dika. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

B. #31 = Persekutuan-persekutuan dengan Para Anti-Semit Austria, Rumania, dan Jepang

Kaum Yahudi hanyalah 2,8 persen dari seluruh penduduk Austria, namun sebuah anti-Semitisme yang kuat berkembang di sana setelah Perang Dunia I. Sebagian besar Yahudi Austria memilih Partai Sosial Demokrat. Di sayap kanan Austria, anti-Semitisme tumbuh pesat. Engelbert Dollfuss, pemimpin dari Partai Sosial Nasrani dan perdana menteri Austria, dan Kurt von Schuschnigg, yang menduduki tempat Dollfuss setelah kematiannya di tahun 1934, menandatangani undang-undang anti-Yahudi yang serupa dengan yang dibuat Nazi. Para Yahudi pembaur merasa kebijakan-kebijakan baru ini menggusarkan; kaum Zionis, sebagaimana dapat ditebak, senang dengan meningkatnya anti-Semitisme di Austria. Setelah pembunuhan Perdana Menteri Dolfuss yang anti-Semit, pemimpin WZO Nahum Sokolow mengatakan: “Dialah salah seorang yang membangun, dengan bantuan saya, organisasi Gentile Friends of Zionism (Sahabat non-Yahudi Zionisme) di ibukota Austria”.

Dolfuss, sahabat kaum Zionis, telah melembagakan kebijakan keras anti-Semit yang terus berlaku selama 1930-an – sebelum Anschluss (penyatuan) Austria oleh Nazi Jerman. Kaum Yahudi disisihkan dari kepegawai-negerian. Di tahun 1935, pemerintah mengumumkan rencana-rencana untuk membangun sekolah-sekolah terpisah untuk orang Yahudi. Para pembaur langsung menentang sekolah-sekolah ghetto baru itu. Akan tetapi, Robert Sticker, satu-satunya wakil Yahudi di parlemen Austria, dan pemimpin gerakan Zionis, mengatakan kepada pemerintah bahwa kaum Zionis di Austria sangat menyambut tindakan-tindakan anti-Semit itu. Para pembaur mencoba memperingatkan negara-negara Barat tentang kecenderungan anti-Semit yang berbahaya di Austria. Dalam tanggapan cepatnya, Die Stimme, suratkabar Austrian Zionist Federation (Federasi Zionis Austria), tergesa-gesa menjelaskan bahwa kaum Zionis mengutuk penyebaran cerita-cerita tentang kekerasan di Austria di luar negeri. Brenner menceritakan bahwa selama masa menyisihkan kaum Yahudi, Pemerintah Austria mampu mendapatkan pendanaan dengan bantuan para Zionis.

Peristiwa-peristiwa serupa terjadi di Rumania, di mana kaum Yahudi membentuk 5,46 persen penduduk Rumania. Para ekstrimis anti-Semit mulai aktif di sana sejak 1920-an. Ketika Hitler naik ke kekuasaan di Jerman, arus anti-Semit mengalir kian cepat dan deras, dan kaum anti-Semit menjadi galak dan gemar menyerang.

Anti-Semitisme di Rumania dipelopori oleh sebuah partai fasis bernama Legion of the Archangel Michael (Pasukan Malaikat Mikail), pimpinan Corneliu Codreanu. Partai ini memiliki sebuah milisi bernama The Iron Guard (Pengawal Besi). Naiknya Hitler kian menguatkan kedudukan Legion. Di saat ini adalah tugas para pemimpin Yahudi untuk memulai kampanye yang sungguh-sungguh menentang anti-Semitisme dan membentuk suatu persekutuan dengan kekuatan-kekuatan anti-fasis. Mereka tak melakukannya, karena sebagian besar pemmpin Yahudi adalah Zionis. Sebagaimana diceritakan Brenner, tak satu pun kubu Zionis menunjukkan minat pada perjuangan melawan gelombang anti-Semit di Rumania. Bukannya membantu menyusun perjuangan menentang serangan gencar kaum fasis, WZO malah merencanakan suatu perluasan strategi pembawa petaka Ha’avara ke Eropa Timur.

Jidanii in Palastina! (Yahudi, pergilah ke Palestina!) telah lama menjadi semboyan perang kaum anti-Semit Rumania. Di sisi mereka, para pemimpin WZO menyerukan kaum Yahudi berpindah ke Palestina, dan berbicara secara terbuka tentang perlunya mengurangi tekanan yang disebabkan oleh kehadiran terlalu banyak orang Yahudi. Di bulan Januari 1941, Iron Guard melakukan pogrom berdarah di Bukarest, ibukota Rumania. Ditaksir 100 orang Yahudi terbunuh, dan lebih banyak lagi yang terluka. Sekali lagi, tak ada tanggapan dari kaum Zionis.

Persekutuan antara Zionisme dan anti-Semitisme bahkan merambah ke Timur Jauh, di mana kekuatan nasionalis utama adalah Jepang. Jepang telah meningkatkan kebijakan perluasan wilayahnya usai Perang Dunia I, menerapkan rejim yang makin otoriter di negerinya, dan pada akhirnya bergabung dengan Pakta Anti-Comintern-nya Hitler dan Mussolini. (Catatan: Pakta Anti-Comintern (Comunist International) adalah suatu pakta antara Jerman, Jepang, Hongaria, Spanyol, dan Italia yang isinya menentang komunisme)

Alasan Zionis berusaha bersekongkol dengan Jepang akan ditemukan pada pencaplokan Manchuria oleh Jepang di tahun 1931. Ada cukup banyak orang Yahudi di Manchuria; para Zionis berpikir bahwa lewat persekongkolan dengan Jepang, mereka dapat menekan kaum Yahudi itu berpindah. Jadi, negara boneka Manchukuo, sebutan Jepang untuk Manchuria, akan diubah menjadi sekutu Zionis di Timur Jauh.

Brenner mencatat bahwa militer Jepang memiliki versi sendiri tentang anti-Semitisme. Para jenderal Jepang percaya pada adanya persekongkolan Yahudi di seluruh dunia, dan melihat orang Yahudi lokal sebagai agen-agennya. Karena itu, mereka berkeinginan mengenyahkan kaum Yahudi dari Manchuria sesegera mungkin. Pemecahan yang mereka peroleh akhirnya sama dengan Hitler: Jepang memutuskan mendukung gerakan Zionisme. Di bulan Desember 1937, masyarakat Yahudi di Timur Jauh mengadakan sebuah konperensi di Harbin. Penyelenggaranya adalah Abraham Kaufman, pemimpin Yahudi Harbin yang Zionis. Mimbarnya dihiasi dengan bendera-bendera Jepang, Manchuria, dan Zionis. Para pemimpin Zionis Revisionis Betarim menghadiri konperensi itu sebagai tamu kehormatan. Pertemuan juga dihadiri Jenderal Higuchi dari Intelijen Militer Jepang; Jenderal Vrashevsky dari White Guard (Pengawal Putih) yang anti-Semit; serta para pejabat negara boneka Manchukuo. Konperensi menerbitkan sebuah resolusi, yang dikirimkan ke berbagai organisasi Yahudi utama di dunia, memohon kerjasama dengan Jepang dan Manchukuo untuk membangun sebuah tatanan baru di Asia. Sebagai balasannya, Jepang mengakui Zionisme sebagai gerakan nasional bangsa Yahudi. Zionisme menjadi bagian dari “tatanan baru” Manchukuo, dan Betar diberi warna dan seragam resmi. Persekongkolan dengan Jepang yang menarik ini memberikan pihak Zionis sedikit raihan penting. Hanya sejumlah kecil kaum Yahudi dipindahkan dari Manchuria ke Palestina. Di hari-hari terakhir Perang Dunia II, ketika Tentara Merah menyerbu Manchuria, Kaufman dan sejumlah Zionis lain ditangkap dan dibuang ke Siberia.


sumber = harunyahya.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Grunge, Psychedelic, NAZI

Pengikut