dika. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

B. #16 = Perlawanan Kaum Yahudi Terhadap Zionisme

Organisasi Zionis Dunia WZO, yang didirikan Herzl dan terus berkembang setelah kematiannya yang mendadak di tahun 1904, bertujuan utama memukimkan kaum Yahudi di Palestina. Sekalipun WZO berupaya, jumlah pendatang ke Palestina tetap lebih sedikit daripada yang diharapkan. Malah, setelah beberapa tahun, kedatangan mulai menurun tajam. Seakan belum cukup, sebagian mereka ternyata kembali ke negara asalnya. Antara tahun 1926 dan 1931, sekitar 3.200 orang Yahudi meninggalkan Palestina setiap tahunnya.

Pada tahun 1932, di Palestina hanya ada 181 ribu orang Yahudi berbanding 770 ribu orang Arab. Para pemimpin Zionis sangat maklum bahwa mereka tidak dapat mendirikan sebuah negara Yahudi dengan bangsa Arab membentuk mayoritas sebesar itu.

Lebih jauh, mayoritas kaum Yahudi di Eropa dan Amerika menolak berpindah ke Palestina antara tahun 1897 dan 1930-an. Kaum Yahudi Jerman, Perancis, dan Amerika khususnya telah hidup makmur dan enggan melepaskan taraf hidup mereka yang tinggi untuk bermukim di Palestina.

Banyak orang Yahudi tersohor di masa itu, seperti fisikawan Albert Einstein, filsuf Martin Buber, dan Profesor Judah Magnes, rektor pertama Universitas Ibrani di Yerusalem, bersemangat menentang Zionisme. Masyarakat awam Yahudi juga tak kurang kerasnya menolak seruan para pemimpin Zionis untuk berpindah. Kecuali sebagian kecil, kaum Yahudi Rusia juga menolak berpindah ke Palestina. Bahkan, sebagian pendatang Zionis dari Rusia kembali ke sana setelah keadaan kehidupan di Palestina ternyata jauh dari yang diharapkan.

Selama tahun 1920-an, para pemimpin Zionis menyangka bahwa Deklarasi Balfour, yang telah membuka jalan bagi berdirinya tanah air Yahudi di Palestina, akan mempercepat proses perpindahan. Namun, mereka merasakan kekecewaan yang menyesakkan. Sementara jumlah kaum Yahudi di Palestina berlipat dua, mencapai 160 ribu orang pada tahun 1920-an, jumlah pendatang hanyalah sekitar 100 ribu orang. Dari angka ini, 75 persen tidak bertahan di Palestina. Pada tahun 1927, hanya 2.710 pendatang yang masuk; 5 ribu orang Yahudi pergi. Di tahun 1929, orang Yahudi yang datang dan kembali sama jumlahnya.

Penurunan yang mencemaskan itu merupakan sebuah kegagalan besar gerakan Zionis, yang berupaya keras membawa sebanyak-banyaknya orang Yahudi ke Palestina dalam waktu sesingkat-singkatnya, bahkan jika perlu dengan kekerasan. Sekalipun propaganda terus-menerus WZO, kepindahan ke Tanah Suci Palestina tetap sedikit. Pada akhir abad ke-19, jumlah orang Yahudi di Palestina kurang dari 50 ribu, membentuk hanya 7 persen dari seluruh penduduk. Bahkan pada saat Deklarasi Balfour (1917), jumlah kaum Yahudi tak lebih dari 65 ribu orang. Selama 12 tahun antara 1920 dan 1932, hanya 118.378 orang Yahudi dimukimkan, dengan satu atau lain cara, di Palestina, bahkan tak sampai 1 persen dari jumlah orang Yahudi di dunia.

Jelas sudah bahwa kebijakan Zionis tidak berhasil. Satu-dua gerakan anti-Semit tidaklah cukup menyakinkan kaum Yahudi non-Zionis untuk berpindah. Karena itu, para pemimpin Zionis memutuskan menggunakan cara yang dirintis Herzl lebih kerap lagi. Mereka harus membuat kaum Yahudi, terutama kaum elitnya, merasa kian tak nyaman demi mendirikan negara Israel. Dengan kata lain, anti-Semitisme harus tumbuh lebih kuat.


sumber = harunyahya.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Grunge, Psychedelic, NAZI

Pengikut