dika. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

B. #26 = Zionis Sebagai Agen SS: Senjata SS untuk Para Zionis

Setelah beberapa saat, pertalian erat berkembang antara SS dan organisasi bersenjata Zionis. Yang terpenting adalah Haganah, sayap militer Jewish Agency di Palestina, yang dikendalikan WZO. (Sebelum Israel berdiri, Haganah membentuk inti cikal-bakal angkatan bersenjata Israel. Beberapa pemimpin Israel, seperti Moshe Dayan dan Yitzhak Rabin, pernah bertugas di Haganah). Di tahun 1937, ada pertemuan rahasia antara Haganah dan SD (Sicherneitsdients), dinas keamanan SS. Pada tanggal 26 Februari tahun itu, Feivel Polkes, seorang agen Haganah, pergi ke Berlin.

Orang yang ditugaskan oleh Nazi untuk berunding dengan Polkes adalah Adolf Eichmann. Eichmann telah menjadi anak didik von Mildenstein dan, seperti pembimbingnya, telah belajar bahasa Ibrani, membaca tulisan Herzl, dan menjadi spesialis Zionisme di SD. Pembicaraan Eichmann-Polkes direkam dalam sebuah laporan yang disiapkan oleh atasan Eichmann, Franz Six, yang ditemukan dalam arsip SS yang disita tentara Amerika di akhir Perang Dunia II. Arsip-arsip itu mengungkapkan bahwa Polkes menyatakan bahwa kaum Zionis dapat menemukan sumber-sumber baru minyak bumi bagi Reich Jerman; sebagai balasannya, mereka meminta agar pemindahan kaum Yahudi dari Jerman ke Palestina jauh ditingkatkan. Six menyukai apa yang harus disampaikan Polkes, dan menyatakan bahwa sebuah persekutuan kerja dengan kaum Zionis akan menjadi kepentingan Nazi:

Tekanan dapat dilakukan pada Perwakilan Yahudi Reich di Jerman dengan suatu cara sehingga orang-orang Yahudi yang pindah dari Jerman hanya pergi ke Palestina, tidak ke negara-negara lain. Tindakan-tindakan itu sepenuhnya menjadi kepentingan Jerman dan telah disiapkan lewat tindakan-tindakan Gestapo. Pada saat yang sama, rencana-rencana Polkes menciptakan suatu mayoritas Yahudi di Palestina akan dibantu lewat tindakan-tindakan itu.

Kontak-kontak yang dibuat Polkes di Berlin ditindaklanjuti di tahun yang sama. Pada 2 Oktober 1937, kapal penumpang Romania tiba di Haifa dengan dua wartawan Jerman di atasnya. Para “wartawan” itu sebenarnya dua orang anggota kawakan dinas keamanan SS: Herbert Hagen dan Adolf Eichmann. Mereka bertemu dengan agen Jerman, Reichert, dan Feivel Polkes, yang membawa mereka mengunjungi sebuah kibbutz (lahan pertanian bersama yang dibangun kaum Zionis selama bermukim di Palestina). Eichmann terkesan dengan apa yang dilihatnya. Bertahun-tahun kemudian, ketika berada di Argentina, Eichmann merekam kenang-kenangannya ke kaset:

Saya sudah cukup melihat sehingga amat terkesan dengan cara para pemukim Yahudi membangun tanah mereka. Saya mengagumi keinginan kuat mereka untuk hidup, terlebih lagi karena saya sendiri seorang idealis. Di tahun-tahun berikutnya, saya sering mengatakan kepada orang-orang Yahudi dengan siapa saya berurusan bahwa, jika saja saya seorang Yahudi, saya akan menjadi seorang Zionis fanatik. Saya tak bisa membayangkan menjadi yang selain itu. Nyatanya, saya mungkin akan menjadi Zionis paling berapi-api yang dapat dibayangkan.

Di pihaknya, Polkes membuat beberapa ulasan menarik selama pertemuannya dengan SS. Ia mengatakan “Di kalangan nasionalis Yahudi, orang-orang sangat senang dengan kebijakan Jerman yang radikal, karena... di masa dekat, kaum Yahudi dapat bergantung pada keunggulan jumlah atas bangsa Arab di Palestina”. Polkes juga kembali menawarkan jasa Haganah memata-matai untuk Nazi. Lebih jauh, seperti ditulis Brenner, Polkes menunjukkan itikad baik Zionis dengan memberikan dua potong informasi intelijen kepada Eichmann dan Hagen tentang kegiatan kaum komunis di Jerman dan hubungan kaum komunis dengan pertemuan Pan-Islamic World Congress (Kongres Dunia Persatuan Islam) pada saat itu di Jerman.

Hubungan erat antara SS dan Zionis tanpa diragukan lagi disetujui di tingkat tertingginya, yakni, Führer sendiri. Di awal tahun 1938, Otto von Bolschwingh, seorang perantara antara kaum Nazi dan Zionis selama bertahun-tahun, membawa sebuah kabar gembira: Führer telah memutuskan bahwa seluruh penghalang yang merintangi perpindahan Yahudi ke Palestina akan dihilangkan. Sementara itu, Mufti Yerusalem, seorang musuh bebuyutan Zionis, yang sebelumnya telah melakukan pendekatan kepada Nazi, ditolak. Mufti itu telah membayangkan bahwa ia dapat membuat suatu persekutuan dengan kaum Nazi berdasarkan pada kesamaan anti-Semitisme mereka. Selagi ia mencoba mendekati kaum Nazi, kaum Nazi sendiri sedang sibuk mencari cara meningkatkan perpindahan orang Yahudi ke Palestina. Jadi, hubungan sang mufti dengan Nazi, yang dibesar-besarkan oleh Zionis setelah perang, sejatinya tidak penting. Mufti itu tidak mendapatkan apa-apa, saat itu atau pun kemudian, dari kerjasamanya baik dengan Roma maupun Berlin.

Kaum Nazi bergerak begitu jauh mendukung Zionis sampai menyediakan senjata bagi militan Zionis untuk melawan orang-orang Palestina. Nicosia menunjukkan (dalam The Third Reich and The Palestine Question) bahwa SS memasok senjata kepada Haganah, sayap militer WZO di Palestina, untuk digunakan melawan orang Arab. Nicosia juga menulis bahwa SS dan Mossad le-Aliyah Bet mencapai kesepakatan dalam menyelenggarakan pemindahan kaum Yahudi secara menyelundup ke Palestina, melebihi batas yang ditetapkan Inggris. Dengan kata lain, batas jumlah perpindahan Yahudi (yang dikenakan karena Inggris takut pada kemarahan bangsa Arab) dilanggar melalui kerjasama antara SS dan Zionis.




sumber = harunyahya.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Grunge, Psychedelic, NAZI

Pengikut