dika. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

B #23 = Kesepakatan Nazi-Zionis untuk Meningkatkan Perpindahan Yahudi Jerman

Keuntungan utama yang diharapkan Zionis akan diperoleh dari Nazi adalah dorongan Nazi bagi perpindahan Yahudi Jerman ke Palestina. Di pihaknya, Nazi berkeinginan membersihkan negerinya dari minoritas Yahudi sesegera mungkin. Jadi, tak lama setelah Hitler berkuasa, suatu kesepakatan ditandatangani yang membolehkan kaum Yahudi Jerman berpindah ke Palestina. Perjanjian ini, dibuat antara Anglo-Palestine Bank (yang terkait dengan WZO) dan Kementerian Keuangan Jerman, memungkinkan, secara tak langsung, pemindahan orang dan harta Yahudi ke Palestina, serta menciptakan suatu pasar bagi barang-barang industri Jerman di sana. Seorang cendekiawan dan politikus Irlandia, Conor Cuise O’Brien, menjelaskan rincian perjanjian sebagai berikut:

Pada tanggal 25 Agustus 1933, Eliezer Siegfried Hoofien (1881–1957), manajer umum Anglo-Palestine Bank (kini Bank Leumi L’Yisrael), bersepakat dengan Kementerian Ekonomi Jerman untuk menggunakan harta benda kaum Yahudi (yang jika tidak, akan dibekukan) untuk membeli barang-barang yang dibutuhkan di Palestina. Pengaturan ini menjadi dasar rencana resmi pemindahan kaum Yahudi.

Pada tahun 1933, Anglo-Palestine Bank mendirikan perusahaan Trust and Transfer Office Ha’avara Ltd di Tel Aviv. Sebuah lembaga mitra juga didirikan di Berlin dengan bantuan dua bankir utama Yahudi, Max Warburg dari MM Warburg di Hamburg dan Dr. Siegmund Wassermann dari AE Wassermann di Berlin. Perusahaan di Berlin, dikenal dengan Palästina Treuhandstelle zur Beratung Deutscher Juden (“Paltreu”), mengambil tanggung jawab merundingkan dengan penguasa Jerman penyelesaian tagihan-tagihan dan kontrak-kontrak eksportir Jerman dengan Yahudi Jerman yang ingin pindah ke Palestina... Sebagian besar dari 50 ribu orang Yahudi yang meninggalkan Jerman antara tahun 1933 dan 1939 menggunakan jasa Ha’avara.

Lewat kesepakatan Ha’avara atau “pemindahan” ini, kaum Zionis mencapai dua tujuan utamanya: memungkinkan perpindahan kaum Yahudi ke Palestina, dan memulihkan ekonomi Nazi, yang tertinggal akibat boikot. Barang-barang hasil industri Jerman yang dibeli oleh para Yahudi yang berpindah, lalu dijual di Palestina, dan keuntungan dari transaksi itu menggantikan modal yang harus ditinggalkan kaum Yahudi di Jerman.

WZO tak hanya telah meruntuhkan efektifitas boikot kaum Yahudi, namun juga menjadi penyalur terbesar pabrik-pabrik Nazi di Timur Tengah; bahkan memajukan perdagangan Nazi di Eropa Utara. Melalui Ha’avara Trust & Transfer Office Ltd, WZO mendapatkan semua hak penjualan atas barang-barang Jerman ke Palestina. Sejumlah besar barang-barang Jerman akan dibeli dengan uang yang diperoleh dari para pemodal Yahudi-Jerman. Jadi, WZO juga membuka jalan bagi Nazi ke peluang pasar yang besar di Timur Tengah. Diperkirakan oleh para cendekiawan pro-Zionis, seperti Conor Cruise O’ Brien dan Edwin Black (orang Yahudi pengarang The Transfer Agrement atau Perjanjian Pemindahan), setara lebih dari 100 juta dollar (saat itu nilainya jauh lebih besar daripada hari ini) mengalir dari Jerman ke Palestina di bawah Ha’avara dan perjanjian-perjanjian terkait antara 1933 dan 1941.

Kesepakatan antara para pemimpin Zionis dan kaum Nazi, khususnya perjanjian Ha’avara, telah dijelaskan dalam sejumlah buku; Lenni Brenner menceritakan tentang perjanjian ini dalam Zionism in the Age of Dictators. Kesepakatan pemindahan ini juga disebut dalam sebuah buku yang diterbitkan di Israel oleh Moshe Shonfeld: The Holocaust Victims Accuse: Document and Testimony on Jewish Criminal (Korban Holokaus Menuduh: Dokumen dan Kesaksian atas Penjahat Yahudi), maupun buku Francis Nicosia yang dikutip di mukaThe Third Reich and the Palestine Question, serta buku-buku lainnya.

Arsip rahasia pada Wilhelmstrasse (kementerian luar negeri Jerman) mengungkapkan bahwa sebuah perjanjian telah tercapai antara pemerintahan Hitler dan agen-agen Zionis untuk memudahkan pemindahan kaum Yahudi dari Jerman ke Palestina. Kutipan berikut, dari dokumen kementerian luar negeri Jerman bertanggal 22 Juni 1937, menyatakan bahwa sebuah negara Yahudi mungkin dihasilkan dari kebijakan-kebijakan Nazi:

“Kedudukan Jerman ini, yang diarahkan sepenuhnya oleh pertimbangan-pertimbangan dalam negeri, dan praktis meningkatkan penyatuan kaum Yahudi di Palestina, serta karena itu memudahkan pembangunan sebuah negara Yahudi, dapat mengantar orang kepada kesimpulan bahwa Jerman menyukai berdirinya sebuah negara Yahudi di Palestina.” Dokumen yang sama menegaskan bahwa pemindahan kaum Yahudi diatur oleh Hitler, dan bahwa sang diktator Jerman berkepentingan khusus dalam masalah itu.
Kini, fakta-fakta ini masih mengejutkan banyak orang, sebab sejarah resmi telah berupaya amat keras menyembunyikan persekutuan itu. Kaum Zionis dan Nazi sama-sama ingin merahasiakan persekutuan mereka, bahkan ketika persekongkolan itu sedang puncak-puncaknya, dan akibatnya secara umum hubungan itu berhasil disembunyikan. Walau demikian, kedua pihak tak dapat mencegah menyebarnya desas-desus. Dalam bukunya The Lobby: Jewish Political Power in US Foreign Policy (Lobi: Kekuatan Politik Yahudi dalam Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat), penulis Amerika Edward Tivnan menunjukkan bahwa di akhir tahun 1930-an persekutuan rahasia antara kaum Zionis dan Nazi telah menimbulkan desas-desus yang membangkitkan keresahan cukup besar.

Perjanjian pemindahan itu terus berlaku dari 1933 hingga pecah perang di tahun 1939. Pemindahan kaum Yahudi dari Jerman ke Palestina berakhir pada tahun 1939 bukan karena ketakcocokan kedua pihak, namun karena Jerman sedang berperang dengan Inggris, pemegang mandat di Palestina. Selama kurun 1933-1939, hampir 60 ribu orang Yahudi Jerman dipindahkan ke Palestina, dalam keadaan-keadaan yang luar biasa. Di bulan Oktober 1933, Hamburg-South American Shipping Company (sebuah perusahaan pelayaran) memulai layanan langsung ke Haifa, menyediakan di kapal-kapalnya kosher (makanan khas Yahudi) murni, di bawah pengawasan kerabbian Hamburg. Perjalanan kapal Tel Aviv, yang disebut di awal bab ini, mencakup penghidangan kosher.

Sejarawan Amerika Max Weber menyebut Ha’avara dalam artikelnya Zionism and the Third Reich yang telah dikutip di muka. Weber menyinggung sebuah laporan yang diterbitkan kementerian dalam negeri Jerman di bulan Desember 1937 yang meringkaskan hasil-hasil Ha’avara:

Tak diragukan lagi bahwa Ha’avara telah memberi sumbangan terpenting pada pembangunan Palestina yang amat pesat sejak 1933. Kesepakatan itu tak hanya memberikan sumber dana yang terbesar (dari Jerman!), namun juga kelompok pemukim paling terpelajar, dan pada akhirnya membawa ke negara itu mesin-mesin dan hasil-hasil industri yang penting bagi pembangunan.

Seperti ditegaskan Weber, satu-satunya hal yang mengakhiri perjanjian itu adalah Perang Dunia II. Kalau tidak, tak ada keraguan bahwa proses pemindahan Yahudi yang digalakkan oleh kerjasama Nazi-Zionis akan terus berlanjut, dan seiring dengan waktu, kian cepat. Hal ini dibuktikan oleh naiknya jumlah Yahudi Jerman yang berpindah ke Palestina di tahun 1938 dan 1939. Disepakati bahwa 10 ribu Yahudi Jerman akan dipindahkan ke Palestina di bulan Oktober 1939, namun “pesanan” ini harus dibatalkan karena perang mulai di bulan September. Perjanjian Ha’avara berlanjut sampai tahun 1941. Secara keseluruhan, Yahudi Jerman yang dipindahkan ke Palestina sebagai hasil kerjasama Nazi-Zionis membentuk 15 persen penduduk Yahudi di Palestina saat itu. Sebagaimana telah ditegaskan sebelumnya, hasil-hasil ekonomis Ha’avara sangat besar. Edwin Black melaporkan dalam buku The Transfer Agreement, yang diabdikan khusus bagi Ha’avara, bahwa kesepakatan itu telah menyumbang banyak bagi pendirian negara Israel dengan memicu ledakan ekonomi di Palestina.


sumber = harunyahya.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Grunge, Psychedelic, NAZI

Pengikut