dika. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

KEMATIAN BUNGA DANDELION ( perjalananku )

Kematian Bunga Dandelion


1. Masa kecil yang terenggut
2. Beranjak dewasa
3. Menjadi “Hitam”
4. Bertemu dengan “Bunga” - Psikiater
5. Fase cinta yang “kelam”
6. Korban kepribadian ganda di masa lalu
7. Waktu yang memaafkan
8. Menata puzzle yang retak
9. Potongan terselesaikan
10. Kematian “Bunga” Dandelion yang indah
11. Melaju seorang diri

Sambutan =

Walaupun ini hanyalah karangan fiktif belaka , namun semakin banyak orang menyikapi sebuah fenomena Gangguan Kepribadian Ganda atau para psikiater kini menyebutnya dengan “Gangguan Identitas Disosiatif” ( GID ) yang menyerang “sebagian” orang, maka akan semakin bagus bagi kita untuk mengenali para pengidap GID ini. Dengan begitu kita tidak perlu takut dan was-was terhadap para pengidap GID ini. Walaupun kita tidak boleh lengah terhadap para pengidap GID ini. Mereka bisa tampak manis dan sangat hangat di luar, namun juga tidak menutup kemungkinan mereka adalah mesin pembunuh nomor satu di dunia ini yang berdarah dingin. Dengan begitu bagaikan sebuah pisau yang tajam, terdapat dua sisi yang berlainan pada diri para GID ini, mereka bisa sangat berguna dan bisa sangat mematikan ( ex : pisau untuk mengupas buah dan untuk mengupas kulit orang ). Namun skala pengidap gangguan ini hanyalah 1 : 1.000.000 orang.
GID sendiri adalah sebuah fenomena dimana seseorang bisa mengubah – ubah karakternya di setiap tempat berbeda dengan karakter yang berbeda pula tanpa disadarinya. Mungkin banyak orang juga mengidap gangguan kepribadian ganda ini. Namun pada orang – orang, mereka bisa mengingat karakter mana dan di tempat mana dia mengubah karakternya itu yang lebih terasa familiar mereka memakai “topeng” untuk menutupi kedok aslinya. Tidak seperti para pengidap GID yang tidak bisa mengingat semua kejadian dan tempat di mana dia mengubah – ubah karakternya. Hal ini terjadi karena mungkin ada gangguan pada sistem otaknya. Hal yang bisa diobati oleh ahli terapi saja untuk mengembalikan ingatan para pengidap GID ini.
Disini sebuah cerita ringan akan saya kupas dengan hal yang penuh imaji dan khayalan antara sebuah upaya anak laki-laki dalam menemukan jati dirinya sendiri, fase – fase ketika dia akan mulai mengalami jatuh cinta, serta sebuah tindakan bodoh dan hal – hal rumit yang telah dilakukan oleh anak laki-laki tersebut.
Selamat……Membaca…….

1. Masa kecil yang terenggut

Aku adalah anak laki-laki berusia 24 tahun, namaku Dandelion Sekedelik. Orang tuaku meninggal dalam kecelakaan tragis ketika mengendarai mobil Toyota Corolla mereka pada bulan Juni tahun 1998 tepat setelah musim semi menyerang kota ku. Mereka meninggal ketika aku berumur 11 tahun atau sekitar kelas 6 SD. Setelah kejadian itu, aku diasuh oleh kakek – nenek ku di rumah bergaya gothic dan oldschool di jalan mawar no. 2 di daerah Solo, Jawa Tengah. Rumah itu lebih mirip sebuah kuburan daripada tempat tinggal. Aku selalu dihantui dan dihukum oleh bayangan “Hitam”. Aku tidak tahu dia itu siapa, tetapi yang kuingat dia adalah mata – mata yang siap mengintaiku dimana saja dan membuatku menuruti perintahnya, dia adalah suara-suara yang menyuruhku untuk mengikuti segala keinginannya. Kadang dia menyuruhku untuk memecahkan kaca jendela atau sekedar untuk mengerjai kakek nenek ku. Hal yang sangat sulit aku sadari adalah bahwa “Hitam” itu bisa menciptakan “Hitam” sesungguhnya di dalam hidupku.

Kakek nenek ku sangat baik hati, mereka mengasuhku dengan kasih sayang. Kehidupanku di masa kecil sangat biasa-biasa saja. Seperti anak kecil kebanyakan, aku sering bermain tanpa lelah, dan bermain terus menerus. Seiring berjalannya waktu aku telah duduk di bangku kelas 1 SMP dengan beberapa teman yang selalu menjahiliku. Mereka selalu mengejekku, membuatku terpojok dengan memaki diriku anak yatim piatu dan memaki namaku yang seperti anak perempuan “Dandelion”. Ada anak yang sangat bandel bernama Didi, dia selalu menonjok perutku dan menampar pipiku hingga kemerahan. Terlebih lagi Didi adalah tetanggaku lama, sehingga dia satu-satunya yang tahu bahwa masa laluku adalah anak haram ( anak di luar nikah ), karena ibuku telah hamil duluan sebelum mengikatkan pernikahan resmi dengan ayahku. Sebab lain dari Didi sangat membenciku adalah dia selalu iri padaku karena Fransiska rupanya lebih tertarik padaku. Fransiska sendiri adalah anak perempuan yang paling cantik di kelasku. Fransiska sangat menarik, dengan wajah innocentnya yang masih menunjukkan kepolosan anak SMP, mata bundar, pipi chubby, kulit putih dan hidung mancung serta bibir yang tipis membuat Fransiska menjadi primadona di kelas bahkan sekolah. Tapi perlakuan Didi lebih menuju kepada pelampiasan kekerasan. Apa yang ada di pikiran anak SMP tentang perempuan cantik? Pastilah hanya sebagai teman saja, tetapi Didi selalu tidak suka bila aku berdekatan dengan Fransiska. Aku dan Fransiska sendiri akhirnya menjaga jarak agar Didi tidak menyakitiku lagi dan kehidupanku mulai normal lagi.

Aku terhempas dalam bayangan kaburku di masa kecilku. Banyak hal yang sulit aku ingat. Hal yang memalukan adalah aku sebagai anak laki-laki tidak sanggup membalas perlakuan Didi dan kawan-kawannya itu. Aku selalu diam dan mengalah. Ada “Angel” dalam hatiku, aku yakin itu pasti sesuatu yang baik dan indah. “Angel” sendiri aku temukan ketika aku membersihkan kaca jendela kamarku dan melihat ke langit luar yang berawan dan menemukan kedamaian di sana. Inilah titik terbaik di hidupku. Disaat aku kehilangan orang yang kusayang. Aku menemukan “Angel” ( Angel = Malaikat ). Mungkin “Angel” juga yang akan memberikan kedamaian dan meredam amarahku. Aku tidak tahu, apa jadinya Didi dan kawan-kawannya itu bila tanpa ada “Angel” dalam diriku. Terlebih lagi kerumitan yang meraja-lela di waktu aku kecil sangat membuatku gila dan frustasi. Aku tidak bisa bersosialisasi, aku selalu tergagap dalam berbicara, bahkan aku hanya bicara terbuka hanya dengan Fransiska yang mau mengerti kekuranganku. Tepat di musim panas, pada waktu itu hari kelulusan SMP, semua murid bergembira, hanya ada perayaan dan kesenangan di hari itu. Namun, rupanya hal itu tidak membuatku senang, aku takut, aku hanya berdiri di dalam WC sekolah sambil mengucap doa. Aku ingin bergabung dengan mereka tetapi sangat takut. Aku terlahir dengan fisik tak sempurna, gagap, suka berkeringat bila takut, gelisah, dan juga kadang aku epilepsi. Akhirnya dengan dorongan “Angel” aku sanggup keluar dari WC dan bergabung dengan mereka, hal yang tak kuingat hanyalah “Angel” itu bukanlah “Angel” yang ku kenal, “Angel” itu telah diprovokasi oleh “Hitam” sehingga kejadian di luar ingatanku mulai kabur. Aku berdiri di samping Fransiska dan kemudian Didi datang menghampiriku. Didi membisikku : “Bila tak mau aku mengejekmu lagi di hadapan para tamu undangan hari ini dan membuatmu tampak bodoh dengan membongkar masa lalu kelam yang ada pada orang tuamu, cepatlah kau sakiti hati Fransiska, ini permintaan terakhirku sebelum kita lulus”.

Aku gelisah, kedua kakek-nenek ku tidak hadir dalam acara kelulusan ini, yang ada hanyalah orang tua masing-masing murid. Aku terikat dilema bodoh yang akan menjerumuskanku ke dalam lubang yang paling dalam. Di satu sisi aku tidak mau menyakiti Fransiska, namun di sisi lain aku juga tidak ingin Didi membongkar masa laluku yang sangat memalukan itu di hadapan para orang tua saat itu. Kemudian perlahan aku memajukan badanku untuk lebih mendekatkan diriku pada Fransiska, dan mulai membisikinnya perlahan “Fransiska, kamu sangat cantik hari ini”. Fransika hanya tersenyum polos mendengar pujianku, momen itu sangat indah, dimana Fransiska tersenyum dengan sangat lepas. Namun tiba-tiba aku teringat tugasku untuk menyakiti hati Fransiska. Aku terdiam, dan entah kenapa tamparan keras mendarat di pipiku. Aku tidak tahu apa yang telah terjadi, namun kemudian Didi dan kawan-kawannya menghampiri diriku dan memberikan tanda salut di dadanya terhadap tindakanku. “Apa yang terjadi?”. Didi hanya sinis dan mengucapkan kata “Good Job sobat” hahaha. Aku tidak tahu apa yang terjadi, aku kabur, aku berlari dan aku menabrak semua orang-orang yang telah hadir di acara kelulusan itu. Aku hanya berlari hingga lelah sampai menuju rumahku. Aku tidak ingin mengingatnya. Aku tidak ingin mengingatnya ! Ini dalah hari terburuk sepanjang hidupku ! Aku berkarat dan lebih terluka dari segala makna dari kata itu sendiri = terluka !

Hari ini setelah kelulusan itu, aku mulai menulis puisi dan sebuah syair-syair amatir untuk selalu mengingat Fransiska, aku tahu telah berbuat kesalahan, tetapi aku tetap tidak bisa mengingat kesalahan itu. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku telah membuat kesalahan dan tidak tahu letak kesalahanku. Aku selalu memimpikan Fransiska setiap malam. Mimpi yang sama, mimpi ketika Fransiska menampar pipiku. Aku membuat sebuah pandangan amatir dan menuliskannya pada secarik kertas :

“Jika sebuah makna keindahan tak terungkap.
Tak terbiasa dan menjadi hitam
Aku tidak tahu
Aku hanya sanggup melihat
Melihat wajah dan setiap kerutan di roman mukamu
Lehermu, matamu, bibir, segala hal yang ada pada dirimu
Kamu adalah gadis terindah yang pernah aku lihat
Kamu sempurna
Sempurna menuju kematian
Karena aku dan kamu adalah cinta terindah
Gadisku – Fransiska”

Aku terlelap, tertidur, dan terus tertidur. Sampai aku tahu kedua kakek nenekku akhirnya menitipkan aku ke Panti Asuhan “Karunia Belia” di daerah Jogjakarta.


2. Beranjak dewasa

Aku tetap menjadi seorang Dandelion yang sangat tidak dikenal dan liar, awal yang sangat buruk ketika mereka selalu mengejek dan menganiaya hidupku. Mereka tidak tahu, mereka hanya suka menyiksa, mereka bukan temanku, mereka juga bukan musuhku. Mereka hanya senang menjahiliku. Aku masuk SMA Lintang Paradise di kawasan elit di wilayah Jogja, tepat di seberang jalan rumah panti asuhanku. Sekolah itu hanyalah sekolah konyol dengan lambang aneh melingkupi ruangannya. Aku dibiayai sekolah oleh pihak panti asuhanku tempat ku tinggal dengan beasiswa dari Pemerintah Daerah. Walau aku tahu, aku bodoh dan sangat idiot, tapi suatu keajaiban mereka menerimaku. Sekolah ini terdiri dari berbagai macam gaya dan sudut pandang, ada kaum Borju ( siswa yang suka memakai mobil jemputan dengan sopir pribadi, segala macam benda yang menempel di tubuhnya selalu “bermerk”, dan selalu gabung dengan komunitas yang sejenis “komunitas kelas A” yang bisa juga disebut komunitas orang kaya ), ada juga kaum nasionalisme fanatik ( mereka siswa yang terkenal disiplin dan suka menjunjung tinggi semua peraturan Negara ), ada juga kaum musik-isme ( siswa yang ini memecah menjadi banyak bagian : ada emo dengan gaya khasnya, I-Pod di telinga, dengan baju serba distro, potongan rambut lepek lurus, panjang di depan, pendek di belakang, dan poni yang selalu menghiasi matanya, ada gothic dengan dominasi style serba hitam dan eyeliner dan eyeshadow serba hitam pula, dengan tatapan tajam dan mengusik, grunge dengan style khas kurt cobain, flannel, converse, dan menenteng semua yang berbau jadul dan lusuh, punk dengan Mohawk dan radikal, rock n roll dengan semua berbau serak – serak dan distorsi gila, dll ), kaum “khusus” ( siswa yang masuk kelompok ini sering dianggap yang paling jenius dengan IQ diatas rata-rata ), dan kaum bohemian “tak terpandang” ( terdiri dari siswa biasa, dan juga yang mendapat beasiswa ). Mereka semua tumpah ruah dalam sekolah ku. Aku sendiri tidak mengkhususkan diri dalam pengikutan trend –trend nan semacam itu. Aku membawa diriku sendiri dan tidak ingin terlibat dalam komunitas dan genk apapun. Namun hanya lingkungan lah yang menjebak ku di lingkungan kaum bohemian “tak terpandang”. Tapi ada sesuatu yang mesti aku pecahkan dan mengusik pikiranku sampai saat ini, mengapa Fransiska menamparku, siapa “Hitam”, siapa “Hitam”, dan mengapa kakek nenek ku bisa mengirimku ke panti asuhan. Sesuatu yang sangat ingin aku ketahui. Tetapi tiba-tiba bel berbunyi dan pelajaran segera berlangsung.

Pelajaran pertama dilewatkan dengan sebuah perkenalan antar murid, ada siswa dari kalangan kaum borju yang dengan bangga memperkenalkan diri “Hai, nama saya Geuisile Leopihl, saya adalah anak pemilik Usaha Emas di wilayah Malang, Jawa Timur, saya adalah keturunan Jerman – Jawa, ayah saya orang Jerman, dan ibu saya orang Jawa, saya tidak mempunyai cita-cita, karena buat apa cita-cita yang tinggi kalau harta keluarga saya tidak akan habis hingga anak cucunya nanti”, kemudian tepuk tangan riuh menyambut perkenalan dari Geuisille tadi, mereka salut dan terpesona dengan kecantikan dan keseksiannya, tetapi aku tidak tahu dan tidak habis pikir apa yang ada di pikiran mereka hanyalah materi – materi dan materi. Yang aku tahu Geuisille memakai uang orang tua nya untuk implant pada bibir, hidungnya, operasi plastik pada bokongnya karena mungkin dia memakai jasa operasi plastik local yang amatir, wajahnya menjadi tidak simetris dan lebih mirip murahan daripada perempuan terhormat! Berlanjut dengan anak dari kalangan yang agak psikopat dan uniknya diterima juga di sekolah ini “Hai, nama saya Agus Lompya , saya adalah pewaris tunggal dari Perusahaan Retail dan Apartement di daerah Jakarta Barat, saya mempunyai cita-cita menjadi seorang rocker, saya juga punya band bernama “Fecal Doesn’t Matter” yang sering mengikuti event-event ternama dengan membawa semangat Rock N Roll”, dulu saya juga pernah menjadi pecandu narkoba, mantan pemain seks gila yang sempurna dan seorang yang sangat menghargai “perempuan”, sekian dari saya”, tidak ada tepuk tangan, hanya ada cibiran dan makian terhadap Agus”. Hmm. Gumamku, Ini lagi, walau tampangnya agak lumayan tapi memang dia agak “aneh” dengan bau yang menyengat dari tubuhnya, dan dengan aksesoris berlebihan yang menempel di tubuhnya, tattoo, tindik, gelang hitam, cincin, dan malah membuat dirinya lebih tepat sebagai mantan kaum homoseks daripada mantan pecandu seks terkesan norak dan agak kampungan. Melihat sekumpulan ras manusia itu aku selalu skeptis dan tak bisa respek terhadap mereka, lihat betapa hebatnya mereka tak tercela, manja. Aku terus tertawa melihat para murid baru-baru yang sibuk unjuk gigi dan memperlihatkan kelebihan mereka dalam berorasi dan memperkenalkan diri. Perkenalan yang sangat bebas dan terlalu vulgar untuk golongan anak SMA. Entah karena budaya barat yang semakin merajalela atau memang karena rasa malu telah lenyap di muka bumi ini, tidak ada sebuah sopan santun khas ala produk orang Jawa, mereka berbicara menggunakan bahasa alien “inggris”, memakai high heels, rok sepaha, dan semua yang serba dikira modern dan menarik “gaul”. Disaat aku sedang melamun melihat tingkah mereka. Kemudian tiba saat giliranku, aku maju ke depan ruang kelas, aku terdiam, aku tidak tergagap, dan sangat bersyukur bisa mengatasi hal yang menghambat ku di waktu kecil telah lenyap sama sekali, aku tidak tahu mengapa hal-hal cacat ku di masa lalu bisa hilang begitu saja. Aku langsung memulai perkenalanku “Hai, nama saya Dandelion Sekedelik, saya adalah anak yatim piatu, tidak ada yang bisa saya ceritakan tentang diri saya, saya hanyalah sekumpulan dari sampah masyarakat yang lebih layak di tempat sampah daripada disini, saya yatim piatu, saya dibuang dip anti asuhan dekat sini, saya hanyalah “debu” dari kalangan minoritas yang terjebak dalam kalangan “berlian”.. sekian”. Tidak ada tepuk tangan, yang kutahu mereka hanya sesekali berbisik-bisik dan menaruh pandangan “aneh” dan heran terhadapku. Hari pertama aku lewati dengan situasi yang sangat hangat dan dingin, tidak ada yang istimewa. Sebuah rangkuman hari ini lenyap begitu saja, aku menghempaskan diri lagi di ranjangku, hingga ibu panti asuhan selalu setia membuatkanku teh hangat sebelum tidur “Ibu Losa”, Ibu Losa yang selalu membuatku damai dan menyajikan suasana hangat di dalam rumah panti asuhan. Suatu kenyamanan yang tidak pernah aku dapatkan dari teman- temanku. Melambatkan semua aliran darahku. Menikmati sepucuk lukisan tentang Fransiska, Gadis yang merobek nuraniku, sanubariku, aku menyelami tiap jengkal keindahannya sampai aku tidak dapat melihat cacat dari dirinya. Aku menangis karena pengidap histeria eksrim, aku kejang-kejang, darahku cepat sekali menuju otak, aku tahu, ibu panti asuhanku berteriak penuh dengan kengerian. Tanpa ada suatu hal apapun, tiba-tiba pandanganku kabur, dan sayup-sayup kudengar suara anak panti lain “Ibu Losa” mati –mati!

3. Menjadi “Hitam” Bersama Billy “Bocah Kotak”

Aku terbangun, aku terbangun di ruangan serba putih, aku tahu aku di rumah sakit, suster perawat kemudian mendekatiku “Sabar nak, semua pasti ada hikmahnya”, “Apa yang terjadi sus? “, “hmm, kau betul – betul tidak ingat? “ aku hanya menggeleng, “Ibu Losa meninggal bunuh diri dengan meminum teh yang bercampur sianida”, Apa? ! aku tak percaya, orang yang ku cintai meninggal begitu cepat, baru saja aku mengalami kehangatan dari seorang ibu lalu terenggut lagi. Aku mengamuk, aku ingin segera melepas infusku yang menancap di nadiku dan menghampiri Ibu Losa, aku tidak percaya dia meninggal secepat itu, tetapi tiba-tiba aku tahu pertahananku mulai limbung, aku terjatuh dan pandanganku kabur dan aku melayang lagi. Setelah kejadian itu, aku selalu menjadi anak pemurung lagi, aku tidak pernah dewasa, nilai-nilai akademisku mulai menurun, aku sering bolos, aku selalu berbuat ulah dan berkelahi dengan anak lain, dan akhirnya berakhir dengan keputusan untuk Drop Out dari SMA pada waktu kelas 2. Aku kabur dari panti asuhan, aku tak tahan ejekan teman-teman panti asuhanku yang menyebutku sebagai “pembunuh”, walau setelah persidangan di lakukan aku terbukti tidak bersalah dan aku mempunyai alibi kuat, jadi Ibu Losa , murni meninggal karena bunuh diri karena mengetahui bahwa suaminya selingkuh dengan pekerja seks komersial dan mengabadikan momen itu dalam video porno yang dibintanginya. Aku tak ingat apa-apa, semuanya kabur dan tak bisa terencana. Aku merasakan pusing hingga nyeri di seluruh tubuhku bila mengingat–ingat semua kejadian di masa lalu yang mengusik hidupku. Aku keluar dari rumah sakit dengan sedikit mengalami trauma kecil dan kemudian aku hidup menggelandang, aku tidur di emperan toko, jembatan, dan makan dari sampah sisa-sisa makanan orang kaya di gedung bertingkat. Sampai suatu ketika aku bertemu dengan Billy Kids, aku bertemu dia ketika menonton konser aneh bertajuk “Dead Or Dying” yang di selenggarakan di SeXyGal di sebuah arena terkenal di wilayah Jogjakarta, sebuah arena kafe murahan untuk band-band yang penuh dengan suara bising, yang penting bising dan banyak aksi dan kaya raya bisa laku disini, banyak groupies berserakan bagaikan penyakit menular, aku tidak tertarik dengan segala macam rayuan groupies itu, mereka jelas terpesona padaku. Aku adalah lelaki tegap, atletis, tampan, berhidung mancung dan berkharisma, dan aku juga keturunan setengah Arab dan Jawa, aku mencari pojok tertentu untuk menikmati alunan musik dari band local yang bernama “Kill Your Buddies” yang membawakan lagu dari Kidney Thieves yang berjudul Before I’m Dead. Billy lalu menghampiriku dan bertanya mengapa aku sendiri, aku hanya menjawab bahwa aku tidak tahu, aku juga tidak sadar bisa masuk kesini. Aku mengobrol tanpa henti kepada Billy, namun tidak ada satupun percakapan yang aku ingat hari itu. Yang jelas dari mimik wajah Billy, aku sadar Billy sangat penasaran terhadapku. Aku sendiri tidak menggubris kehadiran Billy sampai suatu ketika aku akan tahu bahwa Billy hanyalah sosok yang paling mengerikan yang membuatku menjadi “Hitam” untuk yang kesekian kalinya. Aku dan Billy kemudian berbincang – bincang tentang tragedi SID Vicious – Nancy, Kurt – Courtney, dan bintang rock star dunia lainnya. Kematian tragis dan sebuah era pemeberontakan untuk anak muda pada masanya. Mungkin lagu sekelas Nirvana yang sangat original dan beredar tahun 90’an masih sangat terdengar modern di era sekarang, entah mungkin karena kejeniusan Kurt atau kegilaan Kurt sehingga dia bisa membuat karya yang sangat memabukan semua remaja itu yang mengambil haluan “Grunge”. Billy lalu membawaku ke rumahnya. Rumahnya tidak terlalu besar, lebih mirip sebuah gudang, terletak di Poist Street, di sudut kumuh tak di kenal di wilayah Jogja. Billy lalu mengijinkanku untuk tinggal bersamanya, Billy selalu perhatian kepadaku, dia adalah teman yang paling aku sukai saat ini, semua kebutuhanku dicukupinya, aku tidak pernah kekurangan materi bila bersama dia. Aku tahu dia tipekal orang yang sangat perfeksionis, sangat tampan dan jago main piano, maniak seks, atlet bola kelas satu, dia adalah sempurna untuk semua bidang yang dia tekuni, dan dia adalah seniman yang sangat antik namun sangat terkenal dalam konser underground dan non-komersil di wilayahnya. Sosok “Angel” tidak pernah muncul dalam faseku ketika bertemu dengan Billy, semuanya memudar, aku hanya ingin “Hitam” “Hitam” dan “Hitam”.

Aku terlalu larut dalam suasana mencekam, semuanya muram. Billy mengolekasi banyak film-film lokal illegal tentang pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, dan penganiayaan yang jelas sudah banyak koleksi-koleksinya di rumahnya. Aku berbohong dengan mengaku sudah tidak perjaka lagi terhadap Billy, karena dia selalu memaksaku untuk berhubungan seks dengan para PSK langganannya. Aku bukannya tak mau, aku hanya tidak ingin melakukan hal konyol itu sebelum menikah. Tidak ada untungnya, hanya ada penyakit dan resiko besar. Aku hanya tetap berfantasi tentang Fransiska, walau aku tahu Fransiska hanyalah potongan kecil dari kamus lengkap hidupku. Putus asa dan jahanam. Aku menggeluti kehidupan lebih dari seorang sampah dengan Billy. Kami tidur hingga larut malam hanya untuk mabuk dan menonton film – film porno yang dia beli dari black market, omong kosong dan bualan, sesaat aku tersadar, aku bukan Dandelion yang dulu lagi, aku selalu melayang, aku tidak ingat hal-hal suci lagi, aku menghalalkan yang haram. Hal yang sangat aneh di depanku sekarang yang dulu sangat haram untuk ku menjadi sangat nikmat di hadapanku. Perlahan kulihat mulai meninggalkan aku sendiri. Aku terbius aroma surgawi. Aku lupa siapa nama wanita itu, yang jelas dia mulai melepas pakaiannya satu persatu di hadapanku dan kami mulai berciuman, namun setelah itu aku lupa apa yang terjadi, aku terlelap, terlelap jauh menuju angkasa. Aku tersentak ketika pagi harinya aku melihat keadaanku bugil di kamar Billy, aku tidak ingat tentang kejadian semalam. Billy dan aku hanya meneguk alkohol sangat banyak hingga perempuan itu. Perempuan yang akhirnya aku ingat namanya Lisa, dia adalah PSK simpanan Billy. Astaga, Billy menjebakku ! Billy mulai memberi kejutan padaku dan menyalakan televisi dan adegan demi adegan ditayangkan dalam film itu. Aku tersentak, aku mengamuk, aku tidak sadar, pemeran dalam film itu adalah aku dan Lusi. “Surprise Bung, untuk pagi yang cerah ini, film dokumenter terbaik di masa ini” teriak Billy padaku. Aku menangis, aku kehilangan keperjakaanku dalam waktu tidak sadar, aku menangis, aku malu, aku sangat hina melihat wajahku yang penuh birahi di film itu, ketika aku ereksi dan semuanya itu. Hal yang sangat gila, Billy memaksaku menjadi dewasa prematur dalam satu malam, dia menghancurkan apa yang sudah kujaga selama bertahun-tahun ini hancur dalam satu malam dengan perempuan tidak terhormat sekelas Lisa. Billy kemudian meminta maaf kepadaku, Billy rupanya hanya ingin menyenangkan hatiku dengan membawa Lisa untukku, dan Billy terlalu khawatir berlebihan padaku, sehingga mengira aku homoseks, jadi memang Billy benar-benar tidak tahu bila aku masih perjaka. Semenjak itu kehidupanku tambah berantakan. Semuanya menjadi hitam sempurna, aku kehilangan keperjakaanku, aku larut dalam alkohol. Walau Billy selalu menawariku untuk mencoba LSD, Kokain, atau Heroin, tetapi aku masih waras untuk tidak mencobanya, aku tidak ingin berakhir dengan slogan “I Hate My Self and I Want To Die”. Aku bingung dengan pola hidup Billy yang semakin kaya mendadak, aku dan Billy sudah pindah dari gudang Poist Street menuju Lux Town (kawasan mentereng di wilayah Jogja). Aku tidak tahu dan tidak ingin tahu, yang penting aku diberi fasilitas mewah oleh Billy sedangkan aku disitu hanya bertugas untuk membantunya menulis lirik dalam permainan pianonya. Aku semakin suka melihatkan tulisanku kepada Billy, namun ada judul yang menarik perhatian Billy. Tulisan itu berjudul “Hilang Mulai Tenggelam”. Kemudian aku membacakan lirik itu di hadapan Billy yang berbunyi :

Aku berlari…
Menahan Jejak
Larut mendunia dan mengembun
Hilang santapan makan malamku
Sebuah pengampunan dosa
Dari tengkorak dan ketelanjangan mata
Telanjang menuju lumpur kemaksiatan
Melihat fungsi menikam dan mata serigala
Mengoyak semua jalanan yang ada
Sangat Lihai, licik dan sangat berduri
Liar, Cerdik, dan Pembohong
Dia hilang dan tenggelam
Tenggelam dan membentuk kehidupan baru
Di bawah sana
Aku jatuh cinta dan ingin merobek hatimu
Dengan darahku dan darahmu di rahim-Mu

Billy memberikan applause yang sangat berlebihan, bagiku itu hanya tulisan amatir, sama seperti tulisan ketika aku bertemu dengan Fransiska, aku teringat Fransiska lagi, aku mulai terbang lagi, kali ini semakin jauh, aku bisa melihat tubuhku dibawah sana. Diam dan membeku, mulutku mengeluarkan cairan putih. Epilepsi ku kambuh ! Billy panik, aku sudah tidak ingat apa-apa lagi. Semua hitam dan dingin.

Semalam itu aku duduk di balkon teras rumah Billy, aku masih dalam rawat jalan dengan dokter khusus yang dipanggil Billy. Billy menceritakan kejadian itu, “Kamu berteriak seperti orang gila, berteriak memanggil Fransiska, Didi, Kamu mengambil pisau dan ingin menusuk perutmu, tapi kemudian kamu kejang dan epilepsi mu kambuh”. Lagi-lagi aku terdiam tidak percaya. Aku sungguh tidak ingat kejadian itu. Billy mendapatiku dalam sosok lain diriku yang lain, Billy senang mempermainkan diriku, bagaikan aku ini sebuah lirik yang bisa disatukan dengan nada dan instrument gitar, drum dan yang lainnya. Aku Manusia !! Aku berpikir keras untuk mengakhiri persahabatan ini dengan Billy, hingga aku akhirnya keluar kata-kata dariku…… “Kurasa, pertemanan kita sampai disini Bill – bocah kotak, aku sungguh tidak mengerti aku dan hidupmu, aku dan kamu sungguh-sungguh berbeda !” teriakku kepada Billy. Billy agak terheran, dia kemudian angkat tangan dan menyuruhku berbuat semauku. Aku mulai mengambil langkah dan meninggalkan rumah Billy. Tidak ada barang yang ku bawa dari rumah Billy, hanya pakaian yang melekat di tasku ini, tas ransel dan beberapa lembar buku. Aku berjalan jauh menyusuri kota Jogjakarta itu seorang diri, berjalan terus hingga kakiku mati rasa, aku berjalan diantara sekumpulan anak muda yang sedang menghabiskan waktunya dengan pacarnya, keluarganya, dan teman-temanya. Sesaat aku sadar, udara malam itu sangat dingin, pakaian yang ku kenakan terlalu tipis, aku tidak memakai jaket, dan perasaan asing mulai menyelimutiku. Aku bertanya-tanya seorang diri “Siapakah aku? Apa yang telah aku lakukan ?” Tiba-tiba pertanyaan mudah itu menjadi sulit aku jawab di dalam hati. Aku tersadar, astaga, ternyata selama ini aku belum mengenali diriku sendiri. Aku pandangi tubuhku di kaca etalase toko, setelah kejadian yang lalu, aku memandang pantulan wajahku di kaca etalase toko itu, aku bertanya-tanya “Sedang apa kamu disitu? Mengapa kamu terkurung dalam kaca? “



4. Bertemu dengan “Bunga”

Kurasakan sinar di mataku, aku mengusap-usap mataku dan terbangun, aku ingat semalam terlalu lama berjalan hingga aku lelah dan tidur di emperan toko kelontong di daerah alun-alun Jogjakarta. Aku terbangun dengan sangat terpaksa karena pemilik toko rupanya mengusirku dari tokonya dan memberiku selembar uang seribu rupiah karena mengira aku adalah pengemis. Aku pandangi tubuhku dalam sebuah genangan air di jalanan, aku sangat berantakan, aku compang-camping dengan memakai kaos bergambar “Silverchair” yang kebetulan di beri oleh temanku yang sangat fanatik terhadap Grunge dan Daniel John. Aku dapati sebuah wc umum di dekat terminal, aku bergegas menuju tempat itu dan langsung melepas semua bajuku dan mandi dengan singkat. Aku mulai kehidupan bohemianku yang sudah lumayan akrab pada hidupku. Aku bergabung dengan tukang ojek, pengamen, pengemis dan para kaum minoritas lainnya. Aku sanggup bertahan karena aku yakin Tuhan tidak akan meninggalkanku. Aku selalu makan dari “Sampah” lagi, semua terlihat mewah di dalam restoran ber-label “asing” di kejauhan sana, mereka makan terlalu kenyang hingga membuang makanan mereka di tempat sampah, sedangkan disini, sisa “sampah” mereka bagaikan rejeki menggiurkan untuk kami, tetapi ada juga orang yang tidak beruntung, banyak anak kelaparan hingga meninggal gara-gara tidak bisa makan. Tidak ada yang salah disini, disamping tiap indinvidu tidak bisa mengoptimalisasi dirinya sendiri, peran pemerintah juga jarang menyentuh kalangan bawah. Semua sudah bagaikan warisan turun temurun, tidak ada orang membagi-bagikan kekayaan mereka karena takut jatuh miskin, sedangkan si miskin sendiri tidak mempunyai semangat kerja keras dan etos kerja yang baik dan hanya bisa meminta-minta saja tanpa usaha. Mereka bagaikan di alam mimpi, disaat mereka sudah tidak tahu untuk apa uang yang mereka dapatkan dari kerja keras mereka sehingga hanya bisa ditimbun tanpa disedekahkan. Orang minoritas sangat sulit mendapatkan sekeping rupiah. Menurut kejadian yang sedang berlangsung ini, hanyalah sebuah pasangan yang kompleks, ada hitam – putih, kaya – miskin, perempuan – laki-laki, dan lain-lain. Mereka berburu dan merealisasikan semua mimpi mereka dengan prinsip kapitalisme, yaitu menumpuk kekayaan sebesar-besarnya tanpa memikirkan nasib rakyat kecil, sehingga lahirlah anak haramnya yang bernama Komunisme, mungkin itu hanyalah coretan spiral antara Adam Smith dan Karl Marx, aku tidak akan menyinggung Hitler dengan partainya NAZI yang sukses membantai ribuan orang selama Perang Dunia II. Hei, lebih banyak korban-korban lain selain PD II, tetapi mengapa hanya Hitler yang dibesar-besarkan? Dasar hiperbola, haha. Aku berjalan lagi, mencari sampah dengan menjadi pemulung, aku dikebiri oleh nasib bangsaku sendiri, negeri yang sangat kaya namun akhirnya menjadi budak di negeri sendiri, apakah mereka takut berbagi ilmu sehingga sangat anti kepada orang bodoh. Aku tidak mengerti, yang jelas aku sangat kesepian tanpa ada perempuan disampingku, aku selalu kelaparan dalam hal percintaan. Aku memang selalu kelaparan karena jarang makan, perutku perih hingga aku memang kayaknya harus puasa setiap hari. Aku kesepian dan bahkan aku membutuhkan belaian perempuan. Lantas akan jadi apa aku ini tanpa kehadiran seorang Hawa disampingku? Bukankah memang Hawa tercipta untuk ku? Tapi mengapa mereka kaum pesolek yang dijuluki dengan nama perempuan itu sangat materialistik? Mereka menilai seseorang dari sebuah uang. Uang hanya menjerumuskan seseorang perempuan alim menjadi jalang. Aku melamun, menimang-nimang keadaan yang menimpaku sekarang sambil menikmati bau yang menusuk dari gunungan sampah yang aku geluti sekarang ini. Aku sudah menemukan banyak sampah untuk disortir di tempat penyortiran, segera aku ingin pulang, namun sesaat aku terkejut, hujan turun secara tiba-tiba dan aku berlari kencang mencari tempat perlindungan, aku basah!

Di sebuah halte bis kecil aku berteduh dari hujan, aku menungu sambil membuat catatan-catatan kecil dalam buku tulisku, aku menggambarkan keadaan saat itu dengan tulisan absurd dan jayus yang berjedul “Hujan Menari Di Atas Meja Makan”

“Ku lihat hujan membasahiku kakiku
Merambat menuju saluran urinku
Sampai kurasakan aku mulai ingin meniduri sang waktu
Apakah telinga mereka hanya di jejali lagu cinta
Sehingga di waktu hujan pun mereka menari dengan kaki pacar masing-masing
Sungguh edan jaman sekarang
Tanpa hubungan resmi pun
Mereka bisa sibuk bercinta
Ahli dalam bercinta
Mengalahkan bintang porno kelas dunia sekalipun
Oh timur mengertilah
Ini bukan budayamu
Budayamu ada pada keluhuran moralmu
Tapi entah mengapa yang baik menjadi aneh bagimu
Dan yang semakin jelek dan rusak bisa tampak gaul di matamu
Oh hujan yang indah
Basahi, banjiri, dan tenggelamkan mereka
Mereka orang terlaknat
Yang bercinta dan menari di atas meja bagai orang maniak
Padahal mungkin mereka tidak tahu
Bahwa untuk tiap satu tetes hujan ini
Malaikat perlu seribu tahun untuk berdoa
Berdoa agar turun hujan dan memakmurkan tanah kita
Namun, tanpa ada kepekaan, mereka mengotori malam dingin ini
Dengan kenistaan terhadap musuh utama kita.
Yaitu….
IBLIS

Senyawa yang terkandung dalam hujan ini sangat indah, dingin dan menusuk ragaku. Aku kembali dengan bentuk pribadi yang sangat mengerikan, aku menanti hujan ini dengan sangat tergesa-gesa. Sehingga tanpa memperdulikan hujan ini, akhirnya aku lari dan menerobos guyuran air hujan dan akhirnya aku sadar, ada orang asing yang menghampiriku, aku dibawa olehnya, kemudian orang itu aku perlahan membius, aku terjebak !
Lupa ingatan yang aku inginkan saat ini, aku terbangun dalam ruangan empuk dan mirip bantal-bantal disampingnya. Aku di kelilingi sebuah ruangan aneh, lagipula aku memakai baju putih dan tanganku ditali kebelakang melewati punggungku, aku tidak bisa bergerak, aku panik, aku gelisah, ruangan ini mirip sebuah ruangan yang ada dalam mimpiku dan aku menyadari ada sesuatu yang aneh disini, ternyata aku sendirian. Lama aku mengingat-ingat di tempat apa aku sekarang ini, sehingga aku berusaha menggedor-gedor pintu berlapis yang di kunci dan menabrak kan kepalaku ke pintu dan semua ruangan yang ada di situ, hingga pintu kemudian dibuka, ada seorang dokter tua, ya dokter karena memakai kartu nama bernama Dr. Phil Morrison. Aku sadar dokter itu terlihat jahat, aku sadar dia mungkin seorang phedophil karena namanya sudah mengindikasikan seperti itu. Kemudian dokter itu mendekatiku dan membisikiku kata-kata yang mengerikan “Selamat dating dalam neraka yang baru Dandelion, disini kami tidak akan membuatmu mati, tetapi hanya akan membuatmu mati tersiksa secara perlahan karena kegilaanmu yang sudah di ambang batas, Billy yang menyuruh orang-orangnya untuk mencarimu dan memenjarakanmu disini. Selamat dating di Rumah Sakit “Turn Your Brain” hahaha


Sesaat kemudian aku ludahi dokter itu tepat di wajahnya, dan kemudian aku membisiki dia sesuatu “Terima kasih dok, tapi kita akan kita lihat siapa yang akan mati disini” .Dokter itu rupanya agak kaget dengan perkataanku, dia mengambil sesuatu dalam kantongnya, yang kemudian aku tahu bahwa itu adalah jarum suntik di isi cairan bius morfin dan kemudian menyuntikannya ke tubuhku, aku melayang lagi, tapi kali ini aku agak sadar dan senang, karena paling tidak aku akan kenyang disini, tidak menderita kelaparan lagi seperti di luar sana.

Esok paginya ada seorang psikiater perempuan yang menghampiriku. Dia melihatku dengan tatapan mata-nya yang tegas. Dia berucap : “Selamat pagi Dandelion, kenalkan aku psikiater baru mu dari Jakarta, namaku : Bunga”. Aku diam saja, aku tidak pernah percaya lagi kepada orang lain. Aku tidak menghiraukannya. Aku tetap sendiri di pojok ruangan kamarku dan mulai menulis puisi lagi. Psikiater bodoh itu mulai mendekati ku lagi. “Bagus juga ya karyamu, boleh aku melihatnya? Ujar psikiater itu. Aku diam, aku langsung memunguti buku-ku dan menutupnya. Psikiater itu mulai menjauh. Psikiater itu mulai menulis catatan – catatan kecil dan mulai berkata sendiri. “Dahulu ada seorang anak manis, dia mempunyai bakat yang indah, dia sanggup membuat karya dalam hitungan detik, tetapi entah kenapa, gara-gara seorang perempuan, anak manis itu berubah menjadi seorang jahat dan asing”… Aku terdiam, aku tidak tahu maksud psikiater itu. Tapi kemudian aku penasaran dengan kelanjutan ceritanya. Aku mendekati psikiater itu, dan mulai membujuk dia untuk melanjutkan ceritanya lagi. Dalam sorot mata-nya tampak psikiater itu senang dan puas karena membuatku tertarik. Lalu dia mulai melanjutkan ceritanya. “Anak manis yang jahat dan manis itu sekarang sedang berdiri di hadapanku, dan dia tidak sadar bahwa yang ku maksud adalah dirinya sendiri”…..Tiba-tiba pintu ruanganku terbuka dan ada dokter Phil yang masuk dan mengatakan sesi sudah selesai. Lalu psikiater itu mulai keluar dan melempar senyum kepadaku. Pintu ditutup dan aku semakin termangu tidak percaya, kami baru bertemu beberapa menit dan dia (psikiater) itu bisa membaca jalan pikiranku. Cukup lama aku memikirkannya. Tetapi semakin aku memikirkannya aku menjadi semakin pusing dan mulai terlelap tidur. Aku terlelap.

Tiba-tiba kurasakan ada aroma melati di sekelilingku. Aku terbangun dari tidurku dan mendapati psikiater itu sudah ada di ruanganku. “Selamat pagi dandelion” Sapa psikiater itu dengan ramah. Aku tidak menjawabnya, aku tetap cuek dan tidak bangun dari tempat tidurku. Aku bersemayam dalam kesendirianku. Aku orang yang tidak gila namun dimasukkan dalam rumah sakit jiwa. Tiap hari aku serasa putus asa. Namun tiba-tiba psikiater itu memberikan suatu perjanjian denganku. Psikiater itu berucap bila aku bisa bekerja sama dengannya maka dia bisa mengeluarkanku dari rumah sakit jiwa ini. Aku terdiam, termangu, aku juga ingin sekali keluar dari tempat busuk ini. Akan tetapi balasan yang harus aku berikan kepada psikiater itu adalah aku harus rela menjadi kelinci percobannya. Karena menurut dia, aku adalah pribadi yang menarik. Jadi psikiater itu memberi aku waktu satu hari untuk memikirkannya. Aku merenung, mencoba mencari jawaban, kalau pun aku bisa keluar dari sini, pasti aku juga akan terkekang lagi di dalam perintah psikiater itu. Tetapi aku juga tidak tahan, tidak tahan karena memang disini adalah seburuk-buruknya tempat di dunia. Jadi dengan perasaan mantap, aku putuskan untuk mengikuti psikiater itu.

5. Fase Cinta Yang Kelam

Aku dibawa ke tempat psikiater itu, cukup megah, mirip istana daripada rumah. Aku berjalan dengan tangan masih di ikat karena mungkin mereka masih khawatir aku akan kabur. Psikiater itu menyuruhku untuk memanggilku dengan nama Bunga saja. Sekilas gambaran tentang Bunga adalah gadis berpotongan pendek, mata yang tegas, dan postur tubuh yang tinggi sedikit mengingatkanku terhadap seseorang namun aku lupa. Bunga membawaku ke ruangan wangi dan mirip kamar yang aku impikan, penuh dengan poster NAZI, Hitler dan Musisi Rock favoritku = doors, nirvana, dan yang lainnya. Aku berterima kasih sekali dibawa Bunga disini. Aku disuruh istirahat oleh Bunga. Lalu aku menulis puisi untuk Bunga :

“Mungkin pertemuan kita tidak akan terjadi
Bila aku tidak menderita terlebih dahulu
Menderita dan merasakan pahitnya hidup
Mungkin pertemuan kita akan menjadi awal yang baik untukku
Di suatu sungai aku dapat melihat pantulan wajahku sendiri
Pantulan dari air itu menggambarkan aku
Wajah yang mengerikan
Penuh dengan lebam, luka suntikan dan putus asa
Namun aku juga dapat melihat ikan berenang disitu
Itu mengajari ku sesuatu
Bahwa ikan itu adalah kamu
Bunga----------

Aku tidur lagi, tidur yang sangat panjang, sampai aku tidak merasa bahwa tubuhku sudah dipenuhi kabel-kabel yang mengelilingi tubuhku. Tubuh berada dalam tabung air. Aku tidak tahu aku ingin menjerit dan berteriak namun tidak bisa. Ku lihat samar-samar dari kejauhan ada Bunga yang memakai pakaian putih-putih seperti dokter sedang berbincang-bincang dengan dokter Phil. Astaga, aku di jebak! Aku seperti keluar dari mulut singa dan masuk ke mulut buaya. Aku tidak tahu tiba-tiba salah seorang dokter mendekatiku dan menyuntikkan cairan kepada infuse yang ada pada tanganku. Perlahan-lahan aku melayang, dan tiba-tiba kurasakan mataku terpejam, namun aku dapat melihat semuanya dengan jelas, didi, fransiska, dan billy ! Mereka tertawa – tawa di otak ku dan menari dengan liar. Ku lihat didi menikah dengan bunga, aku menghadiri pesta pernikahan mereka. Namun ada badai dalam pesta itu, ya badai! Aku merasakan fransiska berlari kearahku, semakin dekat dan semakin menjamah tubuhku, wajah kami sangat dekat, sehingga aku baru menyadari bahwa fransiska itu adalah Bunga.

Mataku terbuka lagi, aku melihat fransiska duduk di sampingku, aku sudah berada di tempat lain lagi. Aku di ruangan yang penuh kosmik. Mungkin ini hanya mimpi, jadi aku memastikannya dengan mencubit tanganku dan ternyata terasa sakit. Fransiska mendekati ku, “Dandelion, mungkin kamu akan bingung aku ada disini, namun ada nya aku disini hanyalah untuk membantu mu, percayalah”….Aku syok, kaget dan tidak percaya, fransiska masih mengenaliku, dia membuat aku bingung dan pusing. Namun kemudian dia mencium pipi ku dan menyatakan akan mengunjungiku besok lagi. Aku senang dan sangat heran, perjalanan hidupku sangat rumit. Namun semenjak fransiska- cinta pertamaku datang, aku jadi semangat lagi menjalani kehidupan ini.

Fransiska lalu datang ke esokan harinya dan dia membeberkan semua kejadian ketika dia menamparku karena ternyata aku memanggil dia dengan Jalang. Didi juga sudah berubah menjadi baik, dan fransiska juga menyebutkan bahwa aku mengidap GID (Gangguan Identitas Disosiatif). Itu sebabnya fransiska menemui ku, karena dia merasa dia mempunyai peran penting dalam kesembuhanku. Aku berterima kasih kepada Tuhan, karena mempertemukanku dengan fransiska lagi, walau aku jarang berdoa kepada-Nya, namun aku tahu untuk kali ini aku perlu berterima kasih kepada – Nya.

6. Korban Kepribadian Ganda Di Masa Lalu

Suasana pagi ini seperti pagi kemarin, sangat indah namun membuat suatu perbedaan mendasar dalam hidupku. Fransiska dan Bunga adalah kembar identik. Mereka berdua orang yang sama-sama aku cintai, Fransiska adalah orang yang aku cintai di masa lalu, sedangkan Bunga adalah orang yang aku cintai di masa sekarang. Bunga adalah orang yang aku cintai saat ini, dia merupakan belahan jiwaku yang aku temui di waktu aku sangat kehilangan arah. Bunga yang dapat menyembuhkan aku dari gangguan kepribadian ku di saat ini.

Perlahan-lahan Bunga membuat suatu gambaran mendasar kepadaku. Gambaran tentang kehidupanku di masa lalu. Ternyata Bunga telah memasukkan aku dalam daftar pasien yang akut. Aku di bawa ke ruangan aneh, disitu kepalaku di pasangi berbagai kabel yang mengelilingi kepalaku. Sejenak kenangan masa laluku terbuka lebar…..Semua tampak nyata…Aku sadar, ingatanku dicuri.

7. Waktu Yang Memaafkan

Terlalu lama aku pingsan, aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Mereka semua tampak asing di mataku. Aku tidak dapat mengenali mereka satu persatu. Aku ada di ruangan putih dan ada kabel infus di tanganku. Disitu ada 2 gadis yang kembar, dan seorang dokter. Mereka adalah orang-orang yang mendekati ku perlahan. Mereka mulai mengenalkan dirinya satu persatu. Yang kuingat, mereka semua tidak dapat ku kenali. Mereka tampak samar. Dan akhirnya aku pingsan lagi.


Akhirnya aku dibawa mereka ke rumah salah satu gadis itu, di situ dia mulai memberikan foto-foto kepadaku. Aku tidak tahu tujuan apa dia memberikan foto-foto itu, namun aku mengenali dia bernama Bunga. Bunga masih membuatku mengingat – ingat masa laluku. Aku tidak ingat satu hal pun tentang masa lalu ku. Bunga mengingatkanku bahwa aku bernama Dandelion. Lama kelamaan aku dan Bunga sangat akrab. Dia mulai mengajariku bermain bola, bermain gitar, dan hal – hal indah lainnya. Bunga sangat cantik. Aku tidak tahu perasaan apa yang kurasakan padanya. Yang pasti rasa itu membuatku melayang.

8. Menata Puzzle Yang Retak

Bunga dan aku mulai membicarakan beberapa hal yang agak serius. Mulai dari mengorek tentang masa laluku. Membuatku mengingat – ingat masa laluku. Namun usaha Bunga nampaknya sia-sia. Aku tetap tidak bisa mengingatnya. Bunga adalah orang dengan tipe pekerja keras untuk ukuran gadis. Setiap hari dia menyetel lagu The Doors di rumahnya, sampai aku bertanya mengapa dia suka dengan The Doors. Bunga hanya menjawab dengan simple , “Yah, karena The Doors membawaku kea lam masa lalu, apalagi pesona kharismatik Jim Morrison, membuatku dapat mengerti arti dari hidup ini. Yah, kupikir dia agak nyleneh saja, gadis yang menyukai Jim Morrison, agak aneh tapi sangat membuatku jadi semakin tertarik kepadanya.

Lalu tiba-tiba ada gambaran sekelebat tentang masa laluku, tiba-tiba ada sebuah konser yang terlintas di pikiranku, dan ada pria yang mengobrol denganku, lalu aku bertanya pada Bunga apakah aku mempunyai teman pria? Bunga hanya menjawab, ya hanya sedikit, mungkin Billy? Astaga…. Aku ingat pria itu, Billy ! Aku semakin keras mengingatnya, namun tiba-tiba aku pingsan.

9. Potongan Terselesaikan

Aku mulai melatih kemampuan otak ku dengan banyak membaca dan menganalisa, Bunga selalu menemani ku dimana saja. Dia mampu membuatku bahagia dan damai. Dia selalu menerapi diriku dengan berbagai musik terapi dan yoga. Aku dan Bunga membuat suatu cerita indah, dimana aku harus berperan sebagai penjahat dan Bunga adalah korbannya, jadi aku harus menyelamatkanya dengan membuat suatu cerita di masa laluku.

Bunga lalu membawakan aku foto-foto lagi kepadaku, dan aku mulai ingat semuanya. Disitu ada kejadianku di masa kecil dimana ada Billy, Fransiska, Bunga, Ibu Losa, Dan Didi ! Ya Didi, Aku lalu ingat semuanya. Semuanya bagaikan keluar dari otak ku.
Aku berlari ketakutan ke arah Bunga, aku menceritakan semuanya kepada Bunga, bahwa sebenarnya aku adalah bekas mafia yang bertugas dengan Billy sebagai pembunuh bayaran dan pengedar narkoba, dan saat aku harus meninggalkan dunia gelap itu aku harus memutuskan hubunganku dengan Billy. Semuanya itu aku lakukan dengan tidak sadar sampai aku akhirnya menyadari bahwa aku mengidap GID.

Aku tidak di penjara setelah kasusku terbongkar, aku dinyatakan gila dan harus menjalani sesi terapi. Bunga akhirnya menangis bahagia karena aku dapat mengingat masa laluku. Aku memeluknya, dan untuk pertama kalinya aku mencium bibirnya. Inilah saat menyenangkan di seluruh hidupku. Aku bersama dengan wanita yang aku cintai. Wanita yang dulu adalah memang gadis kecil yang bernama Fransiska yang menjelma menjadi Bunga, Fransiska sendiri sudah menikah dengan Didi, akhirnya aku memutuskan untuk meminang Bunga, dan untuk menghidupi Bunga, aku bekerja sebagai penulis di salah satu penerbit. Hari pernikahan sudah di tetapkan , sampai hari naas itu pun tiba.

10. Kematian “Bunga” Dandelion Yang Indah

Aku dengan Bunga mulai memilih gaun pernikahan di salah satu butik, dan mulai mendekor semua perlengkapan yang di butuhkan. Undangan sudah di sebar. Aku bahagia sekali sampai – sampai aku ingin mengatakan pada dunia aku adalah orang paling beruntung di dunia ini.

Sesudah persiapan itu lalu aku mengendarai mobilku menuju rumah baruku, aku dan Bunga bercanda dengan riang gembira, sampai ada suatu tembakan, ya tembakan, tepat mengenai kepala Bunga. Aku syok melihatnya, aku melihat dari kaca spion ada beberapa mobil membuntutiku, dengan perasaan sedih campur marah aku mulai mengendarai mobilku secepatnya untuk menemukan rumah sakit terdekat. Aku berdoa terus menerus, sampai aku mengamati perkembangan Bunga. Ku lihat mulai perlahan dia berbicara kepadaku, “Dandelion, apa pun yang terjadi padaku, aku minta kamu tetaplah menjadi Dandelion yang sekarang, janganlah berubah sedikitpun, jangan membalas dendam, dan satu hal yang pasti adalah aku akan selalu mencintaimu”. Aku tidak percaya, atas semua yang ku lakukan, semua berakhir tragis, dan mengerikan.

Aku sampai di rumah sakit dan ternyata nyawa Bunga tidak tertolong, ya aku tidak menangis, aku hanya tersenyum bagai orang gila. Sesudah mati, aku memandangi mayat Bunga selama 1 hari lamanya. Aku tersenyum, aku tertawa, mengapa Tuhan tidak adil kepadaku, hingga hari pemakaman itu tiba. Bunga di kubur di bawah sana, ya di bawah sana. Semua rencana indahku denganku buyar. Ya, Persetan dengan semuanya.

11. Melaju Seorang Diri

Aku sendiri lagi , tidak ada wanita yang aku cinta lagi, tepat 3 tahun setelah kematian Bunga, aku melaju seorang diri, aku baru tahu bahwa penembak Bunga adalah teman dari Billy, ya teman mafia ku dulu yang aku khianati. Memang sebuah pekerjaan yang harus aku tanggung resikonya. Aku masih memandangi undangan pernikahanku dengan Bunga, gaun pengantin Bunga, semuanya membuatku pusing. Aku memandang senapan yang baru aku beli tadi pagi di pasar gelap.

Aku memandangi wajahku di cermin, dan aku mulai menembaki bayanganku di cermin itu. Sampai akhirnya tinggal peluru terakhir, aku memutuskan untuk meledakkan kepalaku dengan pistol itu. Ketika akan menarik pelatuknya, tiba-tiba bayangan Bunga muncul, aku menangis sejadi-jadinya. Aku tahu, aku hanya akan membuat Bunga sedih. Aku lalu limbung dan jatuh ke lantai. Apapun yang terjadi, kini aku sendirian, ya sendirian. Aku ingin berteriak, namun pasti tidak akan ada yang mendengarku


ditulis dan dibuat oleh : Sari Marsdika

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

samdady mengatakan...

CASINO HOTEL & CASINO HOTEL LAS VEGAS, NV | Mapyro
This casino is a 2,000-square foot, 1,716-room 제주 출장안마 luxury resort, 거제 출장샵 located adjacent to the 포천 출장샵 iconic Las Vegas Strip. It has 2,034 김제 출장안마 rooms and 순천 출장샵 suites  Rating: 7.7/10 · ‎2,048 reviews · ‎Price range: $$

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Grunge, Psychedelic, NAZI

Pengikut