dika. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

B.#37 = Masa Perang dan Negara-negara Otonom Yahudi di Bawah Perlindungan Nazi

Arendt menceritakan dalam buku Eichmann In Jerusalem bahwa tahap awal kebijakan Yahudinya Nazi berakhir di hari-hari awal perang. Tahap pertama, menurut kata-kata Arendt, adalah tahap pengusiran. Bekerjasama dengan para Zionis, kaum Nazi mengeluarkan kaum Yahudi dari Jerman dan Austria, dan bertindak lebih jauh dengan memindahkan mereka ke Palestina. Menurut Arendt, tahap kedua dimulai bersamaan dengan perang, sebab tak mungkin lagi memukimkan kaum Yahudi ke Palestina.

Karena Jerman kini sedang berperang melawan Inggris, dan kapal-kapal Jerman tak dapat mengangkut penumpang melalui laut yang diawasi Inggris ke suatu daerah yang dikuasai Inggris. Arendt mengulas singkat tentang keadaan yang berubah ini: “pemindahan paksa” telah menjadi rumusan resmi pemecahan masalah Yahudi, namun pemindahan tak lagi mungkin. Karena itu, kata Arendt, kebijakan Nazi memasuki tahap kedua perkembangan: semua kaum Yahudi di Eropa akan dikumpulkan dan dikucilkan. Setelah tahap ini, menurut Arendt, tahap ketiga, atau tahap Pemecahan Akhir, segera menyusul, dan semua orang Yahudi yang telah dikumpulkan akan dijadikan sasaran pemusnahan.

Bagaimana pun, Arendt menyampaikan satu fakta menarik lain: karena tak dapat melanjutkan pemukiman kaum Yahudi ke Palestina akibat suasana perang, kaum Nazi mencari pemecahan baru, dan memutuskan untuk mendirikan negara-negara kecil dan sementara bagi kaum Yahudi. Sebenarnya, ini bukan barang baru, sekedar kelanjutan dalam kemasan berbeda kebijakan lama Nazi-Zionis untuk memisahkan kaum Yahudi dari bangsa Jerman.

Upaya pertama membangun negara Yahudi seperti itu adalah Rencana Nisko. Rencana ini disusun oleh Eichmann dan Brigadeführer SS, Franz Stahlecker, menyusul kemenangan Jerman atas Polandia. Polandia lalu dibagi antara Nazi dan Soviet, dan satu juta orang Yahudi Polandia yang berada di daerah pendudukan Jerman menjadi masalah bagi Nazi. Karena itu, Eichmann dan Stahlecker menyusun Rencana Nisko. Rencana ini mencakup pemindahan paksa kaum Yahudi yang tinggal di daerah-daerah yang baru diduduki, dan kaum Yahudi di daerah-daerah Reich lainnya, ke General Government (daerah Polandia yang diduduki Jerman), yang, apa pun daerah itu, tidak dianggap bagian dari Reich. Arendt mengatakan bahwa rencana ini perwujudan sementara tujuan Eichmann untuk menyediakan sebuah daerah bagi kaum Yahudi. Arendt juga menyebutkan bahwa perancang Rencana Nisko lainnya, Stahlecker, biasa berjabat tangan dengan para fungsionaris Yahudi.

Rencana Eichmann dan Stahlecker mendapat dukungan Heydrich, sehingga ribuan orang Yahudi dikumpulkan di “daerah otonom Nisko” dan membangun kerangka kerja awal bagi sebuah pemerintahan. Suatu dewan kaum Yahudi dibentuk atas perintah Nazi, dan Eichmann menyusun sebuah pusat perpindahan kaum Yahudi. Para perwira SS mengatakan kepada kaum Yahudi yang dipindahkan ke daerah itu: ”Führer telah menjanjikan ... kaum Yahudi ... sebuah tanah air baru.” Namun demikian, efektifitas rencana ini dihambat oleh suasana perang, dan tak sesuatu pun yang mirip negara sejati dapat terbentuk. Bagaimana pun, orang-orang Yahudi telah terkumpul dan kini akan lebih mudah memindahkan mereka ke Palestina.
Sebagaimana diingatkan Arendt, Nazi mencoba mendirikan negara-negara otonom Yahudi di tempat lain. Upaya kedua Eichmann terjadi tahun 1940. Upaya ini dikenal sebagai Rencana Madagaskar, sebab dirancang untuk memindahkan 4 juta orang Yahudi ke Madagaskar, dan pembangunan sebuah negara bagi mereka di bawah perlindungan Nazi. Proyek ini sebenarnya memiliki kemiripan dengan Proyek Uganda dulu yang dirancang oleh Inggris. Proyek Uganda menawarkan Uganda, bukan Palestina, sebagai tanah air bagi kaum Yahudi. Inggris lebih memilih Uganda karena khawatir pada keresahan bangsa Arab tentang Palestina. Proyek ini bagaimana pun ditolak para Zionis. Kini Nazi sedang mencoba sebuah proyek serupa. Karena tak menguasai Palestina, tak mungkin Nazi menawarkannya pada Zionis. Madagaskar, sebuah jajahan Vichy Perancis, tampaknya lebih mungkin secara politis
.
Satu contoh lain upaya membentuk sebuah negara Yahudi otonom adalah upaya Heydrich, dengan bantuan Eichmann, di Bohemia dan Moravia. Sebagaimana ditulis Arendt, Heydrich berjanji akan membuat negara itu “judenrein” jika dia diberikan kekuasaan atas Bohemia dan Moravia. Eichmann bertanya kepada Heydrich bagaimana melakukannya, dan menawarkan untuk mendirikan sebuah negara otonom. Heydrich menerima, dan memerintahkan pengosongan orang Ceko dari daerah Theresienstaadt. Kaum Yahudi Bohemia dan Moravia dipindahkan ke daerah yang dikosongkan itu. Masih ada fakta-fakta menarik lainnya. Mark Weber, dalam artikelnya Zionism and the Third Reich, menunjukkan bahwa di tahun 1942, seorang pengamat melaporkan bahwa ada sebuah kibbutz di Jerman yang berjalan atas izin resmi, yang melatih orang-orang Yahudi yang hendak pindah ke Palestina. Weber juga menyatakan bahwa kibbutz ini mungkin aktif di tahun-tahun berikutnya. Dengan kata lain, kebijakan pemindahan, yang menjadi dasar persekongkolan Nazi-Zionis sebelum perang, berlanjut, sejauh dimungkinkan, selama perang.

Dengan kata lain, persekongkolan antara Zionis dan Nazi berlanjut di saat mana jutaan kaum Yahudi tak bersalah hidup di bawah kekejaman dan penyiksaan serta jutaan orang dibunuh tanpa belas kasihan di kamp-kamp konsentrasi.


sumber = harunyahya.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

B.#35 = Upaya-upaya Eichmann Memaksa Bangsa Yahudi Pindah ke Palestina

Di tahun 1938, ketika Anschluss (penyatuan Jerman dan Austria) dimulai, kekuasaan Eichmann mengembang ke lingkup yang lebih besar: ia menjadi kepala kantor perpindahan Yahudi dari Austria. Dalam delapan bulan, ia telah mengawasi pemindahan 150 ribu orang Yahudi dari Austria, banyak di antaranya yang akhirnya diarahkan ke Palestina. Eichmann menjalin kerjasama terselubung dengan para pemimpin Zionis dalam prosedur perpindahan. Belakangan Eichmann (seperti dikutip Arendt) akan mengatakan yang berikut tentang operasi pemindahan itu:

“... Pemecahan yang sama-sama dapat diterima, sama-sama adil, harus ditemukan. Pemecahan yang saya bayangkan adalah mendapatkan tanah yang kokoh di bawah kaki mereka sehingga mereka akan memiliki rumah sendiri, tanah sendiri. Dan saya sedang bekerja ke arah pemecahan itu ... dengan senang hati, karena ini juga jenis pemecahan yang disetujui oleh pergerakan di kalangan Yahudi sendiri, dan saya menganggap inilah pemecahan paling tepat atas masalah.” Inilah alasan sejati mereka “bekerjasama,” alasan upaya mereka “didasarkan pada kesamaan kepentingan”. Demi kepentingan kaum Yahudi-lah, walau mungkin tidak semuanya mengerti, untuk keluar dari negara itu; “seseorang harus membantu mereka,“ seseorang harus membantu para fungsionaris ini bertindak, dan “itulah yang saya lakukan.”

Arendt, saat mengulas kata-kata Eichmann, mengatakan: “Jika para fungsionaris Yahudi itu ‘idealis,’ yakni, Zionis, ia menghargai mereka, ‘memperlakukan mereka sederajat,’ mendengarkan semua ‘permintaan, keluhan, dan permohonan dukungan,’ memenuhi ‘janjinya’ sebisa mungkin... ”

sumber = harunyahya.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Mengenai Saya

Foto saya
Grunge, Psychedelic, NAZI

Pengikut