosa
Dari tengkorak dan ketelanjangan mata
Telanjang menuju lumpur kemaksiatan
Melihat fungsi menikam dan mata serigala
Mengoyak semua jalanan yang ada
Sangat Lihai, licik dan sangat berduri
Liar, Cerdik, dan Pembohong
Dia hilang dan tenggelam
Tenggelam dan membentuk kehidupan baru
Di bawah sana
Aku jatuh cinta dan ingin merobek hatimu
Dengan darahku dan darahmu di rahim-Mu

Billy memberikan applause yang sangat berlebihan, bagiku itu hanya tulisan amatir, sama seperti tulisan ketika aku bertemu dengan Fransiska, aku teringat Fransiska lagi, aku mulai terbang lagi, kali ini semakin jauh, aku bisa melihat tubuhku dibawah sana. Diam dan membeku, mulutku mengeluarkan cairan putih. Epilepsi ku kambuh ! Billy panik, aku sudah tidak ingat apa-apa lagi. Semua hitam dan dingin.

Semalam itu aku duduk di balkon teras rumah Billy, aku masih dalam rawat jalan dengan dokter khusus yang dipanggil Billy. Billy menceritakan kejadian itu, “Kamu berteriak seperti orang gila, berteriak memanggil Fransiska, Didi, Kamu mengambil pisau dan ingin menusuk perutmu, tapi kemudian kamu kejang dan epilepsi mu kambuh”. Lagi-lagi aku terdiam tidak percaya. Aku sungguh tidak ingat kejadian itu. Billy mendapatiku dalam sosok lain diriku yang lain, Billy senang mempermainkan diriku, bagaikan aku ini sebuah lirik yang bisa disatukan dengan nada dan instrument gitar, drum dan yang lainnya. Aku Manusia !! Aku berpikir keras untuk mengakhiri persahabatan ini dengan Billy, hingga aku akhirnya keluar kata-kata dariku…… “Kurasa, pertemanan kita sampai disini Bill – bocah kotak, aku sungguh tidak mengerti aku dan hidupmu, aku dan kamu sungguh-sungguh berbeda !” teriakku kepada Billy. Billy agak terheran, dia kemudian angkat tangan dan menyuruhku berbuat semauku. Aku mulai mengambil langkah dan meninggalkan rumah Billy. Tidak ada barang yang ku bawa dari rumah Billy, hanya pakaian yang melekat di tasku ini, tas ransel dan beberapa lembar buku. Aku berjalan jauh menyusuri kota Jogjakarta itu seorang diri, berjalan terus hingga kakiku mati rasa, aku berjalan diantara sekumpulan anak muda yang sedang menghabiskan waktunya dengan pacarnya, keluarganya, dan teman-temanya. Sesaat aku sadar, udara malam itu sangat dingin, pakaian yang ku kenakan terlalu tipis, aku tidak memakai jaket, dan perasaan asing mulai menyelimutiku. Aku bertanya-tanya seorang diri “Siapakah aku? Apa yang telah aku lakukan ?” Tiba-tiba pertanyaan mudah itu menjadi sulit aku jawab di dalam hati. Aku tersadar, astaga, ternyata selama ini aku belum mengenali diriku sendiri. Aku pandangi tubuhku di kaca etalase toko, setelah kejadian yang lalu, aku memandang pantulan wajahku di kaca etalase toko itu, aku bertanya-tanya “Sedang apa kamu disitu? Mengapa kamu terkurung dalam kaca? “



4. Bertemu dengan “Bunga”

Kurasakan sinar di mataku, aku mengusap-usap mataku dan terbangun, aku ingat semalam terlalu lama berjalan hingga aku lelah dan tidur di emperan toko kelontong di daerah alun-alun Jogjakarta. Aku terbangun dengan sangat terpaksa karena pemilik toko rupanya mengusirku dari tokonya dan memberiku selembar uang seribu rupiah karena mengira aku adalah pengemis. Aku pandangi tubuhku dalam sebuah genangan air di jalanan, aku sangat berantakan, aku compang-camping dengan memakai kaos bergambar “Silverchair” yang kebetulan di beri oleh temanku yang sangat fanatik terhadap Grunge dan Daniel John. Aku dapati sebuah wc umum di dekat terminal, aku bergegas menuju tempat itu dan langsung melepas semua bajuku dan mandi dengan singkat. Aku mulai kehidupan bohemianku yang sudah lumayan akrab pada hidupku. Aku bergabung dengan tukang ojek, pengamen, pengemis dan para kaum minoritas lainnya. Aku sanggup bertahan karena aku yakin Tuhan tidak akan meninggalkanku. Aku selalu makan dari “Sampah” lagi, semua terlihat mewah di dalam restoran ber-label “asing” di kejauhan sana, mereka makan terlalu kenyang hingga membuang makanan mereka di tempat sampah, sedangkan disini, sisa “sampah” mereka bagaikan rejeki menggiurkan untuk kami, tetapi ada juga orang yang tidak beruntung, banyak anak kelaparan hingga meninggal gara-gara tidak bisa makan. Tidak ada yang salah disini, disamping tiap indinvidu tidak bisa mengoptimalisasi dirinya sendiri, peran pemerintah juga jarang menyentuh kalangan bawah. Semua sudah bagaikan warisan turun temurun, tidak ada orang membagi-bagikan kekayaan mereka karena takut jatuh miskin, sedangkan si miskin sendiri tidak mempunyai semangat kerja keras dan etos kerja yang baik dan hanya bisa meminta-minta saja tanpa usaha. Mereka bagaikan di alam mimpi, disaat mereka sudah tidak tahu untuk apa uang yang mereka dapatkan dari kerja keras mereka sehingga hanya bisa ditimbun tanpa disedekahkan. Orang minoritas sangat sulit mendapatkan sekeping rupiah. Menurut kejadian yang sedang berlangsung ini, hanyalah sebuah pasangan yang kompleks, ada hitam – putih, kaya – miskin, perempuan – laki-laki, dan lain-lain. Mereka berburu dan merealisasikan semua mimpi mereka dengan prinsip kapitalisme, yaitu menumpuk kekayaan sebesar-besarnya tanpa memikirkan nasib rakyat kecil, sehingga lahirlah anak haramnya yang bernama Komunisme, mungkin itu hanyalah coretan spiral antara Adam Smith dan Karl Marx, aku tidak akan menyinggung Hitler dengan partainya NAZI yang sukses membantai ribuan orang selama Perang Dunia II. Hei, lebih banyak korban-korban lain selain PD II, tetapi mengapa hanya Hitler yang dibesar-besarkan? Dasar hiperbola, haha. Aku berjalan lagi, mencari sampah dengan menjadi pemulung, aku dikebiri oleh nasib bangsaku sendiri, negeri yang sangat kaya namun akhirnya menjadi budak di negeri sendiri, apakah mereka takut berbagi ilmu sehingga sangat anti kepada orang bodoh. Aku tidak mengerti, yang jelas aku sangat kesepian tanpa ada perempuan disampingku, aku selalu kelaparan dalam hal percintaan. Aku memang selalu kelaparan karena jarang makan, perutku perih hingga aku memang kayaknya harus puasa setiap hari. Aku kesepian dan bahkan aku membutuhkan belaian perempuan. Lantas akan jadi apa aku ini tanpa kehadiran seorang Hawa disampingku? Bukankah memang Hawa tercipta untuk ku? Tapi mengapa mereka kaum pesolek yang dijuluki dengan nama perempuan itu sangat materialistik? Mereka menilai seseorang dari sebuah uang. Uang hanya menjerumuskan seseorang perempuan alim menjadi jalang. Aku melamun, menimang-nimang keadaan yang menimpaku sekarang sambil menikmati bau yang menusuk dari gunungan sampah yang aku geluti sekarang ini. Aku sudah menemukan banyak sampah untuk disortir di tempat penyortiran, segera aku ingin pulang, namun sesaat aku terkejut, hujan turun secara tiba-tiba dan aku berlari kencang mencari tempat perlindungan, aku basah!

Di sebuah halte bis kecil aku berteduh dari hujan, aku menungu sambil membuat catatan-catatan kecil dalam buku tulisku, aku menggambarkan keadaan saat itu dengan tulisan absurd dan jayus yang berjedul “Hujan Menari Di Atas Meja Makan”

“Ku lihat hujan membasahiku kakiku
Merambat menuju saluran urinku
Sampai kurasakan aku mulai ingin meniduri sang waktu
Apakah telinga mereka hanya di jejali lagu cinta
Sehingga di waktu hujan pun mereka menari dengan kaki pacar masing-masing
Sungguh edan jaman sekarang
Tanpa hubungan resmi pun
Mereka bisa sibuk bercinta
Ahli dalam bercinta
Mengalahkan bintang porno kelas dunia sekalipun
Oh timur mengertilah
Ini bukan budayamu
Budayamu ada pada keluhuran moralmu
Tapi entah mengapa yang baik menjadi aneh bagimu
Dan yang semakin jelek dan rusak bisa tampak gaul di matamu
Oh hujan yang indah
Basahi, banjiri, dan tenggelamkan mereka
Mereka orang terlaknat
Yang bercinta dan menari di atas meja bagai orang maniak
Padahal mungkin mereka tidak tahu
Bahwa untuk tiap satu tetes hujan ini
Malaikat perlu seribu tahun untuk berdoa
Berdoa agar turun hujan dan memakmurkan tanah kita
Namun, tanpa ada kepekaan, mereka mengotori malam dingin ini
Dengan kenistaan terhadap musuh utama kita.
Yaitu….
IBLIS

Senyawa yang terkandung dalam hujan ini sangat indah, dingin dan menusuk ragaku. Aku kembali dengan bentuk pribadi yang sangat mengerikan, aku menanti hujan ini dengan sangat tergesa-gesa. Sehingga tanpa memperdulikan hujan ini, akhirnya aku lari dan menerobos guyuran air hujan dan akhirnya aku sadar, ada orang asing yang menghampiriku, aku dibawa olehnya, kemudian orang itu aku perlahan membius, aku terjebak !
Lupa ingatan yang aku inginkan saat ini, aku terbangun dalam ruangan empuk dan mirip bantal-bantal disampingnya. Aku di kelilingi sebuah ruangan aneh, lagipula aku memakai baju putih dan tanganku ditali kebelakang melewati punggungku, aku tidak bisa bergerak, aku panik, aku gelisah, ruangan ini mirip sebuah ruangan yang ada dalam mimpiku dan aku menyadari ada sesuatu yang aneh disini, ternyata aku sendirian. Lama aku mengingat-ingat di tempat apa aku sekarang ini, sehingga aku berusaha menggedor-gedor pintu berlapis yang di kunci dan menabrak kan kepalaku ke pintu dan semua ruangan yang ada di situ, hingga pintu kemudian dibuka, ada seorang dokter tua, ya dokter karena memakai kartu nama bernama Dr. Phil Morrison. Aku sadar dokter itu terlihat jahat, aku sadar dia mungkin seorang phedophil karena namanya sudah mengindikasikan seperti itu. Kemudian dokter itu mendekatiku dan membisikiku kata-kata yang mengerikan “Selamat dating dalam neraka yang baru Dandelion, disini kami tidak akan membuatmu mati, tetapi hanya akan membuatmu mati tersiksa secara perlahan karena kegilaanmu yang sudah di ambang batas, Billy yang menyuruh orang-orangnya untuk mencarimu dan memenjarakanmu disini. Selamat dating di Rumah Sakit “Turn Your Brain” hahaha


Sesaat kemudian aku ludahi dokter itu tepat di wajahnya, dan kemudian aku membisiki dia sesuatu “Terima kasih dok, tapi kita akan kita lihat siapa yang akan mati disini” .Dokter itu rupanya agak kaget dengan perkataanku, dia mengambil sesuatu dalam kantongnya, yang kemudian aku tahu bahwa itu adalah jarum suntik di isi cairan bius morfin dan kemudian menyuntikannya ke tubuhku, aku melayang lagi, tapi kali ini aku agak sadar dan senang, karena paling tidak aku akan kenyang disini, tidak menderita kelaparan lagi seperti di luar sana.

Esok paginya ada seorang psikiater perempuan yang menghampiriku. Dia melihatku dengan tatapan mata-nya yang tegas. Dia berucap : “Selamat pagi Dandelion, kenalkan aku psikiater baru mu dari Jakarta, namaku : Bunga”. Aku diam saja, aku tidak pernah percaya lagi kepada orang lain. Aku tidak menghiraukannya. Aku tetap sendiri di pojok ruangan kamarku dan mulai menulis puisi lagi. Psikiater bodoh itu mulai mendekati ku lagi. “Bagus juga ya karyamu, boleh aku melihatnya? Ujar psikiater itu. Aku diam, aku langsung memunguti buku-ku dan menutupnya. Psikiater itu mulai menjauh. Psikiater itu mulai menulis catatan – catatan kecil dan mulai berkata sendiri. “Dahulu ada seorang anak manis, dia mempunyai bakat yang indah, dia sanggup membuat karya dalam hitungan detik, tetapi entah kenapa, gara-gara seorang perempuan, anak manis itu berubah menjadi seorang jahat dan asing”… Aku terdiam, aku tidak tahu maksud psikiater itu. Tapi kemudian aku penasaran dengan kelanjutan ceritanya. Aku mendekati psikiater itu, dan mulai membujuk dia untuk melanjutkan ceritanya lagi. Dalam sorot mata-nya tampak psikiater itu senang dan puas karena membuatku tertarik. Lalu dia mulai melanjutkan ceritanya. “Anak manis yang jahat dan manis itu sekarang sedang berdiri di hadapanku, dan dia tidak sadar bahwa yang ku maksud adalah dirinya sendiri”…..Tiba-tiba pintu ruanganku terbuka dan ada dokter Phil yang masuk dan mengatakan sesi sudah selesai. Lalu psikiater itu mulai keluar dan melempar senyum kepadaku. Pintu ditutup dan aku semakin termangu tidak percaya, kami baru bertemu beberapa menit dan dia (psikiater) itu bisa membaca jalan pikiranku. Cukup lama aku memikirkannya. Tetapi semakin aku memikirkannya aku menjadi semakin pusing dan mulai terlelap tidur. Aku terlelap.

Tiba-tiba kurasakan ada aroma melati di sekelilingku. Aku terbangun dari tidurku dan mendapati psikiater itu sudah ada di ruanganku. “Selamat pagi dandelion” Sapa psikiater itu dengan ramah. Aku tidak menjawabnya, aku tetap cuek dan tidak bangun dari tempat tidurku. Aku bersemayam dalam kesendirianku. Aku orang yang tidak gila namun dimasukkan dalam rumah sakit jiwa. Tiap hari aku serasa putus asa. Namun tiba-tiba psikiater itu memberikan suatu perjanjian denganku. Psikiater itu berucap bila aku bisa bekerja sama dengannya maka dia bisa mengeluarkanku dari rumah sakit jiwa ini. Aku terdiam, termangu, aku juga ingin sekali keluar dari tempat busuk ini. Akan tetapi balasan yang harus aku berikan kepada psikiater itu adalah aku harus rela menjadi kelinci percobannya. Karena menurut dia, aku adalah pribadi yang menarik. Jadi psikiater itu memberi aku waktu satu hari untuk memikirkannya. Aku merenung, mencoba mencari jawaban, kalau pun aku bisa keluar dari sini, pasti aku juga akan terkekang lagi di dalam perintah psikiater itu. Tetapi aku juga tidak tahan, tidak tahan karena memang disini adalah seburuk-buruknya tempat di dunia. Jadi dengan perasaan mantap, aku putuskan untuk mengikuti psikiater itu.

5. Fase Cinta Yang Kelam

Aku dibawa ke tempat psikiater itu, cukup megah, mirip istana daripada rumah. Aku berjalan dengan tangan masih di ikat karena mungkin mereka masih khawatir aku akan kabur. Psikiater itu menyuruhku untuk memanggilku dengan nama Bunga saja. Sekilas gambaran tentang Bunga adalah gadis berpotongan pendek, mata yang tegas, dan postur tubuh yang tinggi sedikit mengingatkanku terhadap seseorang namun aku lupa. Bunga membawaku ke ruangan wangi dan mirip kamar yang aku impikan, penuh dengan poster NAZI, Hitler dan Musisi Rock favoritku = doors, nirvana, dan yang lainnya. Aku berterima kasih sekali dibawa Bunga disini. Aku disuruh istirahat oleh Bunga. Lalu aku menulis puisi untuk Bunga :

“Mungkin pertemuan kita tidak akan terjadi
Bila aku tidak menderita terlebih dahulu
Menderita dan merasakan pahitnya hidup
Mungkin pertemuan kita akan menjadi awal yang baik untukku
Di suatu sungai aku dapat melihat pantulan wajahku sendiri
Pantulan dari air itu menggambarkan aku
Wajah yang mengerikan
Penuh dengan lebam, luka suntikan dan putus asa
Namun aku juga dapat melihat ikan berenang disitu
Itu mengajari ku sesuatu
Bahwa ikan itu adalah kamu
Bunga----------

Aku tidur lagi, tidur yang sangat panjang, sampai aku tidak merasa bahwa tubuhku sudah dipenuhi kabel-kabel yang mengelilingi tubuhku. Tubuh berada dalam tabung air. Aku tidak tahu aku ingin menjerit dan berteriak namun tidak bisa. Ku lihat samar-samar dari kejauhan ada Bunga yang memakai pakaian putih-putih seperti dokter sedang berbincang-bincang dengan dokter Phil. Astaga, aku di jebak! Aku seperti keluar dari mulut singa dan masuk ke mulut buaya. Aku tidak tahu tiba-tiba salah seorang dokter mendekatiku dan menyuntikkan cairan kepada infuse yang ada pada tanganku. Perlahan-lahan aku melayang, dan tiba-tiba kurasakan mataku terpejam, namun aku dapat melihat semuanya dengan jelas, didi, fransiska, dan billy ! Mereka tertawa – tawa di otak ku dan menari dengan liar. Ku lihat didi menikah dengan bunga, aku menghadiri pesta pernikahan mereka. Namun ada badai dalam pesta itu, ya badai! Aku merasakan fransiska berlari kearahku, semakin dekat dan semakin menjamah tubuhku, wajah kami sangat dekat, sehingga aku baru menyadari bahwa fransiska itu adalah Bunga.

Mataku terbuka lagi, aku melihat fransiska duduk di sampingku, aku sudah berada di tempat lain lagi. Aku di ruangan yang penuh kosmik. Mungkin ini hanya mimpi, jadi aku memastikannya dengan mencubit tanganku dan ternyata terasa sakit. Fransiska mendekati ku, “Dandelion, mungkin kamu akan bingung aku ada disini, namun ada nya aku disini hanyalah untuk membantu mu, percayalah”….Aku syok, kaget dan tidak percaya, fransiska masih mengenaliku, dia membuat aku bingung dan pusing. Namun kemudian dia mencium pipi ku dan menyatakan akan mengunjungiku besok lagi. Aku senang dan sangat heran, perjalanan hidupku sangat rumit. Namun semenjak fransiska- cinta pertamaku datang, aku jadi semangat lagi menjalani kehidupan ini.

Fransiska lalu datang ke esokan harinya dan dia membeberkan semua kejadian ketika dia menamparku karena ternyata aku memanggil dia dengan Jalang. Didi juga sudah berubah menjadi baik, dan fransiska juga menyebutkan bahwa aku mengidap GID (Gangguan Identitas Disosiatif). Itu sebabnya fransiska menemui ku, karena dia merasa dia mempunyai peran penting dalam kesembuhanku. Aku berterima kasih kepada Tuhan, karena mempertemukanku dengan fransiska lagi, walau aku jarang berdoa kepada-Nya, namun aku tahu untuk kali ini aku perlu berterima kasih kepada – Nya.

6. Korban Kepribadian Ganda Di Masa Lalu

Suasana pagi ini seperti pagi kemarin, sangat indah namun membuat suatu perbedaan mendasar dalam hidupku. Fransiska dan Bunga adalah kembar identik. Mereka berdua orang yang sama-sama aku cintai, Fransiska adalah orang yang aku cintai di masa lalu, sedangkan Bunga adalah orang yang aku cintai di masa sekarang. Bunga adalah orang yang aku cintai saat ini, dia merupakan belahan jiwaku yang aku temui di waktu aku sangat kehilangan arah. Bunga yang dapat menyembuhkan aku dari gangguan kepribadian ku di saat ini.

Perlahan-lahan Bunga membuat suatu gambaran mendasar kepadaku. Gambaran tentang kehidupanku di masa lalu. Ternyata Bunga telah memasukkan aku dalam daftar pasien yang akut. Aku di bawa ke ruangan aneh, disitu kepalaku di pasangi berbagai kabel yang mengelilingi kepalaku. Sejenak kenangan masa laluku terbuka lebar…..Semua tampak nyata…Aku sadar, ingatanku dicuri.

7. Waktu Yang Memaafkan

Terlalu lama aku pingsan, aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Mereka semua tampak asing di mataku. Aku tidak dapat mengenali mereka satu persatu. Aku ada di ruangan putih dan ada kabel infus di tanganku. Disitu ada 2 gadis yang kembar, dan seorang dokter. Mereka adalah orang-orang yang mendekati ku perlahan. Mereka mulai mengenalkan dirinya satu persatu. Yang kuingat, mereka semua tidak dapat ku kenali. Mereka tampak samar. Dan akhirnya aku pingsan lagi.


Akhirnya aku dibawa mereka ke rumah salah satu gadis itu, di situ dia mulai memberikan foto-foto kepadaku. Aku tidak tahu tujuan apa dia memberikan foto-foto itu, namun aku mengenali dia bernama Bunga. Bunga masih membuatku mengingat – ingat masa laluku. Aku tidak ingat satu hal pun tentang masa lalu ku. Bunga mengingatkanku bahwa aku bernama Dandelion. Lama kelamaan aku dan Bunga sangat akrab. Dia mulai mengajariku bermain bola, bermain gitar, dan hal – hal indah lainnya. Bunga sangat cantik. Aku tidak tahu perasaan apa yang kurasakan padanya. Yang pasti rasa itu membuatku melayang.

8. Menata Puzzle Yang Retak

Bunga dan aku mulai membicarakan beberapa hal yang agak serius. Mulai dari mengorek tentang masa laluku. Membuatku mengingat – ingat masa laluku. Namun usaha Bunga nampaknya sia-sia. Aku tetap tidak bisa mengingatnya. Bunga adalah orang dengan tipe pekerja keras untuk ukuran gadis. Setiap hari dia menyetel lagu The Doors di rumahnya, sampai aku bertanya mengapa dia suka dengan The Doors. Bunga hanya menjawab dengan simple , “Yah, karena The Doors membawaku kea lam masa lalu, apalagi pesona kharismatik Jim Morrison, membuatku dapat mengerti arti dari hidup ini. Yah, kupikir dia agak nyleneh saja, gadis yang menyukai Jim Morrison, agak aneh tapi sangat membuatku jadi semakin tertarik kepadanya.

Lalu tiba-tiba ada gambaran sekelebat tentang masa laluku, tiba-tiba ada sebuah konser yang terlintas di pikiranku, dan ada pria yang mengobrol denganku, lalu aku bertanya pada Bunga apakah aku mempunyai teman pria? Bunga hanya menjawab, ya hanya sedikit, mungkin Billy? Astaga…. Aku ingat pria itu, Billy ! Aku semakin keras mengingatnya, namun tiba-tiba aku pingsan.

9. Potongan Terselesaikan

Aku mulai melatih kemampuan otak ku dengan banyak membaca dan menganalisa, Bunga selalu menemani ku dimana saja. Dia mampu membuatku bahagia dan damai. Dia selalu menerapi diriku dengan berbagai musik terapi dan yoga. Aku dan Bunga membuat suatu cerita indah, dimana aku harus berperan sebagai penjahat dan Bunga adalah korbannya, jadi aku harus menyelamatkanya dengan membuat suatu cerita di masa laluku.

Bunga lalu membawakan aku foto-foto lagi kepadaku, dan aku mulai ingat semuanya. Disitu ada kejadianku di masa kecil dimana ada Billy, Fransiska, Bunga, Ibu Losa, Dan Didi ! Ya Didi, Aku lalu ingat semuanya. Semuanya bagaikan keluar dari otak ku.
Aku berlari ketakutan ke arah Bunga, aku menceritakan semuanya kepada Bunga, bahwa sebenarnya aku adalah bekas mafia yang bertugas dengan Billy sebagai pembunuh bayaran dan pengedar narkoba, dan saat aku harus meninggalkan dunia gelap itu aku harus memutuskan hubunganku dengan Billy. Semuanya itu aku lakukan dengan tidak sadar sampai aku akhirnya menyadari bahwa aku mengidap GID.

Aku tidak di penjara setelah kasusku terbongkar, aku dinyatakan gila dan harus menjalani sesi terapi. Bunga akhirnya menangis bahagia karena aku dapat mengingat masa laluku. Aku memeluknya, dan untuk pertama kalinya aku mencium bibirnya. Inilah saat menyenangkan di seluruh hidupku. Aku bersama dengan wanita yang aku cintai. Wanita yang dulu adalah memang gadis kecil yang bernama Fransiska yang menjelma menjadi Bunga, Fransiska sendiri sudah menikah dengan Didi, akhirnya aku memutuskan untuk meminang Bunga, dan untuk menghidupi Bunga, aku bekerja sebagai penulis di salah satu penerbit. Hari pernikahan sudah di tetapkan , sampai hari naas itu pun tiba.

10. Kematian “Bunga” Dandelion Yang Indah

Aku dengan Bunga mulai memilih gaun pernikahan di salah satu butik, dan mulai mendekor semua perlengkapan yang di butuhkan. Undangan sudah di sebar. Aku bahagia sekali sampai – sampai aku ingin mengatakan pada dunia aku adalah orang paling beruntung di dunia ini.

Sesudah persiapan itu lalu aku mengendarai mobilku menuju rumah baruku, aku dan Bunga bercanda dengan riang gembira, sampai ada suatu tembakan, ya tembakan, tepat mengenai kepala Bunga. Aku syok melihatnya, aku melihat dari kaca spion ada beberapa mobil membuntutiku, dengan perasaan sedih campur marah aku mulai mengendarai mobilku secepatnya untuk menemukan rumah sakit terdekat. Aku berdoa terus menerus, sampai aku mengamati perkembangan Bunga. Ku lihat mulai perlahan dia berbicara kepadaku, “Dandelion, apa pun yang terjadi padaku, aku minta kamu tetaplah menjadi Dandelion yang sekarang, janganlah berubah sedikitpun, jangan membalas dendam, dan satu hal yang pasti adalah aku akan selalu mencintaimu”. Aku tidak percaya, atas semua yang ku lakukan, semua berakhir tragis, dan mengerikan.

Aku sampai di rumah sakit dan ternyata nyawa Bunga tidak tertolong, ya aku tidak menangis, aku hanya tersenyum bagai orang gila. Sesudah mati, aku memandangi mayat Bunga selama 1 hari lamanya. Aku tersenyum, aku tertawa, mengapa Tuhan tidak adil kepadaku, hingga hari pemakaman itu tiba. Bunga di kubur di bawah sana, ya di bawah sana. Semua rencana indahku denganku buyar. Ya, Persetan dengan semuanya.

11. Melaju Seorang Diri

Aku sendiri lagi , tidak ada wanita yang aku cinta lagi, tepat 3 tahun setelah kematian Bunga, aku melaju seorang diri, aku baru tahu bahwa penembak Bunga adalah teman dari Billy, ya teman mafia ku dulu yang aku khianati. Memang sebuah pekerjaan yang harus aku tanggung resikonya. Aku masih memandangi undangan pernikahanku dengan Bunga, gaun pengantin Bunga, semuanya membuatku pusing. Aku memandang senapan yang baru aku beli tadi pagi di pasar gelap.

Aku memandangi wajahku di cermin, dan aku mulai menembaki bayanganku di cermin itu. Sampai akhirnya tinggal peluru terakhir, aku memutuskan untuk meledakkan kepalaku dengan pistol itu. Ketika akan menarik pelatuknya, tiba-tiba bayangan Bunga muncul, aku menangis sejadi-jadinya. Aku tahu, aku hanya akan membuat Bunga sedih. Aku lalu limbung dan jatuh ke lantai. Apapun yang terjadi, kini aku sendirian, ya sendirian. Aku ingin berteriak, namun pasti tidak akan ada yang mendengarku


ditulis dan dibuat oleh : Sari Marsdika

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Mengenai Saya

Foto saya
Grunge, Psychedelic, NAZI

Pengikut