dika. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

B. #24 = Undang-undang Nuremberg dan ‘Juden Raus! Auf Nach Palästina’

Sambil meningkatkan perpindahan Yahudi Jerman, kaum Nazi dan Zionis juga meluncurkan program-program untuk meningkatkan kesadaran rasial Yahudi Jerman, lagi-lagi dengan persetujuan kaum Zionis. Dalam buku Zionism in the Age of Dictators, Brenner kerap menegaskan betapa gembiranya pihak Zionis dengan kebijakan rasis Nazi. Salah satu contohnya adalah Undang-undang Nuremberg tahun 1935 yang melarang perkawinan antara orang Yahudi dan orang Jerman.

Undang-undang Nuremberg, yang diumumkan bulan September 1935, ditujukan untuk mengucilkan kaum Yahudi dari kehidupan sosial bangsa Jerman. Dengan aturan baru yang disebut “Peraturan bagi Perlindungan Darah dan Kehormatan Jerman,” kaum Yahudi dicabut kewarganegaraannya dan menjadi sampah masyarakat. Kaum Yahudi dilarang menjadi pegawai negeri, termasuk mengajar di sekolah, dilarang menulis untuk majalah, dan dilarang bekerja di radio, panggung pertunjukan, maupun film. Perkawinan, dan semua perikatan seksual antara orang Yahudi dan orang Jerman dilarang. Kaum Yahudi tidak diizinkan mengibarkan bendera Jerman. Semua tindakan ini lahir dari konsep bahwa kaum Yahudi tak akan pernah menjadi orang Jerman. Inilah kepercayaan yang sama-sama dipegang oleh Nazi dan Zionis.

Brenner mengutip satu ulasan menarik oleh kepala penyunting Kantor Berita Jerman, Alfred Berndt, yang mengenang bahwa, hanya dua pekan sebelumnya, semua pembicara pada Kongres Zionis Dunia di Lucerne telah mengulang lagi bahwa kaum Yahudi di seluruh dunia sudah benar dipandang sebagai satu masyarakat terpisah sendiri, di mana pun mereka berada. “Jadi,” ia menjelaskan, “semua yang telah dilakukan Hitler adalah untuk memenuhi permintaan Kongres Zionis Internasional dengan membuat kaum Yahudi yang tinggal di Jerman bangsa minoritas.” Brenner juga mengatakan bahwa hanya dua jenis bendera yang diperbolehkan di wilayah kekuasaan Reich Ketiga, yaitu bendera swastika Nazi dan biru-putih Zionis. Narasumber Brenner tak lain adalah pemimpin Zionis Amerika Rabbi Stephen Wise: ”Bagaimana pun, tekad membersihkan tubuh bangsa Jerman dari unsur Yahudi, membawa Hitlerisme menemukan ‘persaudaraan’nya dengan Zionisme, nasionalisme pembebasannya Yahudi. Karena itu, Zionisme menjadi satu-satunya partai lain yang disahkan di Reich, bendera Zionis satu-satunya bendera lain yang diperbolehkan di tanah Nazi.”

Lenni Brenner menamai kebijakan Nazi itu filo-Zionisme (cinta Zionisme), dan menulis bahwa kesemua itu telah membantu Zionisme di segala segi. Jadi, Nazi menerapkan beragam undang-undang yang memungkinkan kaum Yahudi menghindari pembauran dan mempertahankan kesadaran rasialnya. Tahun 1936, Nazi menambahkan bumbu “pulang ke Palestina” baru dengan tindakan mensyaratkan para rabbi menggunakan bahasa Ibrani, bukan bahasa Jerman, dalam kotbah mereka mulai tanggal 6 Desember (hari Hannukah Yahudi) tahun itu, dan setelah itu menggalakkan upaya-upaya yang mensyaratkan kaum Yahudi menggunakan bahasa Ibrani untuk tujuan-tujuan keagamaan dan budaya.

Ini bantuan yang cukup besar bagi para Zionis yang sedang berupaya mengumpulkan kaum Yahudi seluruh dunia di Palestina dan memaksa mereka berbahasa Ibrani. Upaya-upaya Nazi untuk membuat kaum Yahudi sadar rasial tak terbatas pada contoh di atas. Menurut Brenner, di musim semi 1934, Heinrich Himmler, kepala SS, mendapat sajian laporan tentang masalah Yahudi dari stafnya: Mayoritas luas kaum Yahudi Jerman masih menganggap diri bangsa Jerman dan bertekad tetap tinggal. Pemecahan-pemecahan tertentu atas masalah ini telah disarankan. Sebagaimana ditulis Brenner: ”... cara mematahkan perlawanan mereka adalah menanamkan jatidiri Yahudi tersendiri di antara mereka dengan secara sistematis memajukan sekolah-sekolah Yahudi, regu atletik, bahasa Ibrani, kesenian dan musik Yahudi, dll.”

Semua ini menunjukkan bahwa Nazi bersimpati pada tujuan Zionis untuk menciptakan sebuah bangsa. (Umum disadari bahwa kegiatan-kegiatan budaya, seperti pendidikan, seni, musik, dan olahraga berperan penting dalam pembentukan kesadaran ras di benak masyarakat). Kaum Nazi, yang mengabdikan diri untuk menciptakan suatu bangsa yang sadar ras dan murni ras, bekerja baik bersama rekan-rekan Zionis mereka.

Menurut Brenner, dalam sebuah unjuk rasa menentang Yahudi pada malam 17 Oktober 1938 di Hannover, semboyan “Juden Raus! Auf Nach Palästina” (Minggatlah Yahudi! Enyahlah ke Palestina) kali pertama muncul, dan segera menyebar ke seluruh negeri. Semboyan itu tepat mengungkapkan tujuan bersama kaum Nazi dan Zionis – mengeluarkan semua orang Yahudi dari Jerman dan memindahkannya ke Palestina.


sumber = harunyahya.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Grunge, Psychedelic, NAZI

Pengikut